by.Shanty Agatha
⚠️"Tidak enak." Jaehyun mengernyit, menggelengkan
kepalanya, menghindari sendok berisi bubur sayuran yang disuapkan Yerim kepadanya.Hari ini adalah tiga minggu sejak Jaehyun tersadar dari komanyaa, kondisinya sudah mulai membaik, dia sudah bisa duduk, sudah bisa mengucapkan lebih dari satu kalimat, dan alat-alat penunjang kehidupannya sudah mulai dilepas satu persatu, dokter sendiri memuji perkembangan Jaehyun yang luar biasa pesat, tekad lelaki itu kuat, maka ketika dia berniat untuk sembuh dia akan merasakannya sepenuh hati.
"Kau harus memakannya," gumam Yerim sedikit geli dengan kemanjaan Jaehyun yang seperti anak-anak, "ini menyehatkanmu."
"Rasanya seperti muntahan." Gumam Jaehyun, tapi akhirnya menurut membuka mulutnya, menerima suapan Yerim lalu mengernyit ketika menelan.
Ekspresinya membuat Yerim tergelak, tapi kemudian Jaehyun meraih tangan Yerim yang tidak memegang sendok, ekspresinya berubah serius,
"Yerim, tak terbayangkan rasa terimakasihku padamu....aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan cintaku, aku.... Para dokter dan perawat menceritakan perjuanganmu untukku...."
"Stttt," Yerim meletakkan sendoknya dan menyentuhkan jemarinya di bibir Jaehyun, "Perjuangannya sepadan, kau akhirnya bangun kan?"
"Tapi...." ekspresi kesedihan menghantam Jaehyun, "aku.... Aku mungkin tidak akan bisa berjalan lagi. Aku mungkin lumpuh selamanya, aku hanya akan menjadi bebanmu..."
"Jaehyun," Yerim menyela sedikit marah, "kau tidak boleh memvonis dirimu sendiri, kesembuhanmu yang luar biasa ini juga diluar prediksi dokter bukan? Kita pasti bisa kalau kita berjuang dengan tekad dan keyakinan kuat bersama-sama, meskipun begitu....", Suara Yerim berubah sendu, "meskipun pada akhirnya kau lumpuh selamanya pun, aku akan tetap bahagia bersamamu... Kau tahu selama ini aku selalu berdoa apa? Aku berdoa yang penting kau sadar, aku tidak peduli yang lain, Tuhan sudah mengabulkan doaku Jaehyun.... Tidakkah itu cukup?"
Mata Jaehyun tampak berkaca-kaca.
"Kau tidak tahu betapa aku mencintaimu......"
Suara di pintu itu mengalihkan perhatian mereka, Yerim dan Jaehyun menoleh bersamaan, lalu Yerim tersenyum, Dokter Rose ada di sana, dalam kunjungannya yang biasa, sekarang bahkan dokter Rose sudah mulai akrab dan berteman dengan Jaehyun.
Tapi senyuman Yerim langsung membeku ketika menyadari siapa yang mengikuti di belakang dokter Rose, itu Jungkook!
Jungkook yang sama. Jungkook yang tampan dengan penampilan bak adonis, dengan ekspresi yang dingin dan tidak terbaca. Yerim tidak pernah berhubungan dengan Jungkook lagi sejak Jaehyun sadarkan dari komanya, Jungkook selalu memaksakan maksudnya dengan perantaraan dokter Rose, seperti ketika Jungkook memaksakan untuk menanggung biaya rumah sakit Jaehyun dan ketika Jungkook memaksakan Yerim setuju – lewat bujukan dokter Rose – agar Yerim dan Jaehyun pulang ke apartemen yang dibelikannya ketika Jaehyun sudah boleh pulang dari rumah sakit nanti.
Sekarang lelaki itu berdiri di depannya, ekspresinya tak terselami dan sedikit muram, membuat Yerim bertanya-tanya, apakah Jungkook mendengarkan percakapannya dengan Jaehyun tadi. Apakah Jungkook tidak senang mendengarnya,
"Dokter Rose," Jaehyun menyapa ramah ketika Yerim hanya diam saja, lalu menatap ingin tahu ke arah lelaki tampan yang sepertinya hanya menatap terfokus kepada Yerim,
"Halo Jaehyun, aku datang untuk mengecek keadaanmu. Dua hari lagi kau sudah boleh pulang kalau kondisimu sebaik ini terus," Rose menyadari Jaehyun menatap ke arah Jungkook, lalu menyikut pinggang Jungkook untuk menarik perhatian Jungkook yang terarah lurus kepada Yerim, "Dan ini Jungkook, dia eh bosku dan bos Yerim juga."
Jungkook menolehkan kepalanya pelan-pelan, lalu menatap ke arah Jaehyun, menelusurinya dengan tajam dan meneliti.
Inikah laki-laki yang dicintai Yerim sampai rela mengorbankan segalanya? Tiba- tiba pikiran jahat melintas di benaknya, apa yang akan diperbuat Jaehyun jika tiba-tiba dia mengungkapkan bahwa Yerim sudah menjual keperawanannya kepadanya? Bahwa dia sudah berkali-kali meniduri tunangannya yang katanya dicintainya tadi?
"Jungkook." Rose bergumam ketika Jungkook hanya menatap dan tidak bersuara,
Jungkook lalu mendekat dan mengulurkan tangannya kepada Jaehyun,
"Salam kenal, saya adalah.... Atasan Yerim di tempat kerjanya... Kebetulan kami eh cukup .... akrab." sedikit senyum muncul di bibir Jungkook ketika menyadari Yerim dan Rose tampak begitu cemas dengan kata-kata yang mungkin muncul dari bibirnya,
Jaehyun menerima jabatan tangan Jungkook dan tersenyum tulus,
"Terimakasih." meskipun Jaehyun sedikit bertanya-tanya kenapa tatapan Jungkook seolah-olah ingin membunuhnya.
"Saya senang kondisi anda semakin membaik." gumam Jungkook tenang, tapi terdengar seolah-olah mengatakan, kenapa kau tak mati saja biar semua jadi mudah?
Yerim mengernyit mendengar nada suara Jungkook itu, lelaki itu sama sekali tidak mencoba membuat suasana menjadi lebih mudah malah seolah-olah menantang Yerim untuk mengakui sesuatu ? mengakui apa? apakah Jungkook ingin agar Yerim mengakui segalanya di depan Jaehyun? Mengakui bahwa dia sudah menjual keperawanan dan tubuhnya demi membiayai biaya operasi Jaehyun??
Yerim akan mengakuinya, itu pasti, dia tidak mungkin membohongi Jaehyun. Jaehyun mungkin akan marah dan sedih, sedih karena Yerim terpaksa melakukan semua itu demi dirinya. Lalu mungkin Jaehyun akan menyalahkan dirinya sendiri. Oh, lelaki itu tidak akan meninggalkan dirinya karena sudah tidak perawan. Yerim begitu mengenal Jaehyun hingga yakin akan hal itu, dia lelaki berpkiran terbuka, tetapi yang Yerim takuti adalah Jaehyun akan semakin menyalahkan dirinya, sendiri, menyalahkan kondisinya yang tidak berdaya yang membuat Yerim harus berjuang sendirian demi dirinya, dan Yerim tidak mau Jaehyun mengalami itu semua, tidak di saat kondisi Jaehyun masih begitu rapuh dan ada di dalam proses pemulihan. Nanti, Yerim pasti akan mengakui semuanya, tetapi tidak sekarang.
Karena itu dia langsung memelototi Jungkook mengingatkan, memastikan Jungkook melihat isyarat dalam matanya, dan menggeram dalam hati ketika Jungkook malahan tersenyum meremehkan.
"Mr. Jeon ini adalah atasanku di tempat lamaku bekerja." jelas Yerim cepat begitu melihat kebingungan di mata Jaehyun.
"Tempatmu sekarang bekerja Yerim, kamu masih bekerja di sana." sela Jungkook tajam.
Yerim ternganga mendengar bantahan Jungkook itu, kehabisan kata-kata, sementara lelaki itu tersenyum datar pada Jaehyun,
"Kami sempat mengalami sedikit kesalahpahaman. Saya menuduh Yerim melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dia lakukan, Tetapi saya sekarang sudah menyadari kesalahan saya," Jungkook menatap Yerim penuh arti, "dan dengan rendah hati, saya meminta Yerim kembali kepada saya". kata-kata itu diucapkan dengan datar dan santai, tapi entah kenapa arti yang tersirat di dalamnya membuat pipi Yerim merona.
Rose langsung berdehem memecah kecanggungan,
"Bagus, kita akhirnya menyelesaikan segala kesalahpahaman," gumamnya ceria, "Nah sekarang aku ingin memeriksa kondisimu Jaehyun."
"Saya tidak pernah merasa lebih baik dokter." Jaehyub tersenyum, perhatiannya teralih dari Jungkook dan Yerim.
"Dan akan lebih baik lagi, aku yakin mengingat pesatnya kondisimu," Rose tersenyum, lalu menatap Yerim dan Jungkook, "Kalian bisa keluar sebentar? aku ingin memeriksa kondisi Jaehyun."