17. Defeat Enemy

12.8K 889 80
                                    

"Gimana kata dokter?" Lina langsung buru-buru menghampiri Alana dan Garken.

"Kita bicara dirumah, Ma." ucap Garken.

"Kenapa gak disini saja?" tanya Lina. "Lagi pula kalau kita pulang, siapa yang menjaga Tisha?"

"Kami bisa kok Oma, jagain Tisha," sahut Karin, paham dengan situasi.

Lina hanya pasrah,"Yasudah."

"Kami titip Tisha, tolong jaga dia." ucap Garken kemudian membawa Lina dan Alana pergi dari lingkungan Rumah Sakit.

"Rin, gue titip Tisha. Lo bertiga tolong jagain dia, kalo dia siuman telfon gue. Gue ada urusan," ucap Asta setelah selang beberapa menit Garken, Alana dan Lina pergi.

"Lo mau-"

Asta menoleh.

"Tawuran?" lanjut Karin.

"Bukan urusan lo, urusan lo jagain Tisha aja." ucap Asta. "Bukan cuma lo doang, lo sama lo juga." ucap Asta sembari menunjuk Salsa dan Fiza.

"Lo siapa nyuruh-nyuruh gue?" sahut Fiza, salah sendiri Asta berbicara seperti itu pada Fiza.

"Gue? Geenan Asta Antares." celetuk Asta dingin.

Alis Fiza terangkat satu,"Bukan bokap gue kan?"

"YA BUKANLAH NENG! HAHAHAHAHA!" ucap Samudra tertawa bersama Adit. "Yakali Asta udah punya anak, mana udah segede gaban anaknya,"

"Gue gak ngelucu, maksud gue kalo dia bukan bokap gue gausah nyuruh-nyuruh," cetus Fiza.

Sontak saja membuat teman-teman Asta tertawa, baru kali ini ada perempuan yang berani menentang perintah Asta selain Tisha.

"Bacot, jagain aja. Sahabat macam apa lo? gamau jagain sahabat sendiri." ucapan Asta langsung masuk kedalam hati Fiza, benar juga.

Oke, Fiza mengakui kekalahannya.

"Fine, kali ini lo menang." dengus Fiza.

Hati Asta tertawa senang, kemenangan adalah salah satu hal penting dalam hidupnya. Terlalu terobsesi menjadi nomor satu, itu adalah kekurangannya.

"Udah debatnya? kita harus ke markas sekarang." ucap Zeo, sontak enam pria itu langsung buru-buru meninggalkan Rumah Sakit.

"Untung bersangkutan sama Tisha, kalo engga udah kalah tu cowok," sebal Fiza.

"Udah, Asta emang gitu. Sabarin aja," sahut Karin.

Salsa menoleh,"Tau dari mana lo?"

"Eh, tau apanya?" Karin mendadak gugup.

"Itu, yang kata lo-"

kriuk kriuk

"Anjir, suara perut siapa tuh?" ucap Salsa sambil menoleh kearah perutnya sendiri. "Wah, ternyata perutku sendiri."

"Ck, kebiasaan. Dimana-mana laper, mau makan?" dengus Fiza, hapal akan kebiasaan sahabatnya.

"Mau lah, yakali mau tidur. Nih, anak-anak gue demo minta makan," ucap Salsa dengan tampang tak berdosa mengelus-elus perut ratanya.

Fiza langsung menoyor kepala sahabatnya itu dengan gemas, sifat Salsa adalah sifat yang selalu membuat persahabatan semakin ramai.

"OMG! kepala gue! nanti kutunya jatohan tau zaaaa!" Salsa berucap histeris, dasar gadis gila.

"IUH, LO KUTUAN?!" sahut Karin dengan cepat menghindari Salsa.

Fiza ikutan melotot,"JOROK AMAT SIH LO SAL!"

          

Salsa malah menampakkan cengiran tanpa dosa, senang sekali menjahili kedua temannya ini. Bukannya menjawab, Salsa malah mengibas-ngibaskan rambutnya seakan sedang berbagi kutu. Membuat Karin dan Fiza semakin berlari kencang menuju mini market didekat Rumah Sakit.

Dan mereka menjadi tontonan orang-orang sekitar. Bukannya malu, Salsa malah menjadi-jadi.

"SALSA GILA! GILA LO SAL!"

"ANJIR GUE GAMAU KUTUAN! HUAAAA!"

"HAHAHAHA TUNGGUIN AKU SAHABAT-SAHABATKU!"

🦋🦋🦋

"Udah lo kumpulin semua?" tanya Asta pada Geraldo, Geraldo adalah tangan kanan Asta untuk mengurus anggota REVIRES yang berada diluar SMA Garuda Muda.

"Udah, 200 orang complete. Tapi bang Akmal gabisa ikutan, Dia kemarin cidera abis balepan taruhan mobil," ucap Geraldo.

"it's ok, nanti selesai urusan ini kita kerumah bang Akmal buat jenguk." ucap Asta. "Yaudah, kita masuk dulu sebentar ke markas. Susun strategi, baru berangkat." ucapnya lagi.

Geraldo mengangguk patuh, Asta adalah sosok yang dihargai di REVIRES.

Ketika Asta dan Geraldo masuk ke dalam markas besar, suara ricuh langsung tak terdengar. Mereka semua tahu, bahwa sang ketua akan membahas strategi sebelum bertempur.

"Makasih, buat yang bisa dateng malem ini. Lawan kita malem ini, geng nya Rey. GENZO," ucap Asta, sontak membuat riuh.

"REYHAND KETOS?!" teriak salah satu anggota.

"Anjir, nyari mati." ucap salah satunya lagi.

"PERLU SAMPE MATI KAGA?!" teriakan ini sontak membuat riuh.

"GAS LAH!"

"KUY AJA GUA MAH, URUSAN POLISI BELAKANGAN!" sahut satunya lagi.

"GUE SIH YES!"

"Pada ilang nih, aklak lo pade." celetuk Adit, yang lain malah tertawa.

Asta mengisyaratkan untuk diam, REVIRES memang anggotanya memiliki jiwa lawak dan fisik yang kekar juga paras rupawan. Membuat rombongan mereka paling langka se antero Jakarta.

"Oke, kaya biasa lo pada mau turun langsung, atau 50 orang tunggu aba-aba gue?" kata Asta tegas.

"Menurut gue langsung turun aja ta, cuma GENZO kan?" sahut Samudra, yang tumben pikirannya serius.

"Setuju sih gue, cuma rombongan upil kuda." celetuk Adit, yang mengundang tawa Samudra.

"Bangsat, lagi serius gausah bercanda mulu lo njing," Diarko menoyor kepala Adit.

"Sembarang lo nempeleng-nempeleng, bokap gue motong sapi 2 nih pas gue lahir," ucap Adit.

"Dit, lagi serius." Xavier menimbrung.

Adit hanya cengegesan kemudian kembali memainkan spinner miliknya.

"Yaudah, langsung turun aja ta." ucap Geraldo.

"GASSSSSSS!" teriak Ijal, salah satu anggota.

"Jal, lo sama siapa?" ucap Asta, karna Ijal biasanya bila ingin tawuran seperti ini selalu bingung dengan siapa.

GEESHAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang