TLLTY [73]

1.3K 107 46
                                    

Kinan tidak ingin membuka matanya barang sedikitpun. Pemandangan di mana Agra berniat melucuti celana boxsernya tidak bisa membendung tangisannya. Kinan terisak dengan jantung berdegup kencang.

Pasrah sudah. Kinan menolak menyambut hari esok dengan keadaan sekacau ini. Lima menit berlalu, tak ada tanda-tanda Agra mendekat atau ranjang yang bergerak kecil dinaikin seseorang selain gebrakan pintu disusul langkah kaki yang kian menjauh darinya.

Suara isakannya seketika pecah. Kinan memberanikan diri membuka matanya dan mendapati kamar tanpa sosok Agra. Celana serta baju kemeja lelaki itu pun sudah tak lagi di bawah. Agra meninggalkannya sendirian. Kinan menekan bibirnya guna menahan luapan kesedihannya. Sialannya bulir kristal ini terus membasahi pipinya.

Agra berubah.

Agranya bisa berbuat segila itu padanya.

Brown saja yang bertahun-tahun mempekerjakannya di klub malam tidak sejahat itu dalam memperlakukannya. Meskipun pernah disuruh menemani kliennya minum-minum, Kinan tidak sampai melepaskan seluruh pakaian di tubuhnya. Kinan kecewa. Tapi dia tidak bisa marah. Mungkin pun besok-besok rasa sakit di hatinya tak lagi terasa.

Apapun kesalahan yang Agra lakukan, semudah itu Kinan maafkan. Kinan mencintai Agra. Apapun kondisinya, seterluka apapun perasaannya, Kinan tidak akan berhenti untuk mencinta.

Mencoba meredakan tangis, susah payah Kinan membebaskan tangannya yang terikat. Kinan terus menggerakkan tangannya walau lumayan perih pergelangannya, Kinan memaksa hingga akhirnya terlepas. Segera dia bungkus tubuh telanjangnya dengan selimut tebal sebelum memungut keseluruhan pakaiannya. Maniknya menatap nanar dress yang dia gunakan tadi. Kinan tak kehilangan akal yang mana dia langsung meraih sebuah kaos putih longgar juga celana pendek sepaha di dalam lemari Agra. Kinan buru-buru memakainya dan memilih meringkuk di balik selimut.

Dadanya masih sesak. Sekilas bayang-bayang Agra memenuhi kepalanya. Kinan ingin cepat-cepat pergi dari sini tapi dia takut karena sekarang tengah malam menjelang pagi. Kinan berniat meminta bantuan Cakra tapi apa daya dia juga tak mau bersitatap dengan lelaki itu. Alhasil, Kinan bertahan di apartemen Agra setidaknya sampai matahari mengintip dari balik peraduannya.

Lama merenungi akan berakhir bagaimana hubungan mereka, akankah Kinan mundur atau terus melangkah maju sampai dia lelah, selelah-lelahnya?

Semuanya tak mampu dia pikirkan ketika kantung menyerang dan matanya perlahan terpejam.

~~~

Ada nyeri yang hinggap saat tubuh tanpa sehelai benang milik Kinan terpampang nyata di hadapannya. Bergerak menurunkan celananya namun Agra memilih menaikkannya lagi dan sesegera mungkin mengutip baju serta celananya lalu melenggang keluar.

Bajunya tidak Agra pakai melainkan dibuangnya ke atas sofa. Hanya memakai celana kemudian bertelanjang kaki menuruni anak tangga dan tahu-tahu sudah tiba di apartemen Adira. Lebih baik menumpang di sini walaupun hubungannya dengan Adira lagi tak sehat daripada menetap di apartemennya di mana Kinan ada di sana dengan pengikat dasi yang belum dia lepaskan.

Persetan dengan itu! Agra tidak peduli!

Tidak punya hati? Tentu saja. Dan itu terjadi setelah dia melihat Kinan di antara pria yang ada di klub. Agra pikir seterusnya dia akan bahagia dengan Kinan. Sialnya tak berlangsung lama. Hitungan hari lalu impiannya sirna.

Sadar atau tidak, saat ini, Agra bersikap egois. Apa yang dia terima tidak sebanding dengan penantian panjang Kinan. Rela menulikan telinga, menebalkan muka, hanya demi seorang Agra yang bisa dihitung berapa kali membuat Kinan merasa benar-benar dianggap ada.

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang