5. Mama Marah

351 37 0
                                    


Siang ini gue menjemput Leon dari sekolahnya, lalu membawa ke kantor Yunis. Sesampai di kantor Yunis, gue dan Leon harus menunggu di ruangannya karena lagi ada meeting dulu.

Leon udah heboh berlarian di ruangan luas pribadi milik Yunis ini dengan Siska, sekertaris Yunis. Gue hanya duduk sambil mengeluarkan bekal untuk suami tercinta ini.

Pintu terbuka dan Yunis pun datang dengan jas yang sudah tersampir di tangan. "PAPA!" Teriak Leon saat melihat Papanya, dia berlari dan melompat ke arahnya. Beruntung Yunis langsung menangkap tubuh kecil Leon lalu di angkat ke atas sampai membuat jagoannya tertawa kegirangan.

"Jagoan Papa udah sekolah ?" Tanya Yunis sambil mengecup pipi gembul Leon. Gue berdiri dari duduk karena harus segera pergi, ada acara di keluarga besar gue dan gue harus kesana untuk membantu persiapan tunangannya sepupu gue.

"Tadi Miss Lena ngajarin Leon lagu burung kakak tua" celotehan Leon terdengar, gue tersenyum melihat keakraban Yunis dan juga Leon. Gak ada pandangan yang menghangatkan selain keakraban mereka, jika lelah pun. Hanya dengan melihat mereka, penat gue seakan hilang.

"Aku pergi dulu ya, Ibu udah nelepon terus" pamit gue pada Yunis, menghampiri Yunis yang masih berdiri di pintu dengan Leon di pangkuannya.

"Nanti aku nyusul ya, kamu bawa baju ganti kan ?" Tanya Yunis, tangannya yang bebas mengelus puncak kepala gue.

"Iya bawa, kita kan mau nginep. Titip Leon dulu yah, dia maksa gak mau ikut aku. Pengen bareng Papanya, padahal kamu lagi kerja"

Yunis tersenyum, menatap anak semata wayang kita dan mencium pipi Leon. "Gapapa, aku udah lama gak main sama Leon. Kemarin sibuk banget, lagian kalo Leon disana bahaya. Rumah tante Briana pasti heboh buat masak, gak ada temen main juga Leon disana" jelas Yunis.

Memang acara tunangan di rumah sepupu gue diadakan sederhana, tanpa menyewa pihak EO atau WO. Di urus sendiri sampai ke memasak pun, dan disana memang gak bakal ada anak kecil. Clarisa pun gak bisa dateng bareng anak-anaknya, karena sama juga dititipin ke mertuanya.

"Yaudah, aku pergi dulu. Itu makan siang kamu di meja, sama ada baju buat Leon kalo aja dia butuh ganti. Jangan banyak di kasih yang manis-manis ya, awas!"

Yunis malah tertawa, kebiasaan dia selalu memanjakan anaknya. Jika Leon pengen makan yang manis-manis main kasih aja. Padahal gak baik buat pertumbuhan gigi Leon.

"Sayang, Mama pergi dulu ya. Kamu jangan acak-acakan kerjaan Papa. Oke ?" Ucap gue pada Leon yang sejak tadi sibuk mengingat lagu burung kakak tua yang diajarkan gurunya di sekolah.

"Oke!" Ujar Leon nyaring, gue dan Yunis tertawa gemas melihatnya. Mencium pipi Leon juga mencium pipi Yunis, gue pun izin pergi ke rumah saudara.

Tidak lupa memberikan beberapa pesan juga pada sekertaris Yunis yang memang sudah biasa gue repotkan untuk menjaga Leon, dan beruntungnya Siska suka anak kecil jadi dia gak keberatan saat disuruh menjaga Leon yang aktifnya luar biasa.

Menyetir mobil sendiri, gue melaju ke rumah saudara yang jaraknya lumayan jauh dari kantor Yunis. Sekitar 30 menit akhirnya sampai, di depan rumah sudah terdengar ramai. Sepertinya gue beneran telat kayaknya.

Pintu utama rumah itu terbuka, terlihat beberapa sedang sibuk bekerja. Ada dua laki-laki yang sibuk mengangkat kardus berisikan minuman gelas.

"Widiiihh, rajin bener Mikael" goda gue pada Mikael yang baru kembali dari dalam setelah mengangkat dua kardus. Dia melirik gue dengan kesal, wajahnya memerah seperti kelelahan dan gue malah ketawa.

HIM : My Husband || Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang