Nila POV
Sudah dua bulan kami menikah. Sikap Rizal padaku masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Dia masih saja dingin. Terkadang menjawab perkataanku dengan gumaman saja.
Tapi satu yang aku suka padanya, walaupun dia dingin dan terkesan cuek, sebenarnya dia perhatian juga sama aku dan bayi yang ku kandung.
Kini perut ku sudah mulai membesar. Usianya sekarang sudah 11 minggu. Aku sudah mulai mengalami yang namanya mengidam.
Kami belum berpindah ke rumah yang dibelikan oleh Daddynya. Tapi, sebagian barang sudah diletakkan di sana. Tinggal menunggu 3 hari lagi, kami akan pindah ke sana.
Ku dengar bunyi bel di pintu apartemen. Ah sudah jam 5 sore ternyata. Aku tidak sadar karena keasyikan memainkan sebuah aplikasi game. Aku berdiri dan berjalan membuka pintu itu.
Cup. Kebiasaan ku ketika dia hendak pergi atau sudah pulang, aku mencium pipinya walaupun dia tak meresponnya sama sekali.
"Kamu mau langsung mandi?" tanyaku.
"Hm."
"Enggak mau minum-minum teh dulu?" pertanyaanku bukannya di jawabnya. Dia malah pergi.
Entah kenapa belakangan ini ku lihat dia murung terus. Apa pekerjaan di kantor yang membuatnya jadi seperti ini? Sudah pernah aku menanyakan padanya, tapi dia hanya mengatakan 'bukan urusan kamu'.
Sudah jelas dia suami aku, aku berhak dong tau apa yang dialaminya. Urusan dia yah menjadi urusan aku, begitu juga sebaliknya.
Sembari menunggunya selesai mandi, aku membuatkannya teh. Dia sangat suka meminum teh di pagi dan sore hari.
Selesai membuat teh, aku berjalan ke ruang tv. Menonton salah satu acara tv kesukaanku. Tak lama aku menonton tv, ku dengar pintu kamar kami terbuka. Mungkin dia sudah selesai mandi.
Ketika melihatnya turun, aku langsung menghampirinya dan memberikannya teh yang ku buat tadi.
"Ini diminum." Kataku padanya.
Kami kembali ke ruang tv. Kami duduk di beda sofa. Dia terlihat seperti sibuk memikirkan sesuatu. Bahkan, hal yang lucu di tv pun dia tak tertawa. Seberapa beratkah beban pikiranmu?
Eh tunggu. Kenapa aku tidak melihat jam tangan yang selalu digunakannya itu? Padahal itu jam tangan kesayangannya. Apa mungkin yang tadi dia pikirkan adalah jam tangannya? Ah aku rasa tidak. Toh kalau dia kehilangan jam tangan kan dia bisa beli lagi. Dia memiliki banyak uang.
Aku mendengar bel kembali berbunyi. Siapa yang datang? Pikirku. Aku bangkit dan menuju ke pintu apartemen. Sebelum membukanya, aku melihat dia samping pintu, di sana ada lubang kecil yang membuat kita bisa melihat siapa yang datang.
Seorang wanita. Mau ngapain dia kemari? Aku tak merasa pernah mengenalnya. Ah mungkin dia ada kabar penting buat Rizal.
Ketika aku membuka pintunya, wanita itu terlihat terkejut melihatku.
"Ini apartemennya Rizal kan? Apa aku salah?" Tanya wanita itu.
"Benar ini apartemen Rizal. Kamu siapa ya? Ada urusan sama Rizal?" tanyaku.
Dia bukannya menjawab, malah melihatku dengan heran dari atas kebawah. Dari tatapannya sih aku rasa dia bukan mau merendahkanku, hanya saja ku lihat dia seperti heran begitu.
"Kamu siapa?" tanyanya balik.
"Aku Nila, istri Rizal." kataku padanya.
Wajahnya yang tadi terlihat normal-normal saja, kembali terkejut. Bahkan lebih terkejut dari yang pertama tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Loves Me? Impossible!!!
RomanceMenikah dengan seseorang yang begitu sangat kau benci. Dan di sisi lain, kamu memiliki kekasih yang begitu sangat kau cintai. "Akh, wanita sialan. Aku begitu menyesal telah membantumu." Umpat Rizal. ●●●●●●●●●●●●● Slow update!!!!