Chapter. 10

16.3K 2.4K 116
                                    

Ch. 10

°

Drama adalah bagian cerita. Maka Karyna tidak merasa perlu menghapusnya, tetapi tidak melebihkannya. Ketika Duta datang ke rumah mereka yang sudah beraura bahagia... dia hanya bisa menerima. Mungkin sudah waktunya Duta mengaku dan menyesali perbuatannya. Hanya saja, Karyna merasa mertua laki-lakinya itu sengaja datang saat Dion dan Hayana asa di sana.

Ya, pagi hari dimana semua aktivitas kembali dimulai bel rumah Dave dan Karyna berbunyi. Tidak biasanya jika orang yang mengenal mereka membunyikan bel, semuanya tahu adab mengetuk pintu rumah pasangan itu dan mengucapkan salam atau mengatakan 'permisi' sebagai tanda memang benar-benar manusia yang datang ke rumah.

Itulah sebabnya, Karyna agak was-was membuka pintu. Dan pada akhirnya Duta-lah yang dia lihat berdiri di depannya. Setelah berdiri lama dan hanya saling menatap karena pasti kebingungan melanda, Duta lebih dulu berucap.

"Maaf mengganggu, Karyna. Papa mau—"

"Siapa yang dateng, Sayang? Lama banget bukain pintu a—ja..." Dave ikut terkejut untuk ini. "oh, Papa."

Karyna tahu suaminya memaksakan diri untuk menyebut kata 'papa'. Rasanya sudah begitu lama bertemu dengan pria yang nampaknya makin mengoleksi kerutan di wajahnya itu, hingga Dave sudah kaku memanggil orang lain dengan sebutan papa sebab diri pria itu sudah terbiasa dipanggil papi atau ayah oleh kedua anaknya sendiri. Dave sudah merasa cukup dituakan oleh anak-anaknya, dan harus memanggil Duta dengan panggilan papa menjadi aneh di telinga yang mendengarnya.

"Masuk, Pa." Kata Karyna mempersilakan.

Karyna tak mungkin mengusir pria tua itu dari sana. Toh, bukan Karyna yang memiliki urusan begitu pelik dengan Duta. Pun Karyna tak mau mengajarkan anak-anaknya lebih parah lagi dengan sama sekali tak mengenal sosok kakek dari pihak papinya.

Dave berdehem, tanda bahwa dia tak suka dengan inisiatif sang istri. Namun, Karyna tak mau berdebat di depan Duta dengan suaminya sekarang. Jadi, wanita itu tidak memedulikan Dave sementara waktu.

"Kita ke ruang mak—"

"Papa duduk di sini aja dulu. Kami tinggal sebentar." Begitu Yang akhirnya Dave lakukan. Dia tak suka dengan gagasan Duta ikut andil di ruang makan. Suasananya akan menjadi begitu kaku nanti, sebab ada Dion juga yang tidak begitu disukai oleh Duta.

"Iya, Dave. Papa di sini aja, nggak masalah."

"Memang harusnya nggak masalah." Balas Dave dengan tegas.

"Dave," tegur Karyna pada suaminya.

"Ikut aku." Dengan tegas Dave meminta sang istri untuk ikut dengannya. Melangkah sejauh mungkin dari Duta yang hanya bisa menatap ornamen rumah mewah tetapi terlihat sederhana itu.

Keduanya menjauhi ruang tamu dan ruang makan. Memutuskan ke halaman belakang untuk bicara.

"Kenapa kamu terima dia ke sini!?" Protes Dave dengan nada geram.

Karyna menyentuh dada suaminya, lebih tepatnya mengelusnya dengan segala perasaan yang ada. "Aku harus apa kalo gitu? Ngusir papa kamu?" jawaban yang lebih pada menodong Dave itu membuat si pria mendesah kesal.

Dave jelas tak bisa apa-apa selain membenarkan jawaban istrinya. Mengusir orang yang lebih tua dan memiliki andil dalam kehidupan mereka jelas tidak menjadi pilihan terbaik.

"Tapi—ah, astaga! Kenapa dia harus datang waktu mama dan Dion juga ada di sini, sih!?" kesalnya sendiri.

Karyna memeluk tubuh suaminya, menempelkan pipi di dada pria itu.

"Mungkin udah waktunya, Dave." Kata Karyna.

"Waktu untuk apa?"

"Buat papa kamu mengakui dan menyesali kesalahannya."

Dave memaksa tawanya. Terdengar sinis sekali di telinga Karyna.

"Mana ada. Orang seperti dia nggak akan pernah merasa menyesal. Kamu tahu gimana piciknya keluargaku, kan? Itu jelas nggak mungkin."

Mendongak, Karyna alihkan tangannya ke rahang suaminya. Memaksa Dave untuk menunduk padanya.

"Kamu bisa. Kamu bahkan bagian dari keluarga itu yang punya mulut pedas dan picik sewaktu masih jadi atasanku, kamu masih nggak percaya orang picik bisa berubah?" tanya Karyna dengan nada mendikte.

"Bedaaa, Ryn."

"Apanya yang beda?"

"Aku nggak selingkuh, itu yang harus kamu garis tebal. Aku nggak sembarangan menghasilkan anak dari perempuan lain. Aku tahu bahwa aku yang cinta sama kamu nggak akan melukai kamu dengan bersama perempuan lain, apa pun alasannya. Lihat dia! Dia beneran picik, bukannya lepasin mama yang ada malah selingkuh juga!"

Karyna mengerutkan keningnya. "Sayang, kamu tahu ucapan kamu itu akan menyakiti mama kamu juga kalo beliau denger?"

Dave diam berpikir.

"Mama akan tetap ngerasa bersalah juga sama kamu. Bukan hanya papa kamu yang selingkuh dan memiliki anak, tapi mama kamu juga. Kalo kamu singgung hal itu di depan papa dan mama, aku yakin mama juga akan ikut sakit hati. Dia perempuan, pasti lebih sensitif ketimbang laki-laki. Jadi, berusaha-lah untuk memaafkan papa kamu seperti kamu menerima mama dan Dion. Dengan begitu kita nggak akan merasa terbebani dengan keberadaan orang itu."

Dave menghela napasnya. Dia pasti merasa berat dengan ucapan Karyna. Berat untuk mempraktikannya.

"Lagi pula, ini salah satu cara supaya Umay nggak ikut membenci kakeknya sendiri. Bukannya enak hidup dengan lebih damai?"

Mereka berdiam sejenak dengan posisi berpelukan intim. Dave menaruh tangannya di pinggang sang istri dan tetap saja berakhir mencium bibir Karyna. Begitu saling melepaskan tautan, sebelah tangannya meremas bokong Karyna dan berkata, "Kamu memang pawangku."

He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang