BAB 8 TERBONGKAR

1.1K 336 168
                                    

Isi bumi harus tau, bahwa gue benar-benar membenci lo.

Putra Anggara.

Pagi telah tiba, malam telah berlalu. Nathania sedang menunggu jemputan diteras rumah. Terdengar suara motor berhenti didepan rumahnya, tapi siapa? Bukankah Riko akan menjemputnya menggunakan mobil? Nathania menghampirinya, pria itu melepaskan helm bewarna biru mengkilat yang sedari tadi ia pakai.

Wanita ini tersenyum, itu benar-benar Riko. Hari ini Riko menggunakan motor sport, penampilannya pun cukup berbeda dari hari-hari biasa.

“Tumben bawa motor, ada apa, nih?” tanya Nathania basa-basi sebelum berangkat sekolah.

Riko tersenyum.“Bawa mobil gak bisa deket-dekatan.”

Nathania membingung, apa maksudnya ini? Sungguh Nathania benar-benar tak peka.“Dekat gimana?”

“Kalo mobil hanya bisa deketan dengan duduk sampingan, kalo motor lo bisa peluk gue dari belakang,” jawabnya membuat wajah Nathania memerah merona.

Alay lo!” Riko terkekeh melihat wajah malu gadis ini.

“Ya udah, buruan naik,” pinta Riko untuk Nathania segera menaiki motornya. Sulit? Ya, iyalah sulit. Cewek pake rok naik motor sport.

Sampai disekolah Riko memarkirkan motornya, siswa-siswi yang berdatangan kini menatap Riko dan Nathania dengan tatapan penasaran. Berjalan dikoridor kelas, Riko mengantarkan Nathania ke kelas X ipa 2.

“Hm... Stev, beda banget ya, aroma cinta pertama. Kekelas aja minta dianterin!” ledek Toni melihat Riko dan Nathania yang menghampirinya.

“Itu namanya, manja. Masa sih, preman sekolah minta dianterin.” Steven mengompori, Nathania menatapnya sebal.

“Ya udah Tan, gue kekelas dulu, yah?” izin Riko, Nathania mengangguk lalu menghampiri Steven dan Toni.

“Dapat pacar lupa sahabat!” cetus Steven.

“Lo jomblo, minggir sahabat,” sambung Nathania menggeser tubuh Steven, Toni terkekeh.

“Gak nyambung bangsad!” geram Steven.

“Pagi yang cerah diiringi dengan kata bangsad,” ujar Toni.“Jadian aja belom, tapi dah pamer bangsad!” sambungnya.

Nathania duduk menoleh sekilas kearah kursi Liony yang tidak ada apa-apa.“Liony mana, nih?”

“Tas nggak ada, berarti belum datang,” jawab Steven.

“Pelajaran keberapa nih, kita nunjukkin rekaman Cctv kemaren?” tanua Toni menyodorkan flashdit's.

Nathania mengambil flashdit's yang ada ditelapak tangan Toni.“Kedua, yang pasti seluruh murid dan guru udah pada dateng.”

“Putra bakalan nampilin vidio ini ke layar tancap yang dilapangan 'kan?” tanya Steven, Nathania dan Toni mengangguk.

“Tapi—” balas Toni terjeda.

“Haiiiiii!!” sapa Liony berlari mendekati mereka.

“Hai, hai, hai lo pikir ini dipantai nemuin turis cakep pake hai?” sahut Toni begitu cepat.

“Paansi.”

“Piinciiiiiiiiiiiii!” sebal Toni menirukan gaya Liony.

“Gue nikahin mau?” sambung Steven membuat keduanya menoleh.

“Lo siapa? Bapak gue bukan, bokap gue bukan,”" ujar Toni tak terima.

“BAPAK SAMA BOKAP, SAMA ANJING!” geram Steven menatap kesal kearah Toni.

Tentang NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang