19. Terlalu Gengsi.

102 12 0
                                    

Laskar tertawa keras ketika mendengar cerita dari Glen bahwa Dito menangisinya dan mengatakan tidak mau kehilangan teman sepertinya. Cowok yang sering disebut oleh banyak orang dengan sebutan Sweetheart itu mendengus dikala teman-temannya terus mengejeknya.

"Kalau gue tahu Lo masih hidup sih ogah gue nangisin Lo." Dito yang berdiri disisi kanan Laskar menekuk wajahnya ketika para teman-teman laknatnya terus menggodanya.

"Sampai lupa makan, haaa..." Tawa Glen meledek ketika melihat Dito semakin menekuk wajahnya.

"Segitunya Lo sama gue?" Laskar menatap wajah Dito dengan geli. Dia sedikit merasa bersalah dengan temannya satu itu. Tadi gara-gara masalah Karin di kantin, dia pulang meninggalkan teman-temannya. Gara-gara terbawa amarah, dia sampai lupa kalau dia sedang melintasi wilayah anak Geng Motor Madava dengan membawa jaket bertulis nama Geng Motornya, apalagi kalau bukan Gentala.

"Dasar curut, nyesel gue ngehawatirin Lo." Dito merasa malu karena ketahuan menghawatirkan teman adu mulutnya.

"Serius Las, yang bikin Lo babak belur sampai sulit nafas berarti bukan Bima?" Tanya Glen, serius. Pasalnya dia udah nyerang Bima. Bahkan lengannya harus diperban gara-gara berantem tadi sore.

"Bukan, tapi anggotanya. Tuh orang kayaknya gak ada disana." Jawab Laskar, bingung. "Emang kenapa? Ada masalah?"

Sontak Raja dan Glen langsung menatap Dito yang pura-pura sok sibuk dengan heandponenya.

"Gak usah sok sibuk Lo." Glen merebut heandpon Dito. "Kata Dito, Lo nyebut nama Bima sebelum masuk UGD?" Glen beralih menatap Laskar.

"Bisma, sepupu gue. Bukan Bima. Gue tadi ngelihat dia ngikutin ambulance yang bawa gue." Jelas Laskar. Glen dan Raja melotot sambil meremas heandpon Dito.

"Heee..., Sorry, gue lupa bersihin telinga gue." Dito tersenyum hambar sambil menatap kedua temannya bergantian.

"Nyari mati emang Lo." Raja memukul pundak Dito dengan keras.

"Ciri-ciri orang kayak Lo gaya-gayaan mau jadi anggota polisi. Yang ada Lo salah nangkap orang." Ejek Glen. Dito meringis, dia menatap Laskar seakan meminta pembelaan.

"Jadi kacung gue mau?"

***

Alana sudah berdiri di depan kelas Glen. Dia bergerak resah di depan kelas Xll IPA . Dia ingin masuk, tapi dia takut melihat wajah Glen.

"Eh ada Neng Alana yang cantik. Nyari Aak Glen ya?" Tanya Laskar, sambil bersandar diambang pintu. Cowok itu sudah kembali sekolah setelah semalam pulang dari rumah sakit. Katanya jagoan gak baik lama-lama di rumah sakit, ngabisin uang. Mending lama-lama ke sirkuit, dapat uang balapan.

"Iy_iya, Kak Glen-nya ada?" Tanya Alana, gugup.

"Santai, gak usah gugup. Gue bukan kepala sekolah. Ada tuh di dalam, masuk aja. Gue mau ketemu gebetan gue, si Karin." Laskar berjalan meninggalkan Alana, baru beberapa langkah, Alana sudah mendengar teriakan Laskar. "NENG KARIN, AAK LASKAR COME BACK!"

Alana tersenyum singkat. Kemudian dia berjalan masuk kedalam kelas Xll IPA.

"Yaampun, gede banget." Alana melihat Dito, teman Glen itu sedang menonton Vidio sambil berteriak yang mungkin membuat orang gagal paham.

"Apanya yang gede, Dit? Susunya?" Tanya salah satu temannya, bar-bar.

"Bukan, pahanya. Haa..., Orang gue lagi nonton Mubang (Makan besar.)" Tawa Dito memenuhi kelas Xll IPA.

"Njirr..., Lo."

Suara gersak grusuk anak kelas Xll IPA membuat Alana kurang nyaman.

"Wih, cantik bener tuh cewek. Siapa namanya?"

GLEN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang