63.Dont wanna Go

1.3K 164 37
                                    



"ayo cepat, Jimin-ah. Kita tidak punya banyak waktu lagi." ucap Taehyung sambil terus mengawasi keadaan sekitar rumah Jungkook. Dari kejauhan nampak Ayah Jimin dan juga anak buahnya yang sedang mengerumuni Jungkook, Pria bertubuh bongsor itu tergeletak tak berdaya di bawah lantai dengan luka memar di beberapa bagian tubuhnya namun sayangnya hal itu tidak menjadi penghalang bagi Jungkook untuk terus menyuarakan pendapatnya pada Ayah Jimin.

"bagaimana, apakah kalian menemukan Jimin di dalam rumah?" kedua anak buah Tuan Park membungkuk namun tak lama setelah itu mereka kemudian menggelengkan kepalanya, berusaha memberitahu Tuan Park jika Jimin dan yang lainnya sudah tidak ada lagi di dalam rumah Jungkook.

"tidak mungkin, cepat cari ulang. Pokoknya aku tidak mau tahu kalian berdua harus segera  menemukan Jimin, bagaimanapun caranya."  kedua anak buah Tuan Park itu hanya bisa menganggukkan kepala mereka kemudian berlari kembali ke dalam rumah Jungkook untuk mencari keberadaan putra majikan mereka, Jimin.

Tuan Park menatap sinis kearah Jungkook ketika mendapati pria bertubuh bongsor itu tengah terbatuk-batuk di bawah lantai.

"cepat katakan, dimana kau menyembunyikan putraku, hah?" jawab atau aku akan memerintahkan mereka untum memukulmu lagi." Jungkook tertawa di sela-sela batuknya, ia kemudian berdecih di tempatnya.

"untuk apa aku menyembunyikannya, aku rasa anda masih mempunyai sepasang mata yang lengkap, daripada anda tidak menggunakannya dengan baik , bagaimana jika anda menggunakannya sekarang? kenapa anda tidak memeriksanya sendiri, masuk ke dalam dan lihat apakah benar Jimin ada di dalam." mendengar ucapan Jungkook membuat Tuan Park tertawa keras bahkan ia sampai memegangi perutnya karena tidak kuat lagi untuk menahan tawanya.

"aku? kau memerintahkan aku, begitu? memangnya siapa dirimu ini sampai-sampai kau berani memerintahku seperti itu. Lagipula mana mungkin aku mau masuk ke dalam rumah jelekmu itu, benar-benar bukan kelasku sekali." sudut bibir Tuan Park tertarik ke atas saat ia melihat keadaan rumah Jungkook, sementara itu Jungkook hanya bisa menundukkan kepalanya ke bawah sambil tersenyum tipis tidak menyangka jika ternyata pria yang ia cintai selama ini memiliki Ayah seperti , Tuan Park ini.



                              🐥🐥🐥🐥



Jimin baru saja akan menyusul Ibu Jungkook untuk naik ke mobil Taehyung namun tiba-tiba suara teriakan Jungkook membuat langkah kakinya terhenti.

"Ibu, tunggu disini sebentar, ok?" Seokjin yang sedang menggendong Jungmin pun langsung panik saat melihat Jimin tiba-tiba berlari ke dalam pagar rumah mereka lagi.

"kau mau kemana , Jimin-ah. Ibu mohon jangan kesana lagi." 

"aku khawatir pada Jungkook, Bu. Aku tidak ingin terjadi apa-apa dengannya."Jimin berhenti sejenak hanya untuk memastikan keadaan putranya, setelah dirasa Jungmin baik-baik saja Jimin pun kembali melanjutkan langkahnya untuk berlari , tidak peduli  dengan Ibu Jungkook yang hingga saat ini masih terus memanggil namanya, hanya satu nama yang ada di dalam hati Jimin saat ini yaitu, Jungkook. Semoga Jungkook baik-baik saja karena Jimin tidak akan pernah memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada Jungkook.







🌻🌻🌻



Tubuh Jungkook kian melemah namun tidak ada satu orang pun yang menaruh belas kasihan padanya. Tubuhnya terus di pukuli, di tendang bahkan tidak peduli sekalipun mulutnya sudah mengeluarkan darah.

"kau masih tidak mau mengatakannya Juga?" Jungkook menggelengkan kepalanya, sepertinya percuma saja baginya untuk berkata jujur atau pun tidak karena Ayah Jimin memang tidak pernah mempercayainya.

"Uhuk...Uhuk...harus  berapa kali lagi aku mengatakannya, aku tidak menyembunyikannya. Bukankah anda telah melihatnya sendiri tapi mengapa anda masih tidak mempercayaiku juga?" Tanpa mengucapkan sepatah katapun Tuan Park langsung meraih tongkat baseball yang memang sengaja ia sediakan dari rumah, ia sudah akan melayangkan pukulannya ke arah tubuh Jungkook namun suara ringisan Jimin membuat Tuan Park menjatuhkan tongkat baseballnya, nampaknya Tuan Park salah sasaran dan justru memukul Jimin, Putranya. Jimin langsung terjatuh ke bawah lantai dengan bagian kepalanya yang mengeluarkan darah segar.


"Jimin-ah, kenapa kau melakukan hal ini. Bukankah tadi aku sudah memintamu untuk pergi tapi kenapa kau masih ada disini? hiks...Hiks." air mata Jungkook langsung mengalir begitu pun juga dengan Jimin namun di sela-sela tangisannya Jimin masih berusaha untuk tersenyum manis, satu tangannya ia arahkan untuk membelai wajah Jungkook.

"mana mungkin aku tega meninggalkanmu sendirian, Jungkook-ah. Bukankah kita sudah berjanji untuk melewati semuanya bersama-sama? sampai kapan pun aku tidak akan pernah bisa pergi jika itu tanpa dirimu, Jungkook-ah. " Jungkook berusaha bangkit dari posisinya namun rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya jadi kesulitan untuk bergerak.

"aku mengerti, tapi bukan seperti ini , Jimin-ah. hiks...Hiks.."

"apa kau baik-baik saja, Jungkook-ah?"
rasa sakit di kepalanya membuat pandangan Jimin memburam, ia Jadi kesulitan untuk melihat wajah Jungkook dengan jelas.

"mengapa kau malah mengkhawatirkanku. Harusnya aku yang mengatakan hal seperti itu. Kau sedang dalam keadaan tidak baik -baik saja, Jimin-ah!" air mata Jimin terus mengalir seiring dengan memudarnya pandangan mata Jimin, sebelum Jimin jatuh pingsan ia sempat menengok kearah Ayahnya yang kini berlutut tepat di belakangnya, tubuh Tuan Park gemetar begitu tidak menyangka jika ia akan melakukan hal seperti ini.

"kumohon, biarkan aku bahagia, Ayah. Sejak kecil aku selalu menuruti setiap perkataan Ayah tapi mengapa Ayah tidak pernah menuruti kemauanku. Apa aku tidak pantas bahagia , Ayah. Ayo katakan sesuatu jangan hanya diam saja, Ayah."


Tuan Park menundukkan wajahnya kebawah bahkan ketika suara sirine mobil ambulance dan mobil polisi saling bersahutan secara bergantian ia tetap memilih untuk diam di tempatnya, tubuhnya seolah terpaku dan tak bisa di gerakkan sama sekali.

"aku tidak akan pernah membencimu, Ayah. Karena aku tahu sebenarnya Ayah adalah orang yang baik namun keadaanlah yang merubah Ayah jadi seperti ini. Berhentilah Ayah, kumohon."



Tangan Tuan Park terkepal erat, saat kedua mata Jimin menutup rapat Tuan Park langsung berlari ke arah Jimin dan memeluk erat tubuh lemah putra kesayangannya itu.



"bangun, Nak. Ayah mohon buka matamu. Maafkan Ayah...maafkan Ayah. Hiks..Hiks..."










Tbc.



Eh, bangke kok gue yang nangis sih?😭😭








 trouble couple's (kookmin/jikook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang