Pagi-pagi aku sudah menggendong ransel dan memeluk map plastik berisikan laporan yang sudah kukerjakan. Kantung mataku yang menghitam kututupi dengan concealer. Sejenak aku menghela napas kasar lalu menggosok kedua mata karena masih merasakan kantuk. Aku hanya tidur dua jam tadi malam, lebih mending daripada tidak ada tidur sama sekali karena aku tahu tubuhku tidak bisa diajak untuk begadang. Walau kopi hitam bergelas-gelas kuteguk pun aku tetap tidak merasakan efeknya.
Kulihat jam di ponselku yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi dan aku harus mengumpulkan tugas jam tujuh. Masih ada 30 menit untuk sampai ke kampus maka dari itu setelah mengenakan sepatu aku langsung berlari keluar kos, namun langkahku terhenti karena sebuah motor yang terparkir di dekat gerbang serta helm hijau yang terpasang di spion. Aku menoleh ke belakang, memastikan apakah ada penghuni kosan yang memesan ojol tapi tak kutemukan satupun orang membuatku mengendikkan bahu dan segera berlari. Pikiranku kali ini adalah aku harus sampai ke kampus sebelum jam tujuh.
Di sela-sela aku berlari, tak sengaja kudengar suara motor yang mengikutiku dari belakang lalu memelan ke sisiku. Sejenak aku menoleh, mendapati motor yang tadi terparkir di depan kosan serta bapak-bapak yang mengenakan helm hitam ber-SNI dan jaket hijau ojol. Aku tadinya bingung karena si bapak begitu dekat denganku, tapi kuputuskan untuk menggeleng dan terus berlari dan semakin kupercepat langkah semakin aku dikejar oleh bapak ini.
Ya Tuhan, ini aku mau diapain!
Akupun bingung karena kalau aku berhenti bisa-bisa aku diapa-apain. Kalau aku terus berlari sampai kampus malah menarik perhatian. Ah, apa kayak gitu aja kali ya? Akhirnya aku pun makin mempercepat langkah, tahu-tahu si bapak pun menjauh dan memutar arah motornya. Sejenak aku menoleh dan berhenti lalu mengatur napas. Gila, pagi-pagi udah diajak kejar-kejaran sama mas ojol. Lagian ngeri juga sih, gak ada angin gak ada hujan aku malah diikutin.
~~~
Kumpulnya anak-anak kosan itu di dapur, jadi ketika aku pulang dari kampus bisa kudengar suara tawa mereka yang berasal darisana. Kebetulan aku juga mau menaruh air minumku, aku pun melangkah menuju dapur dan kudapati mas Kita, Suna, satu orang lagi yang aku belum tahu siapa dan...
"Halo, mbak [Name]. Baru pulang?" tanya mas Kita.
Aku mendengar pertanyaan yang ditujukan padaku, tapi aku terlonjak kaget karena melihat bapak ojol yang tadi mengejarku pakai motor. Kok dia bisa disini?
Lantas aku menggangguk, menjawab pertanyaan mas Kita. "I-Iya, mas. Baru pulang."
"Tuh 'kan, nengnya takut liat muka lo, kang." Suna bersuara sembari menyandarkan tubuh ke kursi plastik. "Lagian tinggal ngomong aja mau numpangin kok susah."
"Tau nih. Kang Ren malah nakutin anak baru jadinya," sambung seorang lelaki di sisi Suna.
"Sorry," ujar si mas ojol yang kutahu dia dipanggil kang Ren.
"Oh iya, mungkin kamu belum kenal," mas Kita pun menimbrung pembicaraan.
"Panggil aja Gin, satu tingkat sama Suna tapi gue anak kehutanan. Salam kenal yak." Seorang lelaki berambut pirang muda memperkenalkan diri, aku pun mengangguk.
"Ren," ucap si bapak ojol--ah kayaknya aku gak bisa nyebut dia sebagai bapak lagi karena tahu dia adalah anak kosan.
"Kang Ren ini anak Teknik Elektro, mbak. Kerja sampingan jadi ojol juga. Kalau kamu mau pesan sesuatu bisa kontak ke dia kok, iya 'kan Kang?" Mas Kita menyambung obrolan. Kang Ren pun mengangguk. Aku ber-oh panjang diiringi anggukkan, ternyata si akang kerja sampingan jadi ojol toh. "Tadi dia juga cerita mau numpangin kamu tapi kamu keburu lari."
Aku yang mendengar itupun langsung salah tingkah. Ya gimana gak lari kalau diikutin sama orang yang gak kukenal? "I-Iya, maaf ya Kang. Habis aku takut..."
Kulihat Suna dan Gin menahan tawa, tapi keburu kicep karena dipelototin mas Kita. Kang Ren sendiri menggeleng pelan dan berucap, "Gak papa."
"Aku mau taruh air minum dulu, hehe."
"Oh, ya wis silakan." Gin berujar, tepat ketika dirinya membuka kulkas. "Btw mbak anak [Favourite Subject] ya? Keren tuh."
"Hehe iya, mas."
"Pepet teros, Gin. Biar Atsumu panas." Suna menyela seraya menikmati stik jeli (hasil palakannya dengan si pirang Miya). "Gak lama lagi ada yang jadian di kos."
"H-Hah? Enggak ya! Wong cuma nanya," belanya. "Lagian Atsumu gak ada, ntar kesedak orangnya."
Kayaknya orang yang disebut beneran kesedak deh. Aku menggeleng, menaruh air minumku ke dalam kulkas dan berpamitan pada mereka. Kayaknya semakin lama penghuni di kosan ini mulai terlihat, berarti semakin ramai. Semakin berisik dong ya ...?
Ah, gak usah mikir yang macem-macem. Semakin ramai semakin seru 'kan ... harusnya.
***
Halo gais!
Maaf ya saya bingung banget mau munculin satu2 karakternya gimana, jan expect ini jadi humor juga soalnya humor saya receh banget :""Sempet kehambat juga nge-pub ini gegara error teruss hshshsh Oiya ini buku mulai update tiap sabtu ya hehe tencu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan! [✓] || Inarizaki
Fanfiction[Inarizaki Boys x Reader] Tinggal di sebuah kost-an sebagai perantau memang berat. Tapi pernah gak sih, ketemunya sama manusia bodoh semua? Mungkin, ketenangan [Name] akan terusik selama beberapa bulan ke depan. Local!AU, Warn! ooc, gaje, typo dsb