"Dokter! Dokter!"
Suara beomgyu yang menggelegar di sebuah koridor rumah sakit yang tidak terlalu besar itu membuat para perawat atau bahkan dokter segera berlari menghampirinya.
"To-tolong hyungku"
soobin yang tengah menggendong minhee
dalam gendongan ala bridalnya menarik
nafas tersengalnya."Bawa kesini" ucap seorang perawat yang
tanpa bicara segera dipatuhi soobin Ia
membaringkan tubuh tidak sadarkan diri
minhee diatas ranjang rumah sakit dengan
begitu perlahan."Dokter_
"Kalian bisa menunggunya diluar"
beomgyu masih mau menunggu didalam. ia bersikukuh untuk menunggui minhee.
"Aku tidak mau. aku diberi tanggung jawab untuk menjaganya!"
Sang dokter menghela nafas. "Dengarkan
aku, jika kau terus berada disini kau akan
mengganggu kerja kami. Kau mau aku tidak konsen untuk memeriksanya?"beomgyu menatap wajah minhee yang
pucat. Membuat soobin yang berada
disisinya menatapnya jengah dan
menariknya paksa untuk keluar ruang UGD itu."gyu jangan kekanakkan"
beomgyu masih berdiri di depan pintu.
Melihat dari kaca yang beradaa di pintu
untuk melihat keadaan minhee didalam."beomgyu"
beomgyu memutar tubuhnya dan
menemukan soobin menepuk kursi tunggu
disisinya. Memintanya untuk duduk disana."gyu.. tidakkah lebih baik jika kita
menghubungi yunseong Hyung?"beomgyu menggeleng lemah. "Bagaimana aku bisa menghubunginya Hyung? Kau tahu alasan kenapa aku bisa berada disini kan? yunseong hyung yang memintaku. Dia-
"Dia akan datang jika kau bilang minhee
hyung masuk rumah sakit. gyu, yang
minhee hyung butuhkan saat ini bukan
kita. Tapi suaminya, yunseong Hyung."beomgyu menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Mendesah putus asa setelahnya.
"Aku tak yakin dia akan datang hyung"
beomgyu menatap soobin dengan tatapan
frustasinya. soobin mengerti dan dapat
membaca itu dengan sangat baik.beomgyu masih dapat sekolah saat ini itu
semua berkat yunseong. yunseong yang tidak snegaja bertemu dengan beomgyu yang sedang menjadi pelayan disebuah cafe kecil, memintanya untuk menjadi teman minhee karna beberapa alasan. Kemudian, balasan atas setujunya beomgyu adalah ia akan disekolahkan lagi oleh yunseong dan seluruh biaya hidupnya akan ditanggung oleh yunseong.Dia sempat berhenti sekolah selama satu
tahun, itu sebabnya sekarang ia satu kelas
dengan . soobin Tetangganya, yang juga
merambat menjadi kekasihnya satu minggu yang lalu."Aku benar-benar tidak yakin Hyung"
"Coba saja dulu Gyu"
.
.
.
yunseong membaca deretan angka uang yang memasuki perusahaannya dengan detail.
Mengabaikan donghyun yang terus
mengoceh menyuruhnya untuk pergi ke
kantor."Kau! Pergilah ke kantor!"
yunseong menutup laptopnya dengan kasar. Sungguh, setelah kembali dari rumah minhee semalam emosinya sungguh tidak stabil.
Sejujurnya donghyun takut meminta pada
yunseong saat emosi yunseong berada pada titit terendah. Tapi ia tak mau, jika ujungnya nanti minhee berpikiran yang tidak-tidak terhadapnya. Lagi pula, menurutnya yunseong itu terlalu pengecut.
"donghyun, tidak bisakah aku tinggal-
"TIDAK! Aku juga punya kehidupan pribadi. Kau gila? Pergi sekarang juga!"
donghyun menarik tubuh yunseong agar berdiri. Menyeretnya kedepan pintu.
"Dengarkan ini Hwang yunseong. kang minhee membutuhkanmu untuk sebuah alasan, jadi TETAPLAH DISISINYA!"
BRAK
Seusai membentak yunseong dengan keras ia membanting pintu itu tepat dihadapan yunseong. membuat yunseong meringis terkejut.
"Siapa yang butuh dan tidak butuh. Dasar
donghyun setres"la kemudian melangkahkan kakinya menuju mobilnya. Baru ia duduk di kursi kemudinya, telfonnya sudah berdering tidak normal.
"beomgyu? Kenapa bocah itu menelfonku?"
"Yeoboseyo?"
"HYUNG!"
"Kenapa kau berteri-
"MINHEE HYUNG MASUK RUMAH SAKIT!"
yunseong diam. Separah itu kah? Apa alasan minhee masuk rumah sakit adalah karna dirinya?
"Rumah Sakit Seoul. Kami disini Hyung.
Bukan International Seoul, hanya rumah sakit Seoul. Datanglah, dokter bilang hanya ingin bicara dengan suaminya minhee hyung"yunseong menekan tombol end di telfonnya. Lalu menyalakan mobilnya dan memacu dengan kecepatan cepat menuju rumah sakit yang dikatakan oleh beomgyu.
.
"beomgyu-
"Hyung, dokter menunggu hyung
diruangannya!"yunseong mengangguk dan segera berjalan menuju ruangan dokter yang menangani minhee.
Ttoktooktook
Cklek
"Annyeong haseyo. Saya Hwang yunseong. Suami dari pasien kang minhee"
Dokter yang yunseong perkirakan berumur 30 tahunan itu melepas kaca mata minusnya.
Kemudian menumpukkan kedua siku
tangannya diatas meja kerjanya."Masuklah"
yunseong berjalan memasuki ruangan dokter itu dan duduk dihadapan sang dokter.
"Kandungan istrimu melemah, sangat lemah. Ditambah ia mengalami setres tingkat tinggi. Tekanan darahnya juga sangat rendah. Apa kalian bertengkar? Kau membentak atau menyakitinya sampai membuatnya berada di titik lemahnya seperti ini?"
Dokter itu mengulurkan sebuah kertas pada yunseong dan yunseong membacanya dengan sangat etail.
"yunseong-ssi"
yunseong mengangkat wajahnya dan detik itu juga ia merasa ada tatapan aneh pada mata dokter itu.
"N-ne?"
"kang minhee sangat lemah. Baik itu
kandungan ataupun dirinya sendiri sangat
lemah. Dia begitu membutuhkanmu, jadi
jika memang kalian sedang bertengkar.
berbaikanlah, ini demi kebaikan kalian
berdua"yunseong mengangguk. "Saya mengerti Euisanim" ucapnya dengan suara yang dokter itu yakini, suara frustasinya.
"Dan kembalilah kesini besok pagi, untuk
beberapa alasan aku mengambil sample
darah minhee, dan hasilnya akan keluar
besok. Datanglah kesini lagi besok"yunseong mengangguk. Ia lalu bangkit dari duduknya dan membungkuk hormat.
"Kamsahamnida Euisanim"