"Kau tau raja sangat pemilih dalam hal ini, kan?" Yoongi bertanya seraya menyenderkan tubuhnya ke dinding, kedua tangan ia lipat di dada dan menatap Namjoon heran.
Rajanya adalah orang yang pemilih, seluruh kerajaan tahu soal itu. Selain itu, Baginda Raja termasuk orang yang menjaga nama baik kerajaan dengan melakukan semua aturan kerajaan. Berbeda dengan Namjoon yang lebih memilih melakukan apapun yang ia suka dan inginkan. Jadi ketika Namjoon mengatakan bahwa ia menyukai seseorang, yang tentunya bukan dari kalangan kerajaan atau para mentri dan bangsawan, Yoongi tahu hal ini akan sulit. Raja tentu akan menolaknya, apalagi mengetahui jika yang Namjoon sukai adalah seorang.... duda?
"Apa peduli ku?" Namjoon mengangkat kedua bahunya acuh.
"Kau harus peduli Yang Mulia." Yoongi berdecak. "Kau penerus tahta."
Namjoon bergidik. Ia menatap jendela yang mengarah ketaman belakang kerajaan. Terlihat para tukang kebun yang dengan rapih memotong rumput dan juga beberapa pelayan yang berlalu lalang. Sungguh ia sangat bosan dengan suasana seperti ini, rasanya ia ingin keluar lagi dan menemui Seokjin. Namjoon sendiri tidak tahu bagaimana perasaannya pada Seokjin, ini baru pertama kali ia merasakan sesuatu yang berbeda. Perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, ia tidak tahu apakah ia salah mengartikan perasaan nya terhadap Seokjin atau tidak.
Namjoon menghela napas gusar. Mungkin ia harus lebih sering bertemu agar lebih yakin dengan perasaannya. Atau yeah agar bisa lebih dekat dengan Seokjin dan Soobin.
"Yoongi." Panggil Namjoon tanpa mengalihkan sedikit pandangan nya dari jendela. "Keluar yuk."
———
"Jimin, antarkan kopi ini." Seokjin menyerahkan segelas kopi kepada Jimin. Bekerja menjadi pemilik café tentu tidak selamanya mudah untuk Seokjin. Apalagi jika memiliki café di tengah kota, tentu ia memiliki pelanggan yang banyak. Bersyukur ia memiliki pegawai yang rajin dan pekerja keras, salah satunya Jimin, sahabat dekatnya."Jungkook belum sampai kak?" Tanya Jimin begitu ia kembali mengantar kopi.
Seokjin menoleh ke kanan kiri lalu menggeleng. Setelah diperintah untuk menjemput Soobin, Jungkook memang belum kembali. Kemana bocah itu, sudah lebih dari 30 menit dan harusnya mereka sudah kembali. Seokjin benar-benar akan mengomeli Jungkook jika ia mengajak anaknya membeli manisan lagi. Walau masih kuliah, Jungkook sangat sering membelikan Soobin makanan dan mainan. Padahal Seokjin sudah melarangnya berkali-kali.
Suara bel pintu berbunyi, tanda ada pelanggan yang datang. Seokjin bersiap di depan meja kasir sementara Jimin pergi ke dapur belakang.
"Namu?"
Namjoon melambai pada Seokjin begitu ia memasuki café. Senyum merekah terpampang jelas diwajahnya.
"Hai." Sapa Namjoon.
Seokjin mengerjap tidak percaya. Bagaimana Namu bisa berada di café nya? Padahal ia sama sekali tidak membahas soal ini kemarin.
Namjoon sendiri sudah datang kerumah Seokjin sebelumnya, melihat tidak ada tanda kehidupan dari dalam rumah ia akhirnya memerintahkan Yoongi untuk mencaritahu data soal Seokjin. Memang tidak sopan, Namjoon tau itu. Tak apa sekali saja ia gunakan kekuasaan nya untuk hal-hal seperti ini. Lalu disinilah ia, setelah menemukan fakta bahwa Seokjin adalah seorang pemilik café ia bergegas pergi kemari.
Melihat Seokjin tidak merespon, Namjoon berdeham. "Tadi kebetulan lewat dan melihat mu disini, jadi aku mampir."
Seokjin mengangguk. "Jadi, mau pesan apa?"
Namjoon tampak menoleh kearah menu, sementara Seokjin sendiri merasa canggung karena di tatap oleh teman yang Namjoon bawa.
"Namnam!" Baik Namjoon dan Seokjin langsung menoleh dan mendapati Soobin tengah berlari kearah Namjoon. Secara reflek Namjoon berjongkok dan merentangkan tangan, menangkap Soobin yang berlari kepelukannya.
Sungguh momen yang terlihat aneh dimata Seokjin, bahkan Jimin, Yoongi serta Jungkook pun menatap heran.
Jungkook yang sedari tadi berdiri dibelakang Yoongi menatap Jimin dengan tatapan 'ini siapa?' dan Jimin hanya membalas menggeleng. Karena ia sendiri tidak tahu siapa kedua pria ini. Seokjin adalah tipikal yang menceritakan segalanya ke Jimin dan Jungkook. Mustahil mereka tidak mengetahui apapun soal hidup Seokjin. Dan ketika Seokjin terlihat mengenali pria ini begitu pertama kali masuk café, Jimin merasa ada yang belum diceritakan.
"Hey Soobin." Sapa Namjoon seraya mengangkat Soobin kegendongan nya.
Seokjin masih belum mengedipkan mata. Ini hal yang sangat amat langka yang pernah terjadi di kehidupan ia dan Soobin. Soobin tidak pernah sedekat ini, atau bahkan ia tidak pernah terlihat senyaman itu ketika berada di gendongan seseorang. Tapi kini, ia jelas melihat bahwa Soobin mengalungkan kedua tangan nya ke leher Namjoon dan tersenyum bahagia. Dan Seokjin tidak berbohong, bahwa Soobin sudah lama tidak pernah tersenyum seperti itu.
"Kak." Jungkook memecahkan lamunan Seokjin. Ia menoleh dan mendapati Jungkook tengah menenteng tas Soobin dan tangan lainnya menggenggam 2 kantong makanan.
"Jungkook!" Teriakan Seokjin membuat Yoongi dan Namjoon menoleh kearah Jungkook. "Sudah berapa kali aku bilang untuk tidak menghabiskan uang mu untuk membelikkan Soobin manisan?"
Jungkook terkekeh. "Ayolah, ini tidak seberapa."
Seokjin berdecak seraya mengambil tas Soobin dari genggaman Jungkook. Meletakkan tas itu dibawah meja kasir dan kembali menatap Namjoon karena pria itu belum memesan apapun.
Sadar akan tatapan Seokjin, Namjoon buru-buru memesan 2 es kopi dan duduk bersama Yoongi dan Soobin. Tentu setelah Seokjin mengizinkan.
"Kak, siapa dia?" Tanya Jimin. Jungkook ikut menatap Seokjin, ingin tahu kejelasan tentang pria yang tiba-tiba dekat dengan keponakannya.
"ah, panjang ceritanya."
"Tapi," Jungkook menggantungkan ucapannya, membuat Seokjin dan Jimin menoleh. "Wajahnya seperti mirip Putra Mahkota."
"Pangeran Namjoon, maksudmu?" balas Jimin.
Jungkook mengangguk. Karena sungguh, wajah pria itu sangat familiar. Begitu juga temannya yang terlihat pendiam dan menyeramkan.
"Kita bahkan sangat jarang melihat wajahnya, bagaimana kau tau bahwa mereka mirip?" Tanya Jimin.
Jungkook kembali mengangkat bahu. "Perasaan ku mengatakan mereka mirip, kau tidak pernah baca koran memangnya?"
Jimin memutar bola mata malas. "Aku tidak ada waktu melihat berita dari istana."
Jungkook balas mendecih.
Dan Seokjin hanya terkekeh sembari menyiapkan kopi pesanan Namu itu. Walau perkataan Jungkook sedikit membuatnya berpikir. Karena sejak awal bertemu, wajah Namu memang sangat familiar.
——————————-
HALOOO gimanaa chapt 3?
hehe semoga suka ya!
jangan lupa feedback vote dan comment nyaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrevealed King
Fanfiction[Namjin] Namjoon mulai muak dengan para calon yang diserahkan padanya, terlihat hanya mengincar tahta dan hartanya. Sebagai calon raja, semua orang yang mendekatinya terlihat sungguh munafik. Sudah lelah dengan keadaan kerajaan yang membuatnya pusi...