BAB 19

6K 278 3
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh saat Valerie sampai di depan Gedung Apartementnya. Untuk malam ini mungkin dia tidak akan kembali ke Mension.

Dia ingin membantu Fidelya, tapi disisi lain dia juga tidak ingin sahabat sahabatnya terluka, ia jelas tau kalo Erlangga adalah orang yang tidak main main dengan ucapannya.

"Argggggggg" Valerie mengacak rambutnya setelah berada di dalam Apartement-nya. Dia merasa bersalah karena mengetahui segala sesuatunya tapi tidak bisa berbuat apa apa.

"Sudah kuduga kau akan kesini" sebuah suara mengejutkan Valerie, ia menoleh. Terlihat Florencia yang keluar dari kamarnya.

"Flo" ujarnya, ia tidak tau sahabatnya itu ada disini.

Florencia menarik Valerie agar ikut duduk bersamanya di Sofa "Aku sengaja kesini, entah kenapa aku terus kepikiran denganmu. Makanya aku datang kesini"

"Aku tidak apa apa, oiya Aurel dan Viviana mana?" Valerie dalam sekejap bisa mengubah ekspresi wajahnya kembali ceria.

"Viviana masih di rumah sakit, dan Aurel sedang di rumahnya. Kedua orang tuanya sudah balik" balas Florencia, ia menatap lekat wajah sahabatnya "Va, pipimu kenapa?"

Valerie menyentuh pipinya sebelum akhirnya menggeleng "Tidak kenapa napa"

"Tapi itu merah Va"

"Ini blush on" kilah Valerie membuat Florencia tertawa pelan, tapi itu membuat Valerie takut. Tawa Florencia tidak seperti orang tertawa pada umumnya.

"Sepertinya aku sahabat yang gagal yah Va?"

"Maksudmu?" Tanya Valerie tidak mengerti.

"Aku yakin kau tau apa yang ku maksudkan." Balas Florencia, ia menatap nanar layar Tv hitam di depannya. " Sekarang aku tanya, jika aku dalam masalah besar. Apa kau mau membantuku?" Valerie mengangguk "Bahkan jika itu membahayakan dirimu?"

Valerie lagi lagi mengangguk. "Kau sahabat yang sudah seperti saudaraku sendiri, tentu saja aku akan membantumu, meski itu berbahaya"

Mendengar jawaban yang dilontarkan Valerie membuat Florencia tanpa sadar meneteskan air matanya.

"Loh Flo! Kok nangis? Terharu?" Valerie bertanya dengan terkekeh geli, ia berpikir Florencia menangis karena terharu dengan jawabannya, tapi semua pemikirannya itu lenyap saat Florencia mengucapkan sebuah kalimat yang membuatnya diam membisu.

"Itu juga juga yang ingin aku lakukan Va, aku ingin kau TIDAK MEMENDAM MASALAH SENDIRIAN, KAU TIDAK SENDIRI VA, KAU PUNYA AKU, AUREL DAN VIVIANA. TAPI KENAPA MASALAH SEBESAR INI KAU TIDAK CERITA. HAH?" Florencia berdiri dari duduknya membuat Valerie ikutan berdiri.

"Masalah? Masalah apa Flo? Aku tidak mengerti"

"Tidak mengerti? Jangan pikir aku tidak tau apa yang sudah terjadi Va, mungkin yang lain bisa kau bohongi. Tapi aku? Aku tidak bisa dibohongi Va"

"Tenang dulu Flo, kau bisa ucapkan itu dengan tenang"

"TENANG? BAGAIMANA AKU BISA TENANG KALO KAU SEDANG MENGHADAPI MASALAH BESAR VA, KATAKAN BAGAIMANA AKU BISA TENANG SAAT SAHABAT KU MENIKAH DENGAN LELAKI YANG BERBAHAYA"

Valerie membeliakkan matanya, ia terkejut karena Florencia seperti tau semuanya. "Maks.."

"Aku tau kalo Erlangga adalah orang yang selalu berusaha memisahkan Fidelya dan Eric"

Valerie semakin dibuat tidak berkutik oleh ucapan sahabatnya, dan dari kediamannya membuat Florencia tersenyum pedih. "Aku benar benar sahabat yang buruk yah Va" lirih Florencia. Tubuhnya lemas dan duduk kembali ke sofa.

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang