Part 19

1.8K 193 19
                                    

"Aku tak mampu pergi dari orang yang telah merubah hidupku. Aku akan hancur seperti pecahan kaca apabila tidak bersamanya, karena dia hidupku berwarna."


Membanting daun pintu hingga mengakibatkan satu orang di luar meringis melihat kelakukan gadis pemilik kamar. Hela napas keluar dari lelaki berkaus hitam, mencoba sabar, membujuk sang Adik Perempuan agar mau mengerti.

"Hei, Gadis Kecil, aku menyuruhmu bekerja di tempat Jeon Jungkook bukan tanpa alasan; melainkan kau harus keluar dari zona nyamanmu. Apakah tidak ingin mencoba mencari pengalaman baru? Mau sampai kapan bekerja di Cafe milikku kalau kau saja sering datang tidak tepat waktu."

Menukik alis geram, membuka pintu kelewat sangar—sampai-sampai mengejutkan Kim Seokjin yang sedang menyandarkan diri—Taehyung melayangkan tatapan tidak setuju.

"Oppa, kau benar-benar sudah tidak waras! Apa dengan cara begitu aku senang?! Tidak! Seokjin Oppa, aku mohon jangan menyuruhku bekerja padanya. Lelaki itu menyebalkan, bisa-bisa aku bukannya betah malah ia budaki di sana bagaimana?! Memang mau adikmu gila di usia muda?"

Menghela napas untuk kesekian kali, memijat kening yang berdenyut memusingkan. Akhirnya menghadapkan tubuh sepenuhnya ke Taehyung, meletakkan tangan di atas kedua bahu.

Membuat mimik wajah semelas mungkin-sedikit mencengkeram pundak sang Adik-melancarkan aksi yaitu; memberikan tatapan menyedihkan seolah-olah ia akan mati apabila Kim Taehyung tidak menuruti kemauannya.

"Tatap aku baik-baik, Taehyung, aku didianoksa oleh dokter terkena sembelit luar biasa menyakitkan kalau sampai banyak pikiran. Apa kau tega pada kakakmu, Kim Taehyung?! Tegakah kau melihatku stress dan menanggung beban pikiran seorang diri karena keegoisanmu? Aku yakin kau anak baik, Sayang."

Baiklah, sepertinya mulai percaya! Terlihat dari wajah yang kesal kini berangsur-angsur mulai menunjukkan reaksi sendu, maka Seokjin berhitung sampai lima dalam otak lalu ....

BOOM!

Kim Taeyung menangis di detik ke tiga ia menghitung.

Membawa tubuh bergetar ke dalam pelukan, tangannya ia tepuk-tepuk ke punggung kecil, dalam hati bersorak gembira karena aktingnya sempurna!

Kim Seokjin berkata sok pedih. "Ah, jangan menangis, aku tak tega, sungguh. Tidak bermaksud–"

"Kau ini benar-benar bodoh, Kim Seokjin Sialan! Bagaimana bisa orang sepertimu terkena penyakit demikian?!"

Sebenarnya Seokjin ingin sekali membuang anak ini ke tong sampah depan rumah, kalau tidak ingat manusia yang berada dalam dekapan adalah anggota keluarga—ia jadi ragu kalau Taehyung benar-benar saudarinya.

"Ya mana kutahu, Tae? Aku juga tidak ingin memiliki penyakit aneh seperti ini, kau kira–"

"Hentikan, jangan berbicara lagi!"

Melepaskan diri dari lingkupan tangan hangat sang Kakak, mengusap air mata pada kedua pipi berisinya, Taehyung memandang saudara satu-satunya iba—yang mana membuat Seokjin ingin menoyor kening mulus tersebut.

Ya, memang sangat susah membuang ego, sulit sekali baginya, tetapi mau bagaimana lagi? Ia tidak mau Seokjin sengsara batin kalau tetap mempertahankan wataknya yang keras.

Sebab, kalau Seokjin mati hidupnya melarat. Oh, ia tidak mau itu terjadi!

Dengan berat hati dan berat badannya sendiri, ia mengangguk, menyetujui apa yang Kim Seokjin inginkan. "Huft ... baiklah, aku akan bekerja di tempat orang gila itu. Puas, kau, Seokjin Oppa?!"

Kaki menghentak ke lantai, tubuh mungil berputar dan masuk begitu saja ke dalam kamar diikuti pintu yang berdebum tepat di depan wajah tampan Kim Seokjin—pemilik Cafe SeokJi Aesthetic yang terletak di Ibu Kota, mendapati diri melongo dengan tampang tak percaya—dua detik setelahnya lelaki berusia dua puluh tujuh tahun tertawa, bersorak riang karena sang Adik luluh juga, walau sedikit menaruh bumbu-bumbu drama di dalamnya; ia berhasil menaklukkan singa betina keras kepala—Kim Taehyung.

Kamu akan menyukai ini

          

"Oh, aku mencintaimu, Little Baby Bear!" teriaknya bahagia.

Ia berbalik menuju kamar pribadi. Selepas ini dirinya akan menghubungi Jeon Jungkook, mengabari bahwa gadis garang telah menerima tawaran kerja yang sudah mereka rencanakan berdua.

Bersenandung ceria, jarinya mengusap air imajiner di sudut mata.

"Terima kasih, Tuhan, Engkau mengetuk hati adikku yang sekeras baja itu, hiks. Tak sia-sia kemampuan akting yang aku dapatkan dari peranku dulu sewaktu memerankan Go Jun Pyo di Festival Drama Tahunan lima tahun lalu! Ah, aku terharu, ya ampun~"

Kau memang berbakat menjadi aktor, Kim, sangat-sangat berbakat, tetapi tahukah dirimu kalau Kim Taehyung ingin sekali menggantungmu di pohon cabai?

Ya sudahlah, tidak perlu dilanjutkan.

Taehyung berbaring di atas ranjang, guling yang tak berdosa jadi sasaran amukan, melempar bantal hingga memantul ke dinding—mengenai wajahnya sendiri.

"Cih! 'kan kubuat ahjussi tua itu menderita sampai kepalanya pusing lalu ... ah, Ya Tuhan, ambil-lah dia!"

-
-
-

Kicauan burung terdengar bersahut-sahutan menyambut sang Mentari di ufuk Timur dengan ceria. Kilau cahaya hangat menelusup di lubang-lubang ventilasi setiap rumah, termasuk di ruangan bernuansa cokelat; beraroma khas citrus serta mint yang bercampur menenangkan.

Sang Penghuni Kamar telah bangun dari alam bawa sadar, duduk di pinggir ranjang dengan tubuh atas tak mengenakan apa pun dan bagian bawah hanya celana panjang membalut pinggang hingga mata kaki.

Sudah kebiasaan baginya tidur tidak memakai atasan, pernah sekali ditanyai oleh adik perempunnya—Jeon Jieun—kenapa setiap terlelap tak pernah memakai baju, tahu alasannya apa?

Gerah.

Memang sudah gila Jeon Jungkook ini, padahal Air Conditioner ada mengapa tidak dinyalakan?! Sepertinya apa yang gadis pelayan Cafe katakan bahwa ia menyebalkan memang benar adanya, pantas saja perempuan itu selalu kesal bila bertemu dengannya.

Jungkook berdiri, melangkah ke arah jendela geser yang terbuat dari kaca, membuka lalu meletakkan kedua lengan di atas kusen jendela—sedikit mencodongkan tubuh; menatap ke luar dengan mata terpejam.

Udara pagi memang paling ia sukai setelah minuman beralkohol rendah yang menjadi teman hidupnya apabila dirinya sedang bermasalah.

Perlahan kelopak mata terbuka lagi, menatap kejauhan.

Kepalanya mengingat sosok gadis cerewet yang beberapa minggu ini membuat gemas, kesal dan juga senang. Entah mengapa wajah itu selalu mampu Jungkook ingat dengan apik.

Seakan-akan memang harus terus tertempel pada memori, tak mampu mengenyahkan sosok semampai tersebut dengan mudah.

Tarikan kurva di sudut bibir muncul ketika sadar bahwa hari ini ia akan bertemu gadis itu, bahwa sebentar lagi dirinya dapat leluasa melihat dan menjahili gadis bernama lengkap Kim Taehyung.

"Selamat datang di duniaku, Kim Taehyung."

***

Wajah berpoles make up tipis milik Kim Taehyung tertekuk menyedihkan saat ia dipaksa bangun oleh kakak lelaki yang kurang ajar untuk bersiap-siap karena pagi ini gadis itu harus mendatangi sebuah perusahaan bernama A.J Group.

Seokjin di mata Taehyung bukanlah saudara yang baik, mana ada kakak yang baik tega melempar adiknya bekerja di tempat orang yang ia benci hingga ke tulang-tulang? Hanya Seokjin-lah orangnya.

Unable of Leave [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang