Jimin sudah pergi dari 2 jam yang lalu. Dirumah eunha sedang beberes. Menyapu lantai, membersihkan kamar, dan mengelap beberapa nakas berdebu.
"Ugh.. Kepalaku..", eunha sedikit terhuyung, tapi dia tak jatuh. Dia langsung duduk di sofa. Perutnya terasa ingin memuntahkan sesuatu.
Ting.. Tong..
Eunha yang terduduk disana langsung melihat ke arah pintu. Dengan tubuhnya yang sedikit terhuyung dia bejalan mendekati pintu dengan tangan yang bertumpu pada dinding. Dia tidak melihat intercom, tapi langsung melihat dari bulatan kaca kecil di pintu
"Hah?!", dan betapa terkejutnya dia, melihat lelaki memakai topeng menyeramkan. Dia perlahan lari melihat ke arah intercom nya. Pria itu memencet bel berkali-kali. Dia mati ketakutan, ditambah dengan perutnya yang sakit dan kepalanya yang pusing.
Ditunggunya sebentar, jika dia tidak pergi, maka dia akan menelpon jimin. Tapi tak lama, pria itu melihat kearah kanan dengan cara spontan dan terkejut. Sepertinya ada seseorang yang menaiki liftnya. Dan dia pun langsung pergi.
Drrt.. Drrt..
Melihat nama yang tertera dilayar membuat eunha langsung mengangkatnya dengan tangan yang bergetar.
"Yeoboseyo?? Eunha-ya??"
"J-ji..", suaranya bergetar. Dia masih syok
"Wae?? Ada apa sayang?? Apa terjadi sesuatu?? Kau baik-baik saja kan??", nada bicara jimin mulai khawatir.
"Ah.. I-iya aku ba-- huek!!"
"Eunha?! Eunha??? Yeoboseyo?!!", jimin panik setelah mendengar eunha yang tiba-tiba mengeluarkan suara, sepertinya dia muntah
"Ji.. Pulanglah cepat, hiks", eunha tak tahan lagi, dia panik dan ketakutan. Perutnya juga sedaritadi ingin mengeluarkan sesuatu
"Tunggu aku!! Aku akan pulang sekarang!!", jimin langsung menutup telponnya.
Eunha terduduk dilantai. Dia masih takut dengan kejadian barusan. Sejenak berpikir apakah itu pria yang kemarin datang untuk pertama kalinya? Atau beda lagi? Pertanyaan itu terus berlarian dipikiran eunha.
Dia mencoba untuk bangkit dari lantai dan beralih ke sofa. Berbaring sambil melihat-lihat jam seraya memegangi perutnya yang mual, menanti seseorang, jimin. Dan berkata dalam hatinya berkali-kali dengan kalimat yang sama
Kumohon ji, cepat pulang, aku takut
Brak!!!
Baru saja dia ingin menutup matanya. Pintu utama terbuka keras dan memunculkan seseorang yang sangat dinantikannya
"Ji.."
"Eunha!! Gwaenchana?? Ada yang terluka??", jimin melihat seluruh tubuh eunha dengan mata yang sangat khawatir.
"Gwaenchana.. Aku hanya ingin kau cepat pulang", eunha langsung memeluk jimin. Dia merindukan jimin. Entahlah, padahal baru beberapa jam mereka berpisah.
"Kau sakit??", tanya jimin yang sedang mencoba duduk di sofa dan memangku eunha yang masih ada dipelukannya
"Ani", menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Ji.. Aku ingin cake", eunha tertawa kecil.
"Kau ingin cake?? Kajja!! Kita beli", baru saja jimin akan mengangkatnya. Eunha langsung memegang kuat sofa
"Aku ingin ckae buatan suamiku. Kau yang harus memasaknya", permintaan eunha ditolak jimin. Dia tidak bisa memasak cake
"Aku akan mengajarimu, kau hanya perlu ikuti arahan ku saja", kata eunha menatap wajah bingung jimin.
Chup~
"Kajja!!", eunha mencium bibir jimin sekilas, lalu menarik tangannya untuk pergi ke dapur.
***
Cake yang dibuat jimin benar-benar diluar dugaan eunha. Warna dan teksturnya sangat mirip seperti apa yang dibayangkannya.
"Tidak bisa membuat cake, hm?? Lihat dulu buatanmu ini", jimin tertawa melihat eunha yang menatapnya
"Cakenya seperti ini karena dirimu, kau yang memberiku arahan", benar. Eunha yang mengkomandoi jimin tadi, mungkin kalau tidak dipantau eunha cake ini sudah berubah menjadi hitam pekat dan pahit. Memikirkan itu sudah membuatnya geli
"Arraseo.. Aku ingin mencobanya", eunha memakan sesuap. Dia mengunyahnya dan diperhatikan oleh jimin.
"Enak??", jimin menyicip kue nya. Eunha menaikkan satu alis
"Wuah!! Apa ini kue buatanku?? Kenapa bisa enak??", jimin memuji dirinya sendiri. Ya Tuhan, eunha yang memberi arahan padanya. Tapi kenapa dia bisa sangat Percaya diri sekali
"Kau terlalu percaya diri tuan", eunha dengan nada mengejeknya
Tidak butuh waktu lama, rasa mual itu melanda lagi. Dengan cepat eunha langsung berlari ke wastafel. Sesuatu yang ingin keluar, tapi susah.
"Huek!! Huek!!", jimin langsung berlari dibelakang eunha. Dia muntah air. Entahlah, itu air atau tidak muntah sama sekali. Jimin menepuk-nepuk punggung eunha
"Kita ke dokter ya?? Kau pucat sayang.. Ayo!", jimin menarik eunha. Tapi dia tidak mau.
"Aku hanya kelelahan. Tidak usah"
***
Setelah eunha muntah, jimin membawanya kekamar. Dia menyuruh eunha beristirahat. Ini tidak biasa, setelah melakukan hubungan dengan jimin semalam dia jadi lebih sering muntah, tapi tak mengeluarkan apa-apa. Dia meraih laptopnya. Mencari artikel tentang kehamilan. Entah apa yang dipikirannya, dia tiba-tiba membuka itu
"Hah?? A-aku hamil?? Tidak tidak.. Tidak mungkin, terlalu cepat, kami melakukannya baru semalam dan.. Tadi pagi, tak mungkin secepat ini", dia terus menscroll artikel itu, membacanya dengan seksama. Jimin tidak ada disampingnya. Dia ada didapur, membersihkan sisa makanan tadi
"Testpack?? Aku ingin tahu, apa aku harus beli benda itu??", eunha langsung menutup laptopnya, dia berpikir untuk izin keluar pada jimin membeli benda itu ke apotek. Tapi ketika ingin pergi, mualnya kambuh lagi dan terpaksa dia berlari ke kamar mandi
"Eunha?! Kau muntah lagi?? Buka pintunya!!", jimin pun mendengarnya
Cklek..
"Ke dokter saja aku mohon.. Nee?? Aku takut kau sakit", jimin memohon pada eunha dengan sangat. Tapi sama saja, eunha tidak mau
"Ji.. Aku ingin ke apotek",eunha tetap harus dapatkan benda itu untuk memastikannya
"Tidak.. Kau harus istirahat"
"Aku ingin beli minyak angin ji.. Aku mohon"
"Baiklah, tapi pergi denganku, arraseo??", eunha menganggukkan kepalanya. Senang. Jimin memberi eunha jaketnya. Tidak ingin kulit eunha terkena angin
"Ji.. Aku tidak demam"
"Stt.. Tidak ada penolakan", jimin langsung menarik tangan eunha dan masuk ke mobil
***
"Kau disini saja, nee?? Aku yang akan beli", jimin akan turun tapi dicegah eunha.
"Aniiya!!! Aku saja... Aku mohon", dengan segala jurus aegyo eunha yang ia curahkan, jimin pun memberinya izin
"Baiklah, tapi tidak lama. Kau harus balik 3 menit, aku akan menggunakan stopwatch", sekali lagi eunha mengecup jimin sekilas lalu pergi keluar.
Eunha berjalan masuk, dia memang ingin membeli minyak angin, tapi matanya juga beralih pada rak dimana benda itu berada. Tidak ada. Waktu dia hanya butuh 3 menit. Lewat 3 menit jimin akan marah nanti. Terpaksa dia harus pergi kekasir.
"Ini saja??", kata customer itu
"Ah!! Eonnie, aku sedang mencari sesuatu"
"Apa itu??"
"Testpack. Aku tidak tau itu yang mana, tapi apakah disini ada??", eunha berbisik. Customer itu langsung menganggukkan kepalanya dengan senyuman. Dia beralih ke arah rak dibelakangnya. Disana benda itu ternyata
"Ini kan yang kau cari??",menunjukkan benda itu sembunyi-sembunyi
"Ah!! Sepertinya iya.. Terimkasih eonnie", membungkukkan kepalanya dan langsung keluar. Testpack itu langsung dikantonginya agar jimin tidak tau, dia ingin merahasikan ini pada jimin
"Huuh.. Kajja!! Kita pulang", jimin menunjukkan stopwatch nya, ternyata eunha telat satu detik.
"Hanya sedetik ji.. Ayolah..", jimin tersenyum mengacak-acak rambut eunha. Memundurkan mobilnya
"Jadi?? Kau berteman dengan customer tadi?? Kulihat kau berbincang dengannya. Apa yang kalian bicarakan??", matanya melihat ke arah jalan. Tapi bibirnya berucap. Jimin penasaran
"Hah?? Ah.. Ti-tidak..", eunha tersenyum-senyum
"Kau menyembuknyikan sesuatu??", jimin melirik eunha yang tersenyum. Dia juga ikut tersenyum
"Tidak ada sayang~ tenanglah.. Aku tidak merahasiakan apapun darimu", jimin yang mendengar kata sayang ditelinganya langsung tertawa. Bohong. Eunha bohong
***
Eunha lebih keluar dari jimin. Dia berlari ke dalam rumah dan langsung pergi ke toilet.
"Eunha!! Jangan lari!! Nanti kau jatuh"
"Iya sayang..", eunha me-wink kan matanya ke jimin
Tbc