🍁16

25 8 0
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh semua😚

Sudahkah kalian membaca Al-Qur'an hari ini?😊
Jangan baca cerita ini jika melalaikanmu dari ibadah☺
Terima kasih saya ucapkan untuk kalian yang masih setia menunggu cerita ini❤

Hak cipta dilindungi oleh Allah swt dan Undang-Undang🇮🇩

🌷HAPPY READING🌷

Hari senin ini merupakan hari pemilihan ketua dan wakil OSIS. Setelah apel pagi selesai, semua siswa siswi SMA Bunga Bangsa tetap berkumpul dilapangan untuk mendengarkan visi misi yang akan disampaikan oleh ketiga pasang calon ketua dan wakil ketua OSIS. Ayna yang merupakan siswi baru tak terkejut mendapati teman sebangkunya berada diantara calon ketua dan wakil OSIS, ia sudah mengetahui beberapa hari lalu sejak poster yang berisikan calon Ketos dan Waketos ditempel dimading.

Ayna sendiri merasa heran, mengapa Al yang terkenal datar, dingin, cuek dan irit ngomong bisa mencalonkan diri sebagai calon ketos? Apa karena Al ganteng? batin Ayna.

"Ay, lo tau gak kalo sebenarnya Al itu gak mau nyalon jadi ketos loh??" tanya Tia yang berada disebelah kirinya. Ayna menoleh sambil menaikan alis kanannya.

"Iya, jadi Al itu gak mau mencalonkan diri jadi ketos. Tapi mayoritas siswi disekolah ini yang mengajukan Al."

"Tapi emang boleh di ajukan? Bukan dari hasil seleksi?" tanya Ayna lagi, karena di sekolahnya yang lama dan umumnya biasanya calon ketua OSIS di pilih dari hasil seleksi, kemudian di pilih langsung dari warga sekolah.

Tia menganggukkan kepalanya.

"Karena?" Ayna menaikkan satu alisnya.

"Mungkin karena dia ganteng, pinter, cool, kaya-"

"Jangan terlalu memuji seseorang!" potong Dina.

"Suka-suka gue dong, lagian lo kenapa sih sirik mulu sama Al?."

"Sirik itu menyekutukan Allah!" ucap Dina datar, Tia yang mendengar jawaban Tia mengerucutkan bibirnya.

"Sudah-sudah jangan ribut gak baik! Lebih baik kita dengerin visi-misi mereka!" lerai Ayna.

Tak berapa lama calon ketos waketos nomor urut 1 yaitu Bagus Wijaya dan Dian Lestari maju ke podium menyampaikan visi misi mereka.

Riuh tepuk tangan terdengar setelah mereka turun dari podium. Dilanjut calon nomor urut 2 yaitu Bryan Wiliam  dan Anatasya Sintya.

Dan sekarang giliran calon ketos dan waketos nomor urut 3 yaitu Alaska Bayu Saputra dan Nilla Farissa, riuh tepuk tangan menggema diluasnya lapangan utama ini ketika kedua calon itu berdiri dengan gagah dipodium.

Setelah menyelesaikan sambutan mereka menyampaikan visi-misi mereka.

Kedua alis tebal Ayna menyatu, tak menyangka bahwa yang tengah berdiri ditengah lapangan diatas podium itu teman sebangkunya yang terkenal dingin dan irit bicara bisa mengatakan kalimat sepanjang itu.

"Lo baru tau kan Ay, Al itu aslinya irit ngomong, tapi didepan panggung dia akan berubah menjadi sosok lain. Lihat aja, wajah datarnya, kadang menampilkan senyum tipisnya gitu. Kalo di aslinya mah jangan harap disenyumin Al," ucap Tia.

"Al dulu waktu kelas 10 itu selain terkenal pinter juga terkenal sering bolos tau. Hampir dalam sepekan ia pasti ada yang absen, katanya sih urusan keluarga, tapi ya  kita kan gak tau yang sebenarnya," ucap Tia lagi, yang masih tak dijawab Ayna.

          

Riuh tepuk tangan sangat ramai mengikuti turunnya kedua calon dari podium.

"Al, kita rindu lo yang dulu. Mana diri lo yang dulu? Jangan terlalu terpuruk sama masa lalu Al, bangkitlah," ucap seseorang yang berdiri dibelakang Ayna ditengah sorak sorai tepuk tangan lautan siswa siswi Bunga Bungsa. Yang tak lain adalah Afnan.

Al yang dulu bukanlah yang Al sekarang? Maksudnya? ucap Ayna dalam hati. Emang seperti apa Al dulu?

.
.
.
.
.

Setelah melakukan pemilihan calon ketos dan waketos kegiatan KBM dilanjutkan.

Ayna dan teman-teman kelasnya yang sedang disibukkan dengan kegiatan mencatat nya dibuku masing-masing terhenti ketika seorang siswi dari kelas lain izin masuk ke kelas Ayna. Memanggil Ayna dan Afnan untuk menemui pak Budi di ruang kepala sekolah. Hari ini kedua siswa-siswi ini akan mewakili sekolah di lomba pidato bahasa Arab tingkat kecamatan dikotanya.

"Aynaaaa semaaaangaaaatttttt," teriak Tia tak tahu malu saat Ayna berdiri di kursinya. Tia lalu menggaruk tengkuknya melihat semua tatapan teman-teman kelasnya kearah nya. Guru yang mengajarpun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat aksi konyol salah satu muridnya. Dina yang disamping Tia mengangkat kedua jempol tangannya yang ditujukan untuk Ayna. Ayna tersenyum melihatnya sambil mengucapkan terimakasih. Lalu Ayna dan Afnan pergi menemui kepala sekolah diruangannya.

"Assalamu'alaikum," salam Afnan dan Ayna bersamaan saat masuk keruang kepala sekolah. Semua orang diruang itu menjawab kompak. Terlihat ada Pak Angger selaku kepala sekolah, Pak Budi selaku pembina rohis.

Setelah sedikit berbincang-bincang dengan kepala sekolah. Ayna, Afnan dan Pak Budi mengantar kedua muridnya menuju sekolah tempat lomba dilaksanakan.

Ayna yang duduk belakang fokus dengan kertas pidatonya sambil sesekali menyahut jika gurunya bertanya pada nya.

Setengah jam lebih akhirnya mobil yang dikendarai Pak Budi sampai di tempat tujuan. Mereka segera turun, menuju tempat lomba lalu mengambil nomor antrian lomba dan menunggu giliran. Ayna nampak tenang, duduk manis dikursi peserta menyaksikan lawan-lawannya tampil diatas panggung. Tak jarang Ayna juga memberikan tepukan tangan sebagai apresiasi.

"Ayna sejak kapan bisa berbahasa Arab?" Tanya Afnan yang duduk disamping kiri nya.

Ayna menoleh ke arah Afnan sambil tersenyum, "Sejak Madrasah Diniyah ka" jawab Ayna.

"Kok panggil kak sih? Panggil nama saja, kita kan seangkatan" jawab Afnan sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal sebab salting melihat senyuman manis Ayna. Ayna tersenyum kembali menanggapi ucapan Afnan.

Tak berapa lama giliran Ayna maju keatas panggung, berpidato dengan tema kasih sang ibu. Semua penonton hening dengan hidmat mendengarkan pidato yang  Ayna sampaikan, membuat semua orang disitu menangis kala Ayna menyampaikan pengorbanan sang ibu yang tak bisa balas walau satu tarikan nafas saat ibu kita melahirkan kita.

Maasyaa Allah. Baru kali ini aku melihat gadis solehah seperti Ayna dijaman sekarang. Meskipun ia terlahir dan tidak dibesarkan di pesantren tapi ilmu nya bisa mengguli mereka yang pernah belajar di pesantren. Puji Afnan dalam hati, benih-benih kagum pada gadis itu mulai tumbuh dihatinya.

Tepukan suara tangan terdengar riuh saat Ayna turun dari panggung.

"Maasyaa Allah, kamu hebat sekali Ayna" salut Pak Budi pada siswi barunya itu.

"Alhamdulillah Pak," jawab Ayna.

Tiga peserta setelah Ayna kini giliran Afnan yang tampli diatas panggung.

Setelah hampir empat jam lomba dilaksanakan akhirnya selesai. Setelah itu semua peserta lomba dikumpulkan dilapangan utama sekolah tersebut untuk menyampaikan juara putra dan putri lomba pidato bahasa Arab.

AynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang