24

409 58 48
                                    

Bagian keduapuluhempat dari cerita.
Sekali lagi, ini hanya FANFICTION.
Happy Reading!

***

Jisoo mendudukkan dirinya di kursi deretan paling pojok di belakang kelas, menampilkan wajah datarnya kearah sekelilingnya, kearah siswa dan siswi yang saat ini tampak curi-curi pandang kearahnya.

Jisoo tahu, para manusia tidak tahu diri itu, pasti tengah membicarakannya.

Terbukti dari raut wajah mereka yang menatapnya diam-diam, atau mungkin ada juga yang secara terang-terangan menatapnya, namun tidak berani berbicara secara terus terang padanya.

Hah, seperti mereka berani saja.

Jisoo mengangkat kedua bahunya, berusaha tidak memedulikan gerombolan manusia tersebut. Apalagi, Doyeon yang sekarang jelas sudah tidak menempel lagi pada dirinya. Padahal, semenjak Jisoo menjauhi Jennie, wanita itu terus saja berada disebelah Jisoo, persis seperti amplop dengan perangkonya.

Tapi, berkat itu, Jisoo jadi tahu jika Doyeon mendekatinya hanya karena sesaat saja, dan wanita itu adalah seseorang yang palsu.

Untuk itu, Jisoo bersyukur karena Tuhan telah menjauhkannya dari wanita palsu tersebut.

Kedua mata Jisoo memilih fokus pada handphonenya, dan kemudian memasang earphone dikedua telinganya, memutar musik keras-keras agar dia tidak mendengarkan suara-suara lain diluar sana.

Mencoba fokus pada buku bacaan didepannya, Jisoo berusaha keras memusatkan perhatiannya. Wanita itu memilih duduk menyendiri di pojokan kelas, supaya dirinya bisa merasa lebih tenang.

Atau mungkin, karena memang tidak ada yang mau duduk bersama dengannya sekarang.

Hari pertama masuk sekolah di awal bulan baru, Jisoo sukses menjadi bahan perbincangan satu sekolah. Semenjak jujurnya ia di kantin sekolah waktu itu, satu sekolah tampaknya menjadi senang mengolok-olok dirinya.

Sekarang, bukan hanya Joohyun yang menjadi musuhnya, namun entah itu Doyeon beserta antek-anteknya, juga jadi ikut mencemooh dirinya.

Memang, mereka adalah musuh dalam selimut yang sesungguhnya.

Bukan hanya itu, suasana dirumahnya tiba-tiba menjadi semakin kelam dari sebelumnya. Mungkin, adalah sebuah kesalahan besar ketika Jisoo kembali mengungkit masa-masa kelam keluarganya kembali.

Setelah beberapa tahun lamanya, Jisoo dengan beraninya membawa balik nama Eunwoo ke permukaan, membuat baik Dara maupun Donghae menjadi bungkam seketika.

Biar saja, biar mereka berdua tahu kesalahan mereka sebagai orangtua.

Atau Chanyeol, yang sekarang lebih banyak mendekam didalam kamar, mungkin sedang meratapi nasib menyedihkannya karena sadar kembali telah menjadi seorang saudara yang gagal.

Biar saja, biar mereka tahu akibatnya.
Dan lagi, Jisoo tidak akan merasa bersalah, karena inilah yang ia mau dan ia inginkan.

Jisoo ingin, keluarganya sadar akan kesalahan mereka dan berhenti bertindak menjadi sosok lain dalam kehidupannya.

Dalam hati, Jisoo berteriak sekencang-kencangnya, berusaha meluapkan amarahnya yang menggebu-gebu sejak kemarin ia tahan.

Rasanya, Jisoo benar-benar kesal dan marah, namun dia tidak dapat berbuat apapun.

Dan Jisoo benci akan dirinya yang tidak bisa berbuat apapun.

Jisoo buyar dari lamunannya begitu mendapati notif pesan yang tertera dilayar handphonenya, dan begitu mengetahui siapa pengirim pesan tersebut, membuat Jisoo menghela nafas berat.

stayingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang