Alarm merah berkedut cepat. Dari setiap sisi dinding, tanda bahaya menyuarakan kekalahan. Silver terperanjat. Wajahnya pias menatap langit biru. Di seberangnya kursinya, air wajah Jung lebih pasi lagi menatap nyaring alarm yang melebihi raungan tarzan.
"Pasti ada kendala teknis! Kua bilang alarm ini teknologi baru, kan? Sudah pasti—"
"Argh!!" Protes Jung terhenti ringis kesakitan. Jemari-jemari Silver mencengkram kuat urat-urat lehernya, menyisakan sedikit celah untuk pria paruh baya di depannya mengemis ampunan. Si ahli IT itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kedua mata Silver melotot lebar. Bola-bola matanya bahkan bisa keluar jika rongganya memperbolehkan. Sayangnya, kebengisan itu tidak juga mengendur setiap kali Jung memohon sampai menangis. Tangan pria paruh baya itu memberontak, meminta Silver melepaskan cekikan yang akan melayangkan nyawanya sebentar lagi.
"Tiga helikopter sudah mendarat! Militer datang!" Seruan itu mendobrak pintu ruangan pribadi Silver. Kedua mata bengisnya terbelalak. Semua itu bukan lagi kendala teknis. Musuh nyata di depan!
Tepat saat Silver terkejut setengah mati, cengkramannya melemah. Jung segera meloloskan dirinya, menjatuhkan diri ke bawah kursi, lantas merangkak mencari perlindungan. Keringatnya bercucuran dingin.
Dor! Lesatan pertama memuncratkan darah ke sejur pahanya. Membuat Jung berhenti merangkak. Serta merta tubuhnya jatuh seperti bayi yang gagal belajar berjalan. Ia menangis kesakitan, melontarkan alasan demi alasan seraya memaksakan diri mencari perlindungan. Kolong meja yang selama ini dibuat dari bahan anti peluru pun tidak ubahnya dengan plastik di tangan Silver.
Dor! Momentum cepat pada kepalanya sudah pasti mematikan seluruh saraf kepala dalam sekejap. Darah bersimbah. Mata terbelalak menyuguhkan pemandangan mengerikan di tengah ruangan rapat. Tidak ada yang melihat, apalagi menyaksikan dari seberang.
Silver sempurna seorang diri menikmati tawanya.
"Hahaaha!!" Terpingkal-pingkal. Setengah menangis, setengah bahagia, setengah kebengisan, Silver mendadak menjadi orang gila sungguhan.
"Kau puas, Allan? Kau kira aku tidak sanggup menghancurkan keluargamu? Kau kira hanya karena aku terpancing kau bisa menang? Hahaha!"
Silver tertawa lebih keras. Gemanya menabrak dinding-dinding yang nyaring memeringatkan tanda bahaya. Derap kaki bahkan sudah menginjak-nginjak langit-langit ruang rapat. Pertumpahan darah sedang terjadi di atas kepalanya.
"Akan kubuat kau menjerit kehilangan lagi! Akan kubuat kau bertekuk lutut pada nama White!" Ia menarik napas. "Tidak akan kubiarkan kau menyentuh sisa kejayaanku di sini!"
Silver meloncat ganas. Tangannya kejam menyeret Jung secara tidak manusiawi. Lampu-lampu ruangan dimatikan. Nyala alarm dipadamkan untuk kemudian, lantai-lantai berputar begitu Silver menjauh dari ruangan. Seperti semula, lantai-lantai kembali bersih. Dan Jung, menjadi satu-satunya mayat yang terduduk mengisi keheningan ruangan.
》》Unfortunate《《
Hening. Pintu itu berdebam kencang, getarannya mengejutkan dua pihak di luar ruangan. Lampu sudah padam. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana selain siluet manusia duduk di meja rapat. Tangannya berlipat di atas meja seolah sedang gagah menyambut musuh utama. Melihatnya hanya mengeraskan rahang Ren yang sudah tidak sabar menekan pelatuk.
"Tunggu momennya, Allan. Jangan gegabah mendekati musuh hanya demi menuruti nafsu membunuhmu. Semua orang dendam dengan setan satu itu," Letjen membentangkan lengan, menahan Ren yang hendak liar merangsek maju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunate
Action[Wattys 2018 Shortlist] "Mata masyarakat tidak akan peduli dengan rasa sakit kita semua! Yang mereka pedulikan adalah kehidupan mereka masing-masing! Ingat ini, Hans. Ayahmu tidak akan bangkit sekalipun namanya telah bersih! Ibuku pun sama sepertiny...