16.

3.8K 433 81
                                    

Wulan sudah bosan, dan merasa capek untuk terus mengeluarkan air matanya. Bahkan mungkin air matanya sudah kering di dalam sana. Sehingga sedari tadi, sejak 2 jam yang lalu. Wulan bagai patung, menatap dalam diam kearah anaknya Ariel yang sedang terlelap di atas ranjangnya yang ada di dalam kamar tempat tidur mereka.

Iyah, sudah 4 tahun berlalu, Ariel tak pernah tidur terpisah ranjang apalagi kamar dengan dirinya. Anaknya masih terlalu kecil untuk tidur sendiri.

Dan lihatlah, anaknya memang masih terlalu kecil. Karena anaknya Ariel di saat ia dengan tergesa segera beranjak dari mushala, dan Pak Rahman yang menyerah, dan mengikhlaskan cincin untuk isterinya. Menghentikan  pencarian mereka.

Dengan jantung yang berdegup kencang, dan menggila,  Wulan berlari di setiap sudut sekolah untuk  mencari keberadaan anaknya, dan jantung Wulan hampir copot di saat Wulan mendengar suara rintih sakit, yang sangat familiar di telinga Wulan.

Suara rintihan yang sama persis dengan suara rintihan sakit anaknya apabila Wulan sedang membersihkan lutut, dan sikut anaknya Ariel yang lecet karena anaknya ceroboh, dan terjatuh.

Dan benar saja, dengan wajah pucat pasih, Wulan menemukan tubuh mungil anaknya yang sedang terbaring di atas ranjang uks yang ada di sekolah.

Kedua kaki mungilnya di pegang oleh Pak Ismail, guru agama yang merupakan tetangga Wulan di rumah. Dan seorang guru yang lainnya sedang membersihkan kedua sikut anaknya yang lecet, bukan hanya sikut, tapi lengannya juga, tak hanya sampai di situ.

Di dalam ruang uks tubuh mungil anaknya  hanya memakai selembar cd popeye-nya. Membuat Wulan bisa, dan dapat melihat memar keunguan, dan kemerahan yang bahkan ada di kedua paha putih anaknya, dan Wulan menggigit bibirnya kuat, hanya menatap dalam diam kearah anaknya yang sedang di obati oleh guru-guru itu.

Dan hingga detik ini, Wulan masih setia bungkam.  Tak ada sepatah kata yang keluar  dari mulutnya sedikitpun.

Bahkan di saat guru-guru mengatakan kalau anaknya Ariel terjatuh di parit karena berlari dengan mobil -mobilan yang lumayan besar yang merupakan pemberian dari  anak pemilik yayasan tempat anaknya sekolah.

Ya, hanya sebatas itu yang Wulan tahu. Anaknya jatuh sendiri, dan mobil besar yang sesekali di racaukan anaknya, adalah pemberian dari anak pemilik yayasan itu.

Semua orang mengenal Rajendra, dan semua orang tahu  tentang hubungan  Rajendra dan wulan di masa lalu, dan guru-guru itu entah kenapa menutupi pada Wulan, tak memberitahu yang sebenarnya, dengan keaadaan yang terjadi yang sesungguhnya. Ariel memang jatuh, tapi Ariel juga di lempar oleh Rajendra, dan Rajendra   adalah pemilik yayasan itu.

"Mama..."Panggil suara itu parau, membuat Wulan tersentak kaget, dan wulan yang duduk di lantai, segera bangkit dari dudukannya, dan mendudukan dirinya di pinggiran ranjangnya dengan ukuran sedang, dan pendek itu.

"Ini mama, Sayang. Ariel sudah bangun? Sudah puas tidurnya, Nak?"

"Ya, kamu harus bangun. Kamu belum makan siang. Anak mama harus makan siang dulu, ya... cup."Ucap Wulan cerewet dengan nada , dan suara seraknya, dan Wulan juga melabuhkan  ciumannya pada kening sedikit hangat anaknya, membuat mata anaknya Ariel yang merem melek. Seketika terbuka lebar.

Ariel menatap mamanya dengan tatapan sayu nya, membuat Wulan dengan reflek mengelus selembut bulu pada pipi chubby, dan hangat anaknya menggunakan jempol tangannya.

"Ariel bangun karena di panggil sama Papa..."Ucap Ariel pelan membuat tubuh Wulan menegang kaku bukan main saat ini. Bahkan Wulan terlihat menggigit bibirnya gugup.

"Benarkah? Anak Mama terbangun karena di panggil sama papa?"Tanya Wulan dengan suara tercekatnya.

Pertanyaan Wulan barusan, di  balas dengan anggukan mantap oleh  Ariel. Rasa sakit di tubuhnya sudah tak sesakit, dan sepegal saat masih di ruang uks tadi.

"Ya, tapi Ariel nggak kenal wajah Papa, Mama. Kan Ariel belum pernah ketemu Papa. Belum pernah lihat foto Papa juga. "Ucap Ariel dengan nada lemasnya kali ini.

Wulan menghela nafas lega. Anaknya sedang demam. Anaknya bicara ya, sedikit ngawur saat ini. Bagaimana bisa Ariel mengenal laki-laku itu,  misalkan anaknya bermimpi bertemu dengan papa biologisnya. Kan, anaknya belum pernah lihat, dan bertemu dengan papanya.

"Ariel jangan tidur terus. Ayo bangun, Sayang. Ini Papa... Bangun, kasian mama mu cemas..."Ucap Ariel lagi dengan senyum yang mengukir indah di  kedua bibirnya kali ini, sedang Wulan terlihat mengernyitkan keningnya bingung.

"Hehehehe, mama bingung? Ariel bangun sendiri mama. Sebenarnya Ariel tuh nggak tidur. Tapi, mau buka mata  dari tadi, nggak bisa, berat banget mama."

"Ariel nipu. Hehehe, Ariel nggak di bangunin sama Papa. Kan papa kerja mama, ya? Kirim uang setiap bulan untuk mama , dan Ariel?"

"Ariel mau papa beliin Ariel mobil keren, seperti mobil milik papa abang Gara? Ariel mau naik mobil keren lagi, bisa mama?"Ucap Ariel dengan cerewet, Wulan memijit keningnya saat ini.

Bingung dengan setiap kata yang terlontar dari mulut anaknya. Siapa Gara yang di maksud anaknya. Siapa Papa Gara? Sekeren apa mobil yang anaknya lihat di sekolah tadi? Tapi, kepalanya mengangguk  semangat, walau ia sama sekali tak mengerti maksud dari ucapan  cerewet anaknya barusan.

"Kamu mau minta dua mobil, mau minta 5 mobil sekalipun , bahkan papa kandungmu, bisa membelikannya untukmu, Ariel. Bersabarlah, kamu, dan mama akan bahagia pada waktunya nanti. Dan mulai lusa, kamu, dan mama akan membuka lembaran baru, sayang.... Kamu dan Mama akan bahagia. Itu janji mama pada kamu... "

****

Setelah mendengar ucapan panjang lebar dokter  dengan nada terburunya, Rajendra membisu dengan tubuh kaku saat ini.

Raut pucat, dan pasih di wajahnya seketika menghilang, dan wajahnya terlihat berpikir keras, dan bingung saat ini.

Tapi, kebingungan Rajendra hanya berlangsung selama 10 detik. Di sat tangannya sedikit di guncang oleh seorang dokter laki-laki  parubaya yang sedang menunggu  ucapan yang keluar dari mulutnya atas perntayaannya barusan. Yang bertanya tentang 'apakah golongan darah  anda  AB. Pasien kehilangan banyak darah, dan harus mendapatkan pendonornya saat ini juga , dan kebetulan yang sangat di sayangkan, golongan darah AB sudah habis, dan tidak tersedia di rumah sakit kami,  saat ini'

Begitu kira-kira ucapan Dokter yang membuat Rajendra bingung.

Bagaimana tidak bingung. Apakah ini hanya kebetulan semata? Ah, iya, pasti hanya kebetulan.

"Golongan darah saya  AB. Saya akan mendonorkannya  untuk Icha...."Ucap Rajendra dengan nada tegasnya.

Lucu, bagaimana bisa Icha yang bukan anaknya memiliki golongan darah yang lumayan langka sama dengan golongan darah miliknya. Golongan darah Icha Ab, dan golongan darahnya juga Ab.

Bahkan anaknya Gara saja golongan darahnya berbeda dengan golongan darah dirinya. Karena Gara mengikuti golongan darah wanita jalang itu.

Lalu Icha?

Tbc !!!

Lanjut dan ada yg baca?

Kok bisa icha dan jendra golongan  darahnya sama?

Suka icha anak Rajendra? Wkwkw

Misal dg cewek semalamnya mungkin?

Tapi, kasian Ariel lah😅😆

17-09-2020-17:56

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang