Pudar

592 80 12
                                    

"Jadwal anda setelah ini adalah rapat dengan tuan Lee."

Karin, sekertaris pribadi Sasuke memberitahukan jadwal yang harus Sasuke kerjakan setelah ini. Ia menyerahkan map berisi daftar agenda yang harus Sasuke kerjakan hingga minggu depan.

Sasuke memijit pangkal hidungnya, melihat banyaknya agenda yang menanti di depan mata. Ia bahkan belum sempat menghubungi Sakura hari ini.

"Sepertinya anda begitu lelah, Tuan." Karin berjalan mendekat dan meraih bahu Sasuke. Memijitnya perlahan namun segera berhenti kala Sasuke memintanya berhenti.

"Maaf, aku hanya ...." Karin menunduk dan kembali mengambil jarak.

"Masih ada waktu berapa jam sebelum rapat dimulai?" tanyanya yang kini menatap layar ponselnya.

Karin melihat jam tangannya dan seperti tengah menghitung. "Masih ada waktu sekitar satu jam. Apakah anda ingin makan siang terlebih dahulu?"

"Tidak," jawab Sasuke dan segera menghubungi Sakura. Tanpa menunggu lama, panggilan segera terhubung.

"Halo?"

"Maaf baru menghubungimu," kata Sasuke dengan seulas senyum terpatri di bibirnya. Hanya mendengar suara Sakura seakan mampu meruntuhkan beban yang menggelayutinya.

"Apa kau sangat sibuk? Tidak apa-apa. Apa kau sudah makan?"

"Belum, masih ada rapat setelah ini, aku akan makan siang setelah rapat selesai."

"Jangan menunda makan jika sudah waktunya, Sasuke. Itu bisa membuatmu terkena sakit mag. Sebaiknya segera makan siang."

"Aku hanya ingin mendengar suaramu." Tatapan Sasuke kini mengarah pada sebuah foto di atas meja. Foto Sakura yang tersenyum bahagia, melihatnya bersamaan dengan mendengar suaranya seperti ia ada dan berhadapan dengannya.

"Sekarang kau benar-benar pandai merayu."

Sasuke terkekeh membuat Karin yang masih berdiri disana terpaku. Bos barunya sangat tampan, tak salah jika ia jatuh cinta saat pertemuan pertama mereka. Dadanya bergemuruh saat kembali melihat seulas senyum menghiasi bibir Sasuke. Meski bukan tertuju untuknya namun mampu membuatnya ingin menjerit. Benar-benar karya Tuhan yang sempurna dan ia harus memilikinya.

"Kau boleh pergi, Karin," ucapnya dingin pada Karin.

"Ba -- baik, Tuan." Karin segera berbalik melangkahkan kakinya ke luar ruangan. Ia masih mencuri dengar pembicaraan Sasuke di telepon, sepertinya bukan hal mudah menaklukkan Sasuke.

"Bagaimana denganmu?" Sasuke kembali pada Sakura saat Karin telah pergi dari ruangannya dan menutup pintu. Ia sedikit risih dengan keberadaan Karin.

"Aku ... sudah."

"Jangan membohongiku. Kau menungguku hingga melupakan makan siangmu?" Mengambil foto Sakura dan memandangnya.

"A -- apa? Tentu saja tidak!"

"Jangan membohongiku, Sakura. Aku tahu saat kau berbohong. Kau akan menjeda ucapanmu sebelum kata terakhir." Sasuke meletakkan foto itu tepat di dadanya, seakan ia bisa memeluk Sakura sekarang.

"Apa?"

Sasuke kembali terkekeh. "Kau juga harus menjaga pola makanmu. Jangan menungguku menghubungimu untuk makan."

"Ti -- tidak. Aku ... hanya belum lapar."

"Baru satu bulan kenapa sudah seperti setahun? Aku ... merindukanmu." Menatap ke luar jendela kaca besar dan dapat melihat langit biru yang terhampar dengan indahnya.

Ketika Kepercayaan HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang