Diam bukan berarti lemah,
Diam ia sedang marah.~L~
***
"Kenapa kau tak percaya?" lukas tanya leya intens. Leya terlihat ketakutan diatas ranjang monitor dengan memeluk lututnya ditambah malam sudah sangat larut, takutnya lebih besar dibanding rasa kantuk.
"Kutanya, kenapa kau tak percaya?" lukas bersedekap dada, mata tajamnya tak lepas memperhatikan raut wajah Leya yang terlihat ketakutan.didalam hati ia tak tega, tapi jika sandiwaranya gagal maka ia akan habis ditangan sahabatnya.
"T-ttolong" lirih leya memejam mata. Tubuh lemahnya kedinginan tiba tiba terasa hangat. Leya mendongak, yang ia lihat wajah tampan seorang lukas dengan senyuman manisnya.
"Aku tak berbohong saat aku bilang kau adalah tunanganku, jangan pernah lari dan bersembunyi dariku, sejauh apapun kau pergi, maka aku akan menjadi ekormu" ucap lukas lembut mengecup singkat bibir leya setelahnya.
Leya terlihat lebih tenang, matanya tiba tiba terpejam dengan rasa nyaman yang laki laki itu berikan.
Malam yang sunyi, hanya ada gemercik air dari westapel, seorang lukas duduk sambil menandangi setiap inci wajah seseorang yang berperan sebagai tunangannya. Entah apa yang membuat dirinya mengiyakan syarat itu.
sebenarnya ia cukup tertarik dengan gadisnya kini, wajah yang berbentuk oval, mata bulat, hidung bengir, dan bibir yang tipis dihiasi dengan kumis halus. Ia paling suka dengan gadis berkumis tipis, itu semua membuat pikirannya menjadi liar, aneh pikirnya. Dan Hanya Leya yang mampu membuat hati seorang preman sekolah merasa tak nyaman jika berjauhan dengannya.
"Gadisku tertidur nyenyak sekali hemmm?" lukas terkekeh dengan pertanyaannya. Ia bertanya pada seseorang yang sudah terlelap Kealam mimpi.
"Aku bahagia diberi kesempatan menjadi kekasihmu, awalnya aku hanya akan bersandiwara sebagai pacarmu. Tapi, ibu dan keluargamu menginginkan ku menjadi pendampingmu. Heyyy!! Itu lah yang aku inginkan" lukas tersenyum tulus mengusap kening sang kekasih. Tak lama ia ikut merebahkan diri disamping Leya, dan terlelap sambil memeluk tubuh kecil gadis kecilku' tu.
•••
'Leya..leyaa..Kau mendengarku? Bangunlah!" Leya merasa ada yang mengusiknya, perlahan ia membuka mata. Pertama kali ia lihat wajah seseorang, Tampan dan bercahaya.
'Syukurlah kau bangun' Senyuman itu leya mengenalnya. Perlahan lahan ia Mulai mengingat siapa orang itu..Apa itu dia? Mungkinkah ia? Tapi..kenapa harus..
Deg!!!
Leya belum sadar sepenuhnya.pikirannya masih kacau, matanya membulat ditambah mulut menganga tak percaya.karena tidak ada pergerakan lain, laki laki Itu tersenyum lembut.
'Kau sudah besar yah;) ' Laki laki terus tersenyum tulus, tangannya terulur mengusap kepala leya lembut.
'Oppa..' Lirih leya berkaca kaca.
'Iya ini Oppa, chagi' tampa diduga air mata keduanya jatuh tanpa penghalang.
'Apa ini kau Oppa?' Leya masih tak percaya dengan apa yang ia lihat, sampai kedua tangan itu menarik kepala leya lalu memeluknya erat. Leya tak kalah Kaget tapi ia justru mempererat pelukan keduanya.
'Aku merindukan Oppa Davin hikss..' lirih leya. Davin melepas pelukan itu lebih awal, ia mensejajarkan wajahnya didepan wajah leya.
'Asal kau tahu, Oppa lebih tersiksa karena Rindu ini' balas davin tersenyum, leya ikut tersenyum girang, ia menghapus jejak air mata yang merembes dan mengusut ingus nya sendiri. Davin terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive [Lukas]
Teen FictionSeorang gadis yang menjunjung tinggi kepercayaan. Namun, Jatuh dengan sebuah Kebohongan. . . Leya, Gadis Manis yang dibesarkan dengan rasa bersalah dari sebuah tragedi. Dan menemukan arti sebuah rasa nyaman yang ia simpan sedari dulu. . . Luka...