14

38 8 0
                                    

"Semuanya tidak bisa langsung diketahui hanya dengan mendengar cerita orang."
- Amela

Typo bertebaran gengs🙏
Happy reading💜

Amela menatap kemacetan yang terjadi di depannya dengan tatapan kesal.

Drrtt... drrttt...

Getaran ponselnya yang menampilkan panggilan masuk dari Rika, membuatnya beralih mengangkat telepon tersebut.

"Apa?"

"Mel, lo dimana sih bangke? Ini udah telat lima menit tau"

"Gue lagi otw ke sekolah. Tapi, macet"

"What?! Macet? Ini bentar lagi bu Stefy masuk lho. Lo tau kan, gimana sensitifnya dia? Apalagi sama lo"

"Shit!"

"Lo bisa bolos mel, Gue bisa ngasih alasan buat lo. Terlalu beresiko kalo lo tetap maksain buat ke sekolah"

"What? No! I never and will never do that"

Setelah memutuskan sambungan telepon secara sepihak, Amela meremas kuat handphonenya.  Ia benar-benar kesal karena tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

"Kenapa nggak bolos aja mel?" Tanya Arya dengan hati-hati.

"Excuseme?" Jawab Amela dengan nada datar sambil menatap kesal Arya yang malah membuatnya semakin pusing.

"So, kamu mau ke sekolah dengan terlambat lima belas menit atau bahkan satu jam? Nggak takut sama guru kamu yang sensitif itu?"  Berbeda dengan Amela,  Arya menjawab dengan sangat tenang seolah tidak terjadi apapun.

"Rather be late than be a bad guy" balas Amela dengan sengit.

Arya sempat terkekeh, kemudian menghela napas pelan.

"Let's make the deal. Kamu ke sekolah dengan resiko dihukum dan berhadapan dengan guru kamu yang sensitif itu, atau ikut aku dan minta bantuan teman kamu buat ngizinin kamu ke guru? It's about what you will choose. Right or wrong" jelas Arya yang membuat Amela menatapnya dengan tatapan yang semakin datar.

"But, I never do that" protes Amela masih tetap pada keputusan awalnya.

"Kenapa keras kepala banget sih mel? Kamu ngelakuin ini juga kan buat kebaikan kamu. Emang kamu mau dapat surat panggilan?" Arya masih mencoba meyakinkan Amela agar mau bolos setidaknya hanya untuk hari ini.

Shit! Amela bahkan tidak sempat memikirkan soal surat sialan itu. Jika guru lain yang ia hadapi, mungkin ia bisa selamat. Tapi, jika dengan bu Stefy, sepertinya ia harus mengikuti anjuran Arya.

Dengan pasrah, Amela kembali menelpon Rika.

"Gue nggak masuk hari ini. Tolong izinin gue" jelasnya tanpa basa-basi.

"Seriously? Lo beneran nggak masuk mel? Ini Ame—"

Tanpa mendengarkan ocehan menjengkelkan Rika, Amela memutuskan sambungan teleponnya kemudian melemparkan ponselnya ke jok belakang.

Arya mengedipkan matanya berkali-kali ketika melihat tingkah Amela yang sangat baru baginya.

Amela hanya menatap ke luar jendela, bahkan ketika mobil mulai kembali bergerak gadis itu masih tetap pada posisinya.

"Semenyesal itu yah, mel?" Tanya Arya yang membuat Amela beralih menatapnya.

Diam. Hanya itu yang didapat oleh Arya. Entah karena gadis itu benar-benar kesal padanya atau memang sedang tidak ingin berbicara dengannya.

Arya mulai merasa tidak nyaman dengan keheningan ini. Ia benar-benar merasa bersalah karena telah membujuk Amela untuk bolos sekolah hari ini.

Amela tidak mengeluarkan reaksi apapun bahkan ketika mobil berhenti di parkiran apartemen, gadis itu masih setia pada posisinya.

"Turun!" Titah Arya dengan nada datar miliknya. Jujur saja, ia mulai kesal dengan sikap Amela yang terus mendiamkannya sejak tadi.

Hey, niatnya baik. Dia hanya tidak ingin pacarnya dalam masalah. Apa itu salah? Kalau dilihatpun, ia tidak meminta Amela untuk bolos alias tidak hadir tanpa keterangan. Melainkan meminta gadis itu untuk izin tidak masuk hari ini.

Sepertinya sikap sabarnya tidak cukup untuk membuat gadis itu sadar.

***

Hey guys, apa kabarnya?

Sehat-sehat aja kan?

Thanks buat kalian yang masih setia menantikan Amela.

Walaupun ini nggak sepenuhnya bisa dijanjikan, author bakal usahain untuk namatin cerita ini dalam waktu dekat.

Jgn lupa vote dan comentnya yah😉

See u next update, purple u💜

Tertanda
Hldgrd

(HWARANG'S 2) Amela's world (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang