hallo, how are you?
sebelum baca alangkah baiknya kalo kalian vote dulu di setiap chapternya. dan jangan lupa buat komen di setiap paragrafnya 💋🥂
_________________
"Melepaskan itu mudah. Yang sulit adalah mengikhlaskan."
***
CALANTHA berjalan mengikuti brankar yang dibawa beberapa perawat menuju ruangan operasi. Luka tembakan di tubuh Farellio benar-benar parah hingga membuatnya harus langsung dioperasi.
"Maaf, kalian tidak boleh ikut masuk ke dalam ruangan," peringat salah satu perawat sebelum kembali mendorong brankar yang membawa Farellio masuk ke dalam ruang operasi.
"Tapi saya Ibunya, Sus!" tegas Rilanny.
"Tetap saja tidak boleh, Bu," balas sang perawat. Setelahnya pintu ruangan tertutup sempurna meninggalkan Rilanny dengan tangisannya yang semakin pilu.
"Semua bakal baik-baik aja, Sayang." Cakra memeluk tubuh Rilanny untuk menenangkannya. Di saat seperti ini Cakra tak boleh ikut menangis. Cakra harus tetap kuat untuk memberi ketenangan pada istrinya.
Cakra tetaplah seorang Ayah. Walaupun tak menangis, walaupun terlihat kuat, dan walaupun terlihat tenang, tak bisa dipungkiri bahwa dirinya juga merasa sangat khawatir pada Farellio, putranya sendiri, putra kesayangannya.
Calantha masih berdiri di depan pintu ruangan bahkan setelah lampu berwarna merah di atas ruang operasi menyala. Gadis itu terus berdoa dalam hati berharap operasinya berjalan dengan lancar.
"Gue sayang sama lo."
Calantha kembali memejamkan matanya saat ucapan Farellio tadi memenuhi otaknya. Andai saja. Andai saja dirinya bisa lebih cepat menyadari semuanya. Mungkin hal ini tak akan terjadi. Farellio-nya tak akan terluka seperti sekarang.
Farellio rela berkorban untuknya bahkan setelah apa yang ia lakukan pada dirinya. Farellio sudah cukup menahan sakit hati karena dirinya. Dan sekarang, Farellio kembali harus berjuang untuk dirinya sendiri. Karena dirinya, lagi.
Calantha melihat tangannya yang di penuhi darah Farellio. Air mata yang sedari tadi tertahan di pelupuk mata kembali jatuh bersamaan dengan kenangannya yang kembali teringat. Bagaimana awal pertemuannya hingga bagaimana dirinya bisa membuat Farellio yang garang menjadi lembut kepadanya seperti sekarang.
"Kenapa lo lakuin ini, El?" monolognya.
Beberapa jam telah berlalu. Namun, Dokter yang menangani Farellio belum juga keluar dari ruangannya hingga membuat semua orang semakin khawatir.
Calantha berdoa dalam hati memohon keselamatan untuk Farellio. Entah sudah berapa banyak doa yang ia panjatkan. Namun sepertinya Tuhan sangat senang mempermainkannya. Doa yang sedari tadi ia panjatkan belum juga dikabulkan oleh sang pencipta alam.
Calantha membuka matanya saat merasa seseorang memeluk tubuhnya. Gadis itu bisa mencium dengan jelas wangi parfum yang menyeruak memenuhi indra penciumannya. Hanya satu orang yang mempunyai bau parfum seperti ini, Gabino.
"Tenang aja. El bakal baik-baik aja," bisiknya.
"Gue juga berharap gitu," balas Calantha lirih.
Gabino mengurai pelukannya lalu menghapus air mata Calantha. "Jangan nangis. Gue ada di sini. Jangan khawatir."
Tangisan Calantha semakin menjadi saat mendengar bisikan Gabino barusan. Bahkan matanya terasa bengkak hanya karena tangisannya yang tak juga berhenti. Calantha juga ingin terlihat kuat. Namun semua melemahkannya. Calantha tak bisa melihat Farellio lemah seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farellio's [SELESAI]
Teen Fictionidk, yg keberapa kali re-pub. [TEEN FICTION, HURT, LOVE] Jika ada kalimat, "tidak ada yang tahu takdir." Maka, itu benar. Seperti kisah cinta Calantha dan Farellio. Yang selalu dipisahkan oleh jarak. Namun, terus disatukan oleh semesta. Hingga, keu...