Saat kami sedang fitting, aku melihat mata Mbak Mitha sembab. Kudekati ia perlahan. Kebaya cantik yang dikenakan tidak mampu menutupi kegelisahan dan kesedihannya.
"Mbak, kenapa?"
Ia menggeleng. "Mbak baik-baik saja."
"Masalah kemarin sudah selesai? Bagaimana penyelesaiannya?"
"Sudah, papi akhirnya akan berdiri mendampingi mami." jawabnya sambil tersenyum tipis.
"Syukur deh."
"Mbak boleh nanya, Ia?"
"Silahkan mbak. Mau nanya apa?"
"Kamu putus sama Mas Awa?"
Dengan berat aku mengangguk. Pasrah saat akhirnya semua orang tahu berakhirnya hubungan kami. Ini bukan berita menyenangkan bahkan sebenarnya memalukan untukku. Apalagi kalau orang lain tahu penyebabnya. Mungkin merasa tidak enak kalau harus bertanya lebih jauh lagi Mbak Mitha memilih diam. Aku segera meninggalkannya untuk mencoba gaunku sendiri. Saat melihat tubuh di depan cermin, baru sadar bahwa aku terlalu kurus sekarang.
Selesai semua, aku menghindar. Tidak ingin ditanya atau berbagi dengan siapapun. Aku kembali menjadi Kaia yang dulu. Tidak punya teman dan selalu kesepian.
***
Hari ini aku resmi berhenti bekerja. Karena sudah harus memulai prosedur pengurusan visa pekerja di Singapura. Menurut Pak Reza lama pengurusan minimal satu minggu. Dan selama itu aku akan menjadi pengangguran. Karena seluruh berkas sudah kukirim jadilah aku memiliki banyak waktu luang.
Sampai saat ini tidak ada yang tahu rencana keberangkatanku kecuali Pak Kemal. Setiap pagi aku keluar seperti biasa, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan bagi orang di rumah. Aku mengunjungi beberapa teman lama. Ini juga menjadi salah satu kegiatan untuk belajar melupakan Kaia.
Tidak mudah ternyata. Sering tanganku terasa gatal untuk mengirim pesan untuk menanyakan kabar seperti biasa, namun semua berhasil kutahan. Tidak ada yang perlu diperbaiki, yang ada hanya harapan agar kepindahanku bisa mengobati luka. Aku harus mencoba berdamai dengan kenyataan.
Menjelang siang aku sudah sampai di basecamp The First. Mereka yang tengah latihan menyambutku hangat. Jelas aku sangat merindukan suasana seperti ini. Sang drummer meninggalkan tempatnya sebagai tanda mempersilahkan aku bergabung. Kami langsung memainkan beberapa lagu lawas yang memang ciptaanku. Rasanya aku kembali pada dunia yang kuimpikan. Hentakan musik membuat adrenalinku meningkat drastis. Tak terasa kemejaku basah oleh keringat, tapi aku sangat menikmati semuanya. Seolah seluruh kemarahan dan emosiku larut bersama irama yang kumainkan.
Hingga akhirnya, selesai latihan kuberikan lagu ciptaanku pada mereka.
"Lo coba ini, arransemennya gue kerjain pakai gitar." Ucapku sambil memberikan demo lagu pada Zenno, sang vokalis.
Semua terdiam saat mendengar laguku.
Ketika sayapku patah, kutak bisa terbang lagi. Aku akan tetap diam disini. Membalut luka yang kau tinggalkan. Sendirian
Ketika tawamu tak lagi menghiasi hariku. Menyaksikan matahari terbenam. Karena yakin kau takkan pulang. Membiarkanku sendirian.
Ketika senyummu tak lagi menyapa pagiku. Ada gelap yang terus menggelayut. Karena cahaya itu telah pergi. Meninggalkanku sendirian.
Aku menyayangimu. Aku mencintaimu. Entah sampai kapan. Karena waktu bukan milikku. Kamu meninggalkanku. Sendirian.
Kini kutahu arti sunyi. Karena kamu telah berlalu. Meninggalkanku dalam kesendirian
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK SELAMANYA INDAH / END
RomanceTentang cinta empat orang kakak beradik. Bagaimana cinta kadang pahit diawal. Namun manis diakhir. Atau kadang sebaliknya.