Have a nice day ❤️💙
.
.
Happy Reading 📖
~o0o~
Hari itu kota paris di guyur oleh air hujan yang begitu deras. Siapapun tidak ingin meninggalkan rumah atau dimanapun mereka berada. Melihat cuaca ini Aiden teringat sesuatu. Matanya menatap lurus keluar jendela dengan pandangan yang kosong. Aiden seperti merasa kembali pada saat dia menemukan Larrysa. Pada cuaca yang sama dan waktu yang sama.
L'automne, 11 Novembre, 16h00
Autumn, 11 November, 04:00 pm
Dimusim gugur seperti ini cuaca diluar rumah bisa mencapai 13 derajat. Air hujanpun terkadang turun menemani pohon maple untuk menggugurkan daunnya. Biasanya dimusim seperti ini semua orang akan dimabuk kasih karena suasananya yang romantis. Tetapi beberapa orang juga memilih untuk mengurung diri di rumah.
Sebuah tangan yang terasa nyaman tiba-tiba melingkari perutnya. Aiden menoleh dan mendapati Calistha yang sedang menyandarkan kepalanya pada punggung Aiden. "Apa sesuatu disana terlihat menarik?"
Aiden melepaskan pelukannya— lebih tepatnya merubah posisinya, dia berbalik lalu kembali membenamkan tubuh mungil istrinya dalam pelukan. Sesekali Aiden mengecup puncak kepala Calistha sayang. "Kau lebih menarik bagiku." gumam Aiden.
Calistha mendongak menatap wajah suaminya damai. Tuhan telah menciptakan sesuatu yang sempurna untuk Calistha. Wanita hamil itu tersenyum tipis sembari mengusap dada bidang Aiden lembut.
"Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu jangan segan untuk membaginya dengan ku." Kata Calistha
"Tentu saja. Tidak akan ada rahasia diantara kita." Jawab Aiden pasti.
Ternyata selain wajah Calistha yang cantik ada sesuatu lain yang mengganggu pikiran Aiden. Mata Aiden tidak bisa terlepas memandangi bibir Calistha yang begitu menggiurkan. Tangan Aiden menangkup wajah Calistha lalu menyapu bibir Calistha lembut. Aiden menumpahkan segala perasaannya melalui ciuman itu.
Sama seperti Aiden Calistha tergoda untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari Aiden. Dia menginginkannya. Calistha sedikit berjinjit lalu mengaitkan tangannya pada leher Aiden. Sedikit menekannya dibagian kepala agar Aiden memperdalamnya. Tangan Aiden yang tadi menangkup wajah Calistha beralih fungsi. Menempatkannya tepat di pinggang Calistha, merengkuhnya rapat dan posesif. Tidak menyisakan sedikitpun jarak memisahkan mereka.
"Astaga anak-anak ini!" gerutu Rose yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Calistha langsung melepaskan rangkulannya dengan cepat. Malu karena Rose memergokinya. Berbeda dengan Aiden yang terlihat santai. Tidak ada sirat malu sedikitpun diwajahnya.
"Kami sudah dewasa Mam. Jadi tidak masalah jika kami melakukannya." elak Aiden tidak terima. Sedangkan Calistha hanya tersenyum masam tidak enak.
"Aku tidak pernah melarang kalian" Rose mengedikkan bahunya "Tapi tadi aku meminta Calistha untuk memanggilmu agar bergabung, dan ternyata— "
"I'm sorry" sesal Calistha.
"It's Okay. Ayo kita hampiri Papa. Sepertinya dia sudah menunggu." Ajak Rose sambil merangkul Calistha. Meninggalkan Aiden sendiri di belakang.
"Okay. Jadi sekarang aku ditinggalkan?" Tanya Aiden dengan mempercepat langkahnya.
"You are not baby,boy" Celetuk Rose, di susul oleh cekikian geli Rose dan Calistha.
At living Room~
Gatson sudah menunggu kedatangan istri, anak, dan menantunya. Duduk sambil menyuruput teh hangat yang masih mengepulkan asap. Melihat kedatangan yang di tunggu Gatson menaruh gelasnya lalu menyunggingkan senyum.
"Akhirnya. Aku pikir kalian tidur dulu disana." Kata Gatson di susul tawanya yang khas.
Rose ikut tertawa. "Anak muda lebih butuh banyak waktu untuk bersama sayang." Timpal Rose sambil duduk di sisi suaminya.
Mereka berkumpul bersama di temani teh dan bagguet dengan saus khas prancis. Melakukan kebiasaan yang dilakukan budaya Perancis. Saling bertukar cerita, bercanda gurau, menyuguhkan kasih sayang, membuat suasana yang dingin diluar sana tidak akan terasa.
'semoga kehangatan ini tidak akan pernah hilang' batin Calistha.
"Calistha apa dia selalu bergerak-gerak disana?" tanya Rose— menunjuk perut buncit Calistha.
Calistha mengangguk sambil tersenyum. "Dia sangat aktif. Kadang-kadang pergerakannya sampai tercetak di perutku."
"oh.. aku harap dia perempuan." gumam Aiden mendapat perhatian dari yang lain.
"Kenapa? Kau tidak ingi anak laki-laki untuk meneruskan tugasmu kelak?" Tanya Gatson penasaran.
"Aku rasa perempuan pun bisa melakukannya" Aiden menatap Calistha penuh makna "Aku yakin! Karena dia lahir dari wanita yang hebat juga."
Calistha menghambur pada pelukan Aiden. Calistha merasa malu sekaligus tersanjung atas pujian Aiden.
Rose terharu mendengarnya. Anaknya memang benar-benar menemukan wanita yang pantas untuknya. Walaupun untuk beberapa waktu Rose ragu Aiden memilih Calistha. Wanita paruh baya itu takut jika Aiden hanya terobsesi pada wajahnya yang mirip sekali dengan Larrysa.
"Aku harap badai ini telah selesai." ucap Rose membuat yang lain pun setuju.
~o0o~
At Night~
Calistha merasakan suatu pergerakan dari dalam perutnya yang begitu kencang. Membuatnya mau tidak mau harus terbangun. Bukan keram diperutnya, namun pergerakan bayi yang menendang-nedang. Calistha mengerang kecil ketika berusaha bangun dari tidurnya. Dia menoleh pada Aiden yang masih terpejam matanya. Tidurnya terlihat begitu nyenyak. Meminta bantuan seperti akan mengganggu tidurnya.
Calistha turun dari ranjangnya dan berjalan keluar dari kamar membawa gelas di tangannya. Langkah kakinya pelan menyusuri ruangan dan kamar untuk sampai ke dapur. Calistha mulai menyicikan airnya begitu sampai lalu pergi— kembali ke kamarnya. Namun ketika baru saja menaiki tangga dia mendengar suara ketukan. Ketukan dari pintu utama yang berada di seberang tangga.
Calistha mengernyit mendengarnya. Matanya menoleh kearah jam dinding yang menggantung menunjukkan jam 2. selarut ini siapa yang datang?. Calistha mencoba untuk tidak mengidahkannya tapi sepertinya ketukan itu semakin kencang. Terdengar seperti orang yang mengetuk dengan terburu-buru.
"Lumiere?" panggil Calistha mencari keberadaan orang kepercayaan Aiden. Menunggu beberapa detik namun tidak kunjung ada jawaban. Dan ketukan itu terdengar semakin kencang.
Dengan berat hati Calistha kembali menuruni tangga. Namun entah apa yang di injaknya hingga tubuh Calistha kehilangan keseimbangan. Tubuhnya goyah dan mulai merasakan gravitasinya. Gelas di tangannya sudah jatuh lebih dulu dan pecah.
"GOD!!" Pekik Gatson tiba-tiba dari belakang ketika berhasil menangkap tubuh Calistha.
Gatson membantu Calistha kembali berdiri dan menuntunnya menuju sofa. Dia membiarkan Calistha duduk dan meminum air yang baru saja diambil Gatson. Tangannya masih bergetar karena terkejut. Entah apa yang akan terjadi jika Papanya tidak ada disana.