Prolog

206 20 0
                                    

Tahun ajaran semester baru dimulai, meski waktu berlalu 1x24 jam tetap saja bagi sebagian orang waktu berlalu begitu cepat, semester baru di mulai otomatis semua aktivitas kembali berpusat pada kampus tercinta.

"Chan, katanya lo lagi cari kontrakan?" Tanya seorang laki-laki yang menggendong tas punggung hitamnya menghampiri seorang laki-laki yang notabene nya adalah adik tingkat di kampus mereka.

"Iya Bang, lo punya chanel?"  Jawab adik tingkat itu. "Bagi ya." Lanjutnya sambil menyerobot minuman yang dibawa oleh Mark Lee, mahasiswa yang tengah memasuki semester lima di program studi Hubungan Internasional.

"Aelah!" Tak mau begitu saja minumannya direbut, Mark mendorong kepala Haechan menjauh dari gelasnya. "Beli sendiri sana."

"Pelit." Komentar Haechan.

Mark terkekeh singkat. "Bukan pelit, lihat dong lo juga lagi di kantin, noh si mbak Pipit-nya masih buka warung, tinggal datang aja, beli."

"Sama aja Baangggg."  Karena Haechan bukan tipe orang yang mudah menyerah, dia tidak ingin mengalah begitu saja, Haechan benar-benar merebut gelas jus apel milik Mark sambil meledek pemiliknya.

"What the fuck!" Respon Mark spontan. "Kali ini gue ngalah." Ucapnya kemudian.

Haechan yang mendapatkan jus apel milik Mark terkekeh sambil meminum jus apel tersebut tanpa berdosa di depan pemiliknya.

Mark menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue mikir-mikir ulang deh kalo mau ngontrak sama lo."

Haechan menjulurkan lidahnya tak peduli, karena dia sudah mendengar kalimat itu keluar dari mulut Mark beberapa kali.

"Nih, gue balikin." Haechan mengembalikan gelas jus apel yang hanya tersisa seperempat dari isinya.

Mark menghela napas lelah. "Lo abisin aja sana."

"Ow! Thank you!"

"Chan, gue nanya serius nih."

"Iya gue juga jawab serius Bang."

"Gue tadi pagi dapet info kontrakan, rumahnya luas, ada empat kamar. Lo mau nggak? Agak jauh dari wilayah kampus. Tapi kan kita bawa motor, jadi ... yaaa itu sih gampang."

Haechan mengangguk-angguk paham. "Boleh, kebetulan si Renjun lagi cari kontrakan juga."

"Renjun mana?"

"Mana lagi, anak psikologi."

"Temen lo?"

"Iya lah!"

"Tapi kelakuannya nggak kaya lo kan?"

"Bang, plis lah, gue ini unik, cuma satu di dunia."

"Syukur kalo nggak kaya lo, seenggaknya yang ngerepotin cuma satu."

Haechan mendelik kesal sambil berdecak. "Gue ngerepotin tapi lo seneng main sama gue."

"Coba lo telpon Renjun nya, mau nggak ngontrak bareng." Perintah Mark mengalihkan topik.

Haechan menurut, dia mengambil handphone dari dalam saku dan menelepon nomor Renjun dengan mode pengeras suara.

"Anjir di reject." Keluh Haechan, sedangkan Mark terkekeh.

Haechan menelepon kembali nomor Renjun, kali ini panggilannya tak kunjung diangkat.

"Serius lo temenan sama dia kan?" Tanya Mark di sela-sela tawa nya yang tak kunjung mereda.

"Halooo."

Suara cukup lantang terdengar dari ujung telepon membuat Mark spontan menghentikan tawanya.

7 Bujang dan Gadis Indigo [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang