Chapter 8 - Just You, My Healer

12 0 0
                                    




Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar – Tere Liye dari buku Kau, Aku Dan Sepucuk Angpau Merah

****

Nadine menghempaskan HP Cisa ke tempat tidur sambil menghela napas. Usaha mereka menghubungi Eddy selama 3 minggu ini gagal karena ia tidak merespon setiap SMS, WhatsApp, Line, video call, sampai direct message di akun Twitter yang ternyata tidak aktif lagi sejak 2016.

"Ci, mendingan kita stop dulu stalking Kak Eddy. Kita kan udah usaha, tapi hasilnya belum ada", kata Nadine.

"Aku nggak nyangka. Kenapa Kak Eddy harus pergi? Seakan-akan dia tahu udah tak ada lagi harapan buat aku sembuh..." Cisa mulai terisak. "Apa aku harus sekarat dulu biar dia mau nepatin janjinya?"

"Jangan begitu, Ci...",

"Kalau dia nggak ada niat untuk ingkar janji, dia harusnya ada disamping aku sekarang! Kenapa dia pergi? Atau janjinya itu cuma di mulut aja, tapi tak sesuai isi hati...?"

"Jangan su'udzon, Ci, nanti kamu drop lagi. Aku yakin, Kak Eddy pasti nepatin janjinya. Kamu harus kasih kesempatan dia untuk menerima keadaan kamu. Sama kayak kamu kasih kesempatan ke Ayah kamu untuk tegar...",

"Astaghfirullah...",

"Kamu harus sabar, Ci. Suatu hari nanti kamu pasti ketemu lagi sama Kak Eddy",

"Iya, Din. Aku harus bersabar dulu sekarang...",

Nadine tersenyum lega lalu melihat notifikasi WA di HP nya.

"Eh, Ci. Ternyata gue udah seharian disini. Bunda suruh aku balik ke hotel sekarang. Nggak apa-apa kan, kamu sendiri dulu?"

"Nggak apa, Din. Ayah sebentar lagi juga datang. Makasih ya udah temenin aku",

"Iya, sama-sama. Nanti malam aku akan lanjut lagi lihat foto Kak Eddy di IG. Siapa tahu ada petunjuk. Duluan, ya",

"Oke",

Setelah Nadine pergi Cisa berbaring dan meletakkan foto Eddy di bantal lalu memejamkan mata, sambil membayangkan dia ada di sampingnya saat ini.

                                                   *********

Cisa menjalani kemoterapi yang dijadwalkan minggu ini dengan semangat. Meski Eddy tidak ada di sampingnya, boneka teddy bear pemberiannya menjadi penyemangat. Farhan merasa lega melihat putrinya lebih bersemangat dari biasanya. Ia yakin kalau Eddy memberi pengaruh positif pada Cisa walau masih curiga kalau mereka menjalani hubungan lebih dari sesama saudara jauh.

Usaha Nadine mencari keberadaan Eddy akhirnya menemui titik terang setelah melihat berbagai foto di akun instagramnya. Setelah diberi kabar oleh Farhan kalau Cisa sudah selesai kemo dan perlu ditemani, Nadine segera berangkat ke rumah sakit dari hotel dan memberitahu Cisa tentang dugaannya kalau Eddy berada di Labuan Bajo.

"Labuan Bajo?" tanya Cisa. "Kamu yakin Kak Eddy ada di sana?"

"Ini cuma tebakan aku aja, tapi siapa tahu benar", jawab Nadine. "Soalnya di akun dia banyak banget foto-foto di pulau itu, dan caption-nya selalu bertuliskan 'best place to spend holiday' atau 'bagaikan rumah kedua'. Fix, ini tempat liburan favoritnya Kak Eddy!"

Cisa pun melihat foto-foto Eddy yang kebanyakan berlokasi di berbagai tempat-tempat pariwisata Labuan Bajo seperti Pulau Padar, Pulau Kanawa dan banyak lagi. Tebakan Nadine tidak lagi meragukan, Eddy mungkin ada disana untuk menenangkan diri.

Love DrunkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang