2

108 12 3
                                    

Kaget yang baca udah 200 aja:‹
Yang vote juga:‹
Makasi udah nyimpen book abal abal ini.

Happy reading.








































"Dek! Jangan ngambek!"
Tungkainya terseok seok lelah, pemuda bersurai coklat terang tak kuat lagi mengimbangi langkah cepat Rere.

"Ya maksud kamu itu teh kumaha?! Tiba tiba ngatain pendek meni banyak orang kitu!malu tau Eja!".
Langkah Rere terhenti ketika tersadar si lawan bicara yang tengah tergeletak di atas rerumputan taman belakang sekolah mereka.

nafasnya tersenggal senggal netranya terkantup, bagaimana tidak Eja itu habis latihan basket
Dan perkara Eja yang mengatainya pendek memang benar, awalnya karena Rere ingin merapihkan surai Eja yang memang mencuat kesana kemari. Pada dasarnya tubuh Rere itu kecil, oke kecil bukan pendek
Butuh tenaga ekstra untuk merapihkan surai Eja yang letaknya paling atas, namun usahanya hanya dihadiahi ejekan mungkin yang terdengar dari telinga Rere enak saja mengatai dirinya pendek.

"Maaf deh, lagian nggak keras keras banget deh aku ngomongnya"
Cowok itu bangkit dari acara rebahan dadakannya dan kini terduduk sambil mengadah menatap Rere. "Sini duduk, istirahat masi sepuluh menit lagi" menepuk sisi di samping kanannya.

Rere mengalah ia pun terduduk bersilah disamping kanan Eja, dia juga cape ngomong ngomong.
Dari pada meladeni si Eja netranya bergulir menatap pepohonan yang melambai lambai diterpa angin kecil masih dongkol atas perkataan Eja.

Sudah sebulan Eja dibandung dan bersekolah, konyolnya saat pertemuan pertama mereka diminimarket waktu itu adalah awal dari persahabatan mereka.
Siswa yang diwanti wanti nya ternyata si pegawai minimarket itu, katanya merantau dari jogja ke bandung.selama itu Eja belum sepenuhnya bercerita tentang dirinya mengapa sampai bisa merantau, Info yang Rere dapat hanya dia bekerja setelah pulang sekolah di minimarket hingga larut malam untungnya hanya 3 hari saja senin, kamis, dan minggu, dan alasannya merantau  tidak mau membebani nenek dan kakeknya orangtua nya sudah lama bercerai ketika Eja Menginjak kelas 1 SMP.

Tidak menyangka saja pegawai minimarket yang mempunyai senyum memabukkan itu kini sedang terduduk dengannya dan menjadi sahabat dekatnya.

Satu tepukan dibahunya membuat atensi mengenangnya buyar, ah Rupanya Eja.

"Varo tuh, nyariin adek deh kayaknya"
Tunjuknya dengan arah sorot mata.
Satu lagi nama panggillan adek yang selalu melengkapi hari hari Rere rasanya sudah sering tapi tetap saja merasa tersipu dikala Eja memanggilnya dengan embel embel 'adek', sangat manis.
Rere juga menggunakan kata aku-kamu pada Eja beda dengan yang lain yang biasanya gue-lo saya-kamu.

Tanpa menjawab Rere pun sepenuhnya berdiri dan berjalan menghampiri Varo yang tengah sibuk dengan ponselnya, heran nih anak pacaran kali sama hp.

Ngomongin tentang Varo dia tau hubungan antara Rere dan Eja, dengan handalnya dia selalu menutup luka dan sakit ketika Rere ataupun Eja yang saling melakukan skinship, Biasanya dia yang selalu jadi sandaran kalau Rere mengantuk biasanya juga Rere yang menyekat keringatnya ketika Dia selesai dengan kegiatan osisnya, tapi apa boleh buat kalo bertindak pun Varo takut Rere kesayangannya itu sakit apa lagi menjauh, dan bungkam menjadi pilihannya. Sudah diingatkan bukan? siapun yang membuat Rerenya bahagia dia pun akan merasa bahagia.

"Woy! Pacaran teross"
Seru Rere tepat di telinga Varo, Membuat pemuda bereyesmail itu mengusap telinga kirinya.

"Untung nteu copot jantung Aing"

"Lebay dah lu" Rere menjeda perkataannya "Oh iya ngapain berdiri sendiri disini, udah macam jones we"

"Jones jones! Ketekekin nih"

          

"Apa apaan keringatan gitu hih! Jorok"

"Hehe lagian emang panas pisan, oh iya mau minjem hp lu sini"

"Buat apa? Download hentai ya?!"

"Sembarangan, udah siniin aja nanti sore gue balikin lu balik sama Eja kan?"

"Deuh, Iya iya nih" lalu menyodorkan ponsel miliknya kepada Varo.

"Dah! gue ke kelas dulu, sebentar lagi bel tuh jangan pacaran we"

"Bawel pisan heran!"

Ketika dirasanya Varo menjauh Rere pun kembali menghampiri Eja.
"Eja, balik ke kelas mau bel"
Ujarnya mengulurkan tangan hendak membantu Eja bangkit.

Eja pun menerima uluran tangan si empu.

"Dek bolos yuk."

Ranumnya hendak berkata namun langsung bungkam menatap wajah sendu Pria jangkung dihadapannya ini.

Ia pun mengalah mengangguk. Gakapaapa jadi anak nakal dulu,fikirnya.





















Sekarang disini mereka, kedua anak adam ini sedang menikmati hening dan semilirnya angin di belakang gedung sekolah mereka.

"Kamu teh ada masalah?"
Tanya Rere.

"hm.. Tentang adik aku"

"Memangnya teh adik kamu kunaon?"

"Diusir sama mamah".

"Eh! Kok bisa?".

Eja menatap Rere dalam diam, sorot matanya menyiratkan luka yang sangat dalam.

Dirasanya tak ada jawaban, tangannya ia bawa untuk mengusap lembut surai yang lebih tinggi.

"Kenapa? Cerita sama aku hm?"
Ujarnya disertai senyum meneduhkan.

Lalu laki laki satunya menghela nafas kecil, kepalanya menunduk netranya menatap kosong rerumputan.

Untuk kesekian detik Eja kembali menatap Rere.
Kali ini dengan senyum, senyum yang menyiratkan kesedihan yang amat mendalam.
Rasanya Rere ingin menangis saja, ini bukan Eja nya yang ceria dan jahil.

"Kata mamah, Itu penyakit".

Netra Rere membola tangannya menutup ranum tipisnya.

"Penyakit?, T- tapi Adik kamu Teh Bakalan tinggal disini kan?"

"Iya dia bakal tinggal sama aku".

Lalu hening.

Rere benci situasi ini, dia ingin menguatkan tapi tak tau apa sebab dari Ejanya merasa sangat sedih.


Dengan was was Rere bertanya.

"Memang, penyakit apa?"

Dengan gerakan cepat Pemuda jangkung disebelahnya ini menatap lurus kearah Rere.

Ia gelagapan, berusaha menghindari kontak mata dengan Si pemuda jangkung.

Tapi setelahnya, Pemuda bersurai coklat terang itu menjatuhkan segala bebannya dipundak Rere.

Eja menangis.

Rere yang taktau apa apa hanya bisa diam dan mengusap lembut surai sahabatnya ini.

"Kata mamah, papah sama aku ini penyakitan"
Parau Eja dibanjiri airmata. Pundak Rere pun terasa basah.

Rere tau, disaat ini tidak baik untuk bertanya.
Rere hanya mengusap dan menenangkan Eja dengan kata kata.

"Setelah aku sama papah, kenapa mesti candra juga".

Rere jadi tau nama adik dari sahabatnya ini, Candra.

"Dek, kenapa?"

Eja sudah sesegukan dalam tangisnya, Rere juga tak tau dia harus apa.

"Kamu nggak apa apa, kamu baik baik aja, Candra sama papah kamu juga baik baik aja".

"Jangan takut ada aku sekarang".












































Dentingan jam terdengar nyaring, mungkin karena suasana malam ini terlalu sepi.

Ayah, bunda Rere sedang bekerja jauh lagi.
Kali ini mereka pergi ke pulau sebrang.

Rere sendiri memang selalu sendiri, malam yang sama dengan malam malam sebelumnya.

Bosan.

Tentu,  biasanya dia akan saling mengirim pesan dengan Eja melalui ponsel.

Namun tampaknya Sahabatnya sedang tidak bisa diganggu.

Ia ingat akan kata kata Eja sebelum pulang kerumah.

'Jangan, tinggalin aku apapun yang terjadi'


Apa maksud dari kalimat perintah Eja?

Sungguh Rere pening dibuatnya.

Setelah itu Rere menuju ke alam mimpinya.




©apa banget aku:‹
Pendek ya? Maaf atuh aku nya belum dapet inspirasi.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Okt 22, 2020 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Lanjut kaaaa

4y nakalipas

Manunulat
Kalo ada waktu ya hehe

4y nakalipas

JR(Jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang