Duit {REVISI}

31K 2K 35
                                    

"Hi kak Arga! Ceweknya cantik ya, kok engga dikenalin sih."

Arga menatap malas adiknya yang sedari tadi menatapnya sinis dari meja pojok cafe. Sudah tahu apa yang diinginkan oleh Salsa, Arga segera mengeluarkan 5 lembar uang berwarna merah dari dompet kulitnya.

Dengan cepat Salsa merebut uang itu.

"Rahasia kakak aman." Ucap Salsa cengengesan sambil mengibaskan uang ke muka seakan uang itu adalah kipas.

"Kakak engga jamin, mulut kamu itu lemes kalo ada duit."

Salsa yang sedari berdiri langsung duduk di tempat dimana orang yang ia simpulkan sebagai caLon kakak iparnya duduk tadi.

"Cewek tadi kakak kenal dari siapa?"

Arga memicingkan matanya curiga, "Kamu engga bakal bocor beneran kan?"


Salsa mengangkat bahunya lalu duduk bersandar, "Tergantung uang suap berapa." Jawab Salsa santai.

Arga memutar bola matanya malas, ia kembali menyodorkan uang dan langsung diambil dengan senang hati oleh Salsa.

"Baru kenal tadi, salah ngenalin orang dia. Selebihnya kamu sudah tahu, kebiasaan nguping kamu ituloh. Dikira kakak engga tahu apa kamu pindah kursi ke belakang kakak! Heran punya adik kok modelan kaya kamu."

"Namanya juga kepo kak! Lagian jarang-jarang kan kakak deket sama cewek. Sekalinya deket malah ditikung."

"Kakak mau pergi ke kantor, bang Budi udah jemput kakak." Pamit Arga yang langsung ditanggapi Salsa dengan...

"Cewek tadi kakaknya temenku loh kak!"

Arga membalikkan badannya. Really? Dapat Arga liat seringai dari mulut manis adiknya. Berurusan dengan Salsa berarti harus merelakan uang banyak.

"Kak!"

Arga menghembuskan nafas perlahan, "Kenapa lagi?"

"Bayarin pesenan Salsa."



@@@


Suasana kampus yang sudah sepi di malam hari tidak menyurutkan keinginan untuk pulang, Alin sudah biasa berteman dengan sepinya malam, bahkan rumor hantu di kampusnya pun pernah ia temui, seperti hantu yang tertawa misalnya atau hantu yang menangis. Tugasnya sebagai wakil presiden BEM nyatanya memang membuatnya harus memaksanya tinggal lebih lama di kampus.


"Alin!"


Alin menoleh ke asal suara. Setelah kejadian ia salah orang yang berujung kesepakatan pernikahan moodnya jatuh sejatuh-jatuhnya. Ia tidak menyangka bahwa sebegitu ceroboh itu dia. Untung saja salah orangnya itu orang yang tampan, mapan, tajir coba kalau.... Oke jangan bayangkan. Alin tidak bisa membayangkan hal yang buruk di hari yang buruk.


"Engga pulang lin?"


Alin tersenyum manis, jaga image di depan senior tetap harus dipertahankan walaupun dia wakil presiden BEM di fakultasnya. Ya manner tetap nomor satu walaupun punya jabatan kan?

"Masih nunggu Bayu?" Tanya seniornya yang membuat Alin tertawa kecil.

"Ngapain nungguin mantan kak?" Yang ada gue keburu pulang kalo ketemu dia, lanjut Alin dalam batin.


"Masih setia tuh Bayu nungguin Lo, nyesel deh Lo sia-siain Bayu."

"Yang ada gue bersyukur karena udah putus, siapa yang mau sama cowo tebar janji kaya dia!" Tapi tentunya tidak diucapkan oleh Alin, ia hanya menganggukkan kepalanya. Malas meladeni senior yang sok tahu itu.

Berondong Tajir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang