POV Farelio Abraham
Pagi itu, matahari bersinar cerah. Angin berkesiur menarikan dedaunan sebagaimana mestinya. Suasana pagi tetap dingin seperti seharusnya. Seperti biasa, irama pagi dan detak jantung kehidupan bermula, seperti itulah adanya.
Menjadi tidak biasa, ketika di pagi itu, aku melihatnya. Sesosok perempuan dengan senyum yang berbeda. Sederhana, juga iris mata biru safirnya yang tampak sempurna. Boleh jadi ini subjektif, tapi setidaknya, dengan cara pandang yang sama, aku melihatnya begitu istimewa. Tampak biasa-biasa saja, pada mulanya, lalu bermetamorfosa menjadi kekaguman luar biasa. Bertahan seperti itu adanya, berkelindan, dan waktu semakin mengikat kuat dalam-dalam.
"Kamu tau apa yang saya takutkan pada suatu takdir?" Ucapku pada Alea yang kini duduk di atas brangkar. Saat itu sebelum Alea bisa mengingat segalanya.
Alea yang ditanya pun menegok ke arah ku.
"Saya gak mau bahas topik tentang sebuah takdir dok, karena saya tau segalanya sudah di beri porsi masing-masing jadi saya hanya bisa menerima dengan setulus hati." Lagi dan lagi Pernyataan Alea selalu membuat diriku seolah menjadi orang yang membisu saat bersamanya."Apa kamu percaya kamu akan ditakdirkan bahagia suatu saat?" Tanyaku lagi, namun kini alea jadi memposisikan dirinya menjadi menghadap saya.
"Saya percaya karena takdir mau bahagia bukan untuk kita tuntut, semestinya kita hanya perlu menunggu dan terus berusaha agar takdir yang kita inginkan terwujud." jawab Alea dengan mantap, iri biru safirnya itu menatap mataku dengan intens.
"Kalo aku minta kamu buat tetap disini bersama saya apa kamu sanggup?" Tanyaku, namun Aku lihat dirinya menatap bingung atau mungkin tidak percaya.
"Maksudnya tetap disini?" Tanyanya.
"Iya, sebenarnya kamu itu lupa ingatan Alea namun sampai saat ini kamu belum juga kembali ingatan ya. Hingga saya pun tidak bisa berbohong kalau saya cinta sama kamu."
"Saya lupa ingatan, tapi kenapa bisa saya ada di sini terus kamu aku ga paham?"
"Alea kamu gak perlu khawatir saya akan terus ada di samping kamu sampai kamu kembali lagi ingatannya."
"Iya tapi kenapa bisa kamu bisa cinta sama aku."
"Karena cinta gak butuh alasan, yaudah saya cinta kamu sayang kamu, mau kamu terus ada di samping saya apa kamu mau tetap disini bersama saya hingga takdir mempersilahkan kita untuk bersama Alea."
"Iya aku mau, janji tetap di samping aku sampai aku bisa balik lagi ingatannya."
Saat itu sebelum Alea kembali mengingat ingatannya, Mereka sudah memiliki janji yang akhirnya takdir begitu baik pada mereka. Iya. Mereka bersama walaupun mungkin Alea lupa dengan momen ini.
***
Setelah selesai makan di salah satu restoran akhirnya mereka berdua memilih untuk melipir sebentar ke dufan.
Dokter farel kini sedang mengantri membeli tiket masuk dunia fantasi di bilangan jakarta utara ini. Sedangkan Alea menunggu di bawah pohon dekat wahana roller coaster.
"Udah dapet nih karcis nya yuk, kamu mau naik apa dulu nih?" tanya dokter farel yang kini sudah berada di depan Alea.
"Aku mau naik wahana hysteria dulu bolehkan."
"Boleh dong, yuk."
Mereka berdua bergandengan tangan menuju tempat karcis wahana Hysteria.
"Yang aku gak jadi naik deh." Ucap Dokter Farel tiba-tiba.
"Lah kenapa Gak! Jangan aneh aneh deh kamu kita udah dikit lagi jalan ini wahananya."
"Tinggi banget Alea, aku kira ga bakalan seserem ini AHHHHH!" namun mesinnya sudah mulai bergerak berputar sebelum Dokter farel ingin memberi Alasan.
Parah sih, kenapa cowok ganteng banyakan pada penakut sama ketinggian yah. Contohnya aja sama Dokter ganteng ini hehe.
"Huahhhh! Parah ini seru bangett rel HAHHHH." Teriak Alea yang kini merentangkan tanganya bebas. Namun semakin lama semakin cepat Pasalnya, Kini mereka berdua terlontarkan dengan kecepatan yang semakin tinggi, untung saja di kursinya sudah di siapkan sabuk pengaman.
Wajah Dokter farel semakin tidak karuan dengan rambut yang terombang ambing, wajahnya memerah sekali dan jangan lupakan kedua tangannya menggenggam erat tangan Alea.
"Rel ih jangan kencang-kencang peggang tangan aku sakit tau." omel Alea yang kini tanganya di genggam erat sebagai pelampiasan ketakutan pria yang dicintainya ini.
"Maaf aku cuma HUAHHH."
"Cuma apa! Takut Hahaha.. HUAHHH!" Tawa Alea menyatu dengan suara angin karena kecepatan wahananya sangat memacu adrenalin.
Kini mereka sudah turun dari wahana Hysteria, Dokter farel sudah lebih dulu merebahkan dirinya di atas bangku panjang Tidak jauh dari wahana yang baru saja mereka naiki. Sedangkan Alea entah pergi kemana dirinya menghilang saat baru saja turun.
"HUEKKK!" Namun Dokter farel sungguh tidak bisa menahan isi perutnya yang ingin dikeluarkan sedari menaiki wahana.
"Ya ampun FAREL!! kenapa kamu malah muntah sih yaampun cemen banget kamu mah bete, nih minum dulu." Alea memberikan sebotol air mineral pada dokter farel.
"Iya maaf, lagian aku udah bilang kalo aku ga gabisa naik gituan." Dengan sebelah tangan memegang perutnya menahan sakit, lalu memberikan kembali botol air meneral pada Alea.
"Yaudah hayuk aku aja yg bawa mobil kamu, kita ke rumah sakit aja ya hm." ucap Alea mengusap pelan bahu Dokter farel.
"Gak usah aku udah mendingan kok, minum obat mual juga udah ilang sakitnya, yaudah yuk aku aja yang bawa mobil kamu kasian cape kan."
Jika sudah begini memang susah untuk menolak pun makin berisik jika berdebat. Alea mengalah dan mengiyakan saja namun dia tetap membopong badan Dokter farel hingga sampai di mobil.
***
Kini mobil yang dibawa oleh dua manusia ini telah sampai di depan pekarangan rumah Alea. Alea sudah lebih dulu turun dari mobil Dokter Farel namun sang empu yang punya mobil tidak ikut turun.
"Rel, masuk dulu aja yuk kamu harus cepet-cepet diminumin obat biar gak makin parah sakit perutnya." Namun Dokter farel menggeleng tanda menolak. sampai belum juga Alea ingin segera memarahinya.
"Alea. Ini buat kamu." Dokter Farel memberikan sebuah kotak berukuran sedang kepadanya.
"Hah ini apa?" Tanya Alea bingung.
"Buka nya nanti aja di dalem, yaudah aku pulang duluan yah Have a nice dreams, see u yah Alea Bye." Namun mobil milik Dokter Farel kini sudah lebih dulu meninggalkan pekarangan rumah Alea. Meninggalkan Alea yang kini masih diam membisu melihat kepergian sang pacar dan juga sebuah kotak yang ada di tanganya sekarang.
Selang beberapa menit setelah mobil milik Dokter Farel sudah tidak lagi terlihat Alea segera masuk ke dalam serta membawa masuk kotak yang kini ada dalam rengkuhanya. Curiga pasti iya namun Aneh lebih ketara terlihat dari wajah Alea kotak apa sih ini?
Pintu kamar tertutup rapat kini Alea berjalan menuju kasur king sizenya.
"Ini apa yah?" Monolognya. dengan kedua tangan memutar balikan kotak yang kini ada di genggamanya. Dari pada penasaran terus menerus Alea langsung membuka tutup kotak itu.
"HAHHH!"
....
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleagra Melodi [TERBIT]
RandomMenceritakan seorang gadis yang nyaris sempurna secara fisik dia Aleagra melodi gadis yang dilahirkan dengan segala kesempurnaan dalam keluarga yang sangat kaya raya serta kehidupan yang begitu indah tanpa perlu bekerja keras lagi karena sang ayah b...