kedatangan Sasuke

719 75 7
                                    

Dua hari setelah mengobrol dengan hanabi dan Neji, Hinata masih saja enggan meninggalkan kamarnya, gadis itu hanya keluar saat waktu makan dan memerlukan sesuatu saja.

Kedua orang tuanya juga memakluminya, mungkin Hinata ingin menghabiskan waktu di kamarnya sebelum berangkat ke Jepang.
"Hinata, kamu di dalam?" Suara ketukan dan panggilan dari Hikari terdengar dari balik pintu.

Hinata beranjak dari kasurnya, dan berjalan untuk membukakan pintu tersebut.
"Iya, Ma. Ada apa?"

"Kamu siap-siap, gih dandan yang cantik. Ada tamu di bawah nunggu kamu," jawab Hikari dengan wajah berseri-seri.

"Siapa?"

"Kamu lihat sendiri aja, cepat siap-siapnya." Hikari mengerlingkan sebelah matanya, wanita paruh baya itu mendorong tubuh Hinata kembali masuk ke dalam, lalu segera menutup pintunya.

Hinata menurutinya, setelah selesai bersiap, Hinata langsung turun untuk melihat siapa tamu yang dimaksud oleh sang mama.

Matanya langsung melotot saat mengetahui orang yang duduk di kursi tamu rumahnya.

"Ayo." Hikari menggandeng tangan Hinata untuk ikut duduk.

Sebenarnya ada apa ini, keluarganya ikut berkumpul dan ada keluarganya Sasuke juga, entahlah, tetapi Hinata merasa gugup sekarang, apalagi melihat tingkah Hanabi yang menyengir tidak jelas seperti itu.

"Hinata," panggil Hiashi yang membuat Hinata menelan salivanya karena gugup.

"Iya, Pah?"

"Tujuan keluarga Uchiha datang ke sini adalah, untuk melamar kamu," jelas Hiashi. Untung saja Hinata berhasil menahan diri untuk tidak berteriak karena kaget.

"Saya Fugaku Uchiha mewakili anak saya, Sasuke Uchiha bermaksud melamar Hinata Hyuuga untuk menjadi bagian dari kami. Walaupun hanya sekedar ikatan pertunangan karena keduanya masih harus terlalu dini dan harus melanjutkan pendidikan lagi, yaitu kuliah," jelas Fugaku.

"Saya selaku orang tua dari Hinata merestui dan ingin yang terbaik untuk Hinata, namun apapun keputusannya, Hinata lah yang akan menentukannya sendiri, tetapi sebelum itu, saya ingin menanyakan beberapa hal kepada putra anda, Sasuke Uchiha," jawab Hiashi tak kalah formal. Kedua orang tua itu sama-sama kaku, berbeda dengan tante Mikoto dan mamanya, Hikari.

"Saya siap menjawabnya," Sahut Sasuke dengan tenang.

"Apa kamu benar-benar mencintai putri saya?"

"Dari hati paling terdalam, saya sangat mecintai dan menyayangi putri anda, bahkan rasa itu muncul saat saya masih di sekolah menengah pertama."

Pipi Hinata sudah semerah tomat, jawaban Sasuke nampak sangat menyakinkan dan terdengar tanpa keraguan.

Hiashi tersenyum tipis. "Apakah Hinata sudah memberitahukan kalau dia akan berkuliah dalam waktu yang lama di Jepang? Memangnya kamu bisa menunggu dan melakukan hubungan jarak jauh?"

"Hinata memang tidak memberitahukannya, tetapi saya sudah mengetahuinya dari Neji. Maka dari itu, saya mengajaknya bertunangan karena saya memang serius menunggu putri anda." 

"Bagaimana jawaban kamu, Hinata?"

Hinata meremas kedua tangannya, ia mengedarkan pandangan kepada semua orang yang ada di sini, terutama Hikari yang sedang menampilkan senyum manisnya.

"Anuu, ini terlalu cepat gak?" tanya Hinata dengan canggung.

"Yaelah, Kak. Lebay banget, ya gak lah! Ini tuh cuma tunangan, belum sampai nikah, banyak kok teman gue yang bahkan belum lulus tapi udah tunangan!" sahut Hanabi sembari memutar bola matanya malas.

"Hinata terima untuk bertunangan dengan Sasuke," jawab Hinata malu-malu. Semuanya tersenyum mendengarnya.

Sungguh, Hinata tidak menyangkannya, Sasuke tidak berbohong dengan ucapannya waktu itu.

"Silahkan makanannya dinikmati, jangan terlalu formal lagi," ucap Hikari berpindah tempat menjadi di samping Mikoto.

"Yaampun, gue baper. Gapapa deh kalau cuma digantung terus langsung diajak tunangan," cengir Hanabi tidak tahu malu.

"Gue kalah dong, sama Sasuke? Masa gue masih tahap pacaran sama Izumi, sedangkan Sasuke udah mau tunangan aja," gumam Itachi kesal.

"Kenapa kak Itachi gak ngajak tunangan kak Izumi juga?" tanya Hinata dengan tawa kecil.

"Susah, Hin. Udah terlanjur sibuk kuliah. Harus nunggu sampai lulus kuliah, ah. Nanti gue langsung nikahin aja deh, gausah tunangan." Itachi terkikik geli membayangkannya.

"Boleh aja, asal kamu punya niat dan usaha seperti Sasuke," timpal Mikoto yang juga ikut tertawa.

"Kak, udah dari lama Sasuke berjuang untuk kamu loh, sebelum itu Sasuke juga udah buktiin dengan minta restu dengan keluarga besar yang ada di Jepang," jelas Hikari.

Hinata melebarkan matanya, kenapa ia tidak tahu soal ini? "Kenapa harus begitu?"

"Untuk keluarga yang mempunyai nama besar itu gak main main. Kamu tahu kalau Hyuuga sangat ketat dengan aturan terutama soal urusan seperti ini?"

Benar, bahkan urusan jodoh pun sudah di atur.
"Tapi kan ini Uchiha? Memangnya siapa yang akan nolak, dan kenapa Hinata gak pernah tahu?"

"Karena gue akan buktiin ke semua keluarga lo, kalau gue pantas jadi calon pendamping hidup putri mereka," jawab Sasuke sebelum menenggak minumannya.

Calon pendamping hidup? Mendengarnya membuat Hinata menjadi salah tingkah.

Hinata menarik Sasuke Sasuke untuk duduk terpisah dari keluarganya. Ia mempunyai  berbagai pertanyaan untuk cowok itu.
"Kenapa, sih. Lo gak bilang dulu? Seenggaknya lo kabarin kek, lewat chat!"

"Oh, lo nungguin chat dari gue ya? Sory, gue sibuk soalnya. Gue harus yakinin orang tua gue dan keluarga Uchiha lainnya." Sasuke tersenyum tipis melihat pipi Hinata yang sedari tadi merona.

"Nyebelin lo! Gue kira lo bohong soal itu," ujar Hinata.

"Uchiha gak pernah main-main dengan ucapannya."

"Terus gimana cara beritahu teman-teman yang lainnya?" tanya Hinata, ia yakin akan langsung di serbu.

"Langsung pakai undangan."
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote komen dan follow❤

Konoha high School(hinata Hyuuga) SELESAI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang