-°-
Genre: angst, after married-life
Mulmed: What Kind of Future (Woozi Seventeen)
1367 Words
Starring Casts: Y/n, Woozi, Doyeon <Sooyoung, Sungjae, Hanbin (sub-casts)>
-°-Jika saja Tuhan berbaik hati memberimu kesempatan untuk memilih, maka percayalah bukan akhir seperti ini yang kamu inginkan. Masa depan terlalu sulit untuk diterka. Jangankan diterka, kamu bahkan tidak punya ide bagus apapun untuk sekedar membayangkannya. Hidupmu terlalu monoton seperti garis hitam putih tak berujung. Jikapun Tuhan benar-benar menjadikanmu salah satu makhluk istimewa –yang berkesempatan untuk memilih sendiri takdir hidupmu, itu samasekali tidak akan mengubah apapun. Meski berulang kali terjadi pertengkaran kecil antara jalan pikiran dan hatimu. Meski bukan yang pertama kalinya bagi sisi lain dirimu untuk menolak takdir yang telah digariskan oleh Tuhan, namun kamu bisa apa? Ketika Tuhan telah bersabda, maka semuanya akan terjadi sesuai apa yang dikehendaki-Nya.
Setiap bahagianya pertemuan akan selalu dihiasi dengan sedihnya perpisahan. Tidak perlu mengelak, karena semua manusia pasti merasakannya, baik itu cepat ataupun lambat.
Kamu mengakui dari lubuk hatimu yang paling dalam. Jika saja hari itu Y/n yang bodoh bisa mengendalikan sedikit saja emosinya, apakah hal itu akan membuat Woozi saat ini berdiri disampingmu, merangkul hangat pundak ringkihmu, lalu mengecup hangat puncak kepalamu seperti yang biasa ia lakukan? Benar, sangat klise memang. Tapi kamu terlalu lemah bahkan hanya saat wajah pria berkulit putih pucat itu kembali singgah untuk beberapa saat dalam benakmu.
Woozi itu pria yang jahat. Tapi anehnya semakin dia melukai perasaanmu, semakin besar pula rasa cintamu mengobati luka itu. Sejujurnya, kamu sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu. Sudah beratus-ratus kali pula kamu mencoba untuk memahami dirimu sendiri. Apa yang salah? Apa perasaan cintamu ke Woozi bisa dikatakan sebagai sesuatu yang salah? Doyeon terus mengatakan itu padamu sampai kamu bosan mendengarnya. Dan berakhir kamu yang mengakhiri pertemuan kalian lengkap dengan sindiran halus yang memang kamu tujukan untuk sahabatmu itu, Urusi saja kegagalan pernikahanmu lebih dulu dan belajar lah mencintai orang lain selain Hanbin.
Tampaknya kamu memang membutuhkan sebuah cermin. Berkaca pada dirimu sendiri sebelum memberikan orang lain petuah. Kamu memang seharusnya belajar banyak dari pepatah itu. Membuka mata lebar-lebar, menerima kenyataan bahwa Woozi tak lebih dari seorang pria yang hanya memberimu kesakitan tiada tara. Pria yang hanya memikirkan dirinya sendiri, mementingkan kebahagiaan pribadinya tanpa peduli seperti apa pedihnya luka tapi tak berdarah.
Tiga tahun yang lalu.
Woozi berdiri di altar tanpa melunturkan senyum cerah yang menghiasi wajahnya. Sementara kamu dalam gandengan ayahmu hanya bisa menunduk, terlalu bahagia hanya sekedar untuk menatap seseorang yang kamu dambakan bisa menjadi sebuah masa depan paling cerah dalam hidupmu. Ucapan selamat yang kamu terima dari orang-orang terdekatmu seolah menjadi pemantik tambahan bagi keyakinanmu sendiri. Angan-angan sebuah rumah tangga yang bahagia dan harmonis sudah berada didepan kedua matamu. Woozi yang tempak begitu bersinar hari itu, selalu memberikan tatapan lembut yang mampu membiusmu hanya dalam hitungan detik.
Semuanya memang baik-baik saja. Sangat sesuai dengan harapan dan ekspektasimu selama ini. Woozi memang seorang suami yang sangat bertanggung jawab, perhatian, dan penyayang. Ia tak segan menghujanimu dengan cinta yang ia miliki setiap harinya dan membuatmu selalu merasa aman saat berada bersamanya. Bisa dibilang, kamu saat itu sudah merasa sangat sempurna berkat seorang Lee Woozi yang dengan segala kelebihan dirinya mampu menutupi kekurangan yang kamu punya. Serasi. Kalian sangat serasi.
Entah karena kamu yang terlalu terlena dengan limpahan cinta dari Woozi atau mungkin Woozi yang memang pada dasarnya terlalu brengsek, rumah tangga kalian telah bergeser dari posisi yang seharusnya dan kamu terlambat menyadari hal itu. Merasa bersalah? Tentu saja, tidak perlu dipertanyakan. Tapi disinilah letak keanehan itu. Rasa bersalahmu sirna begitu saja disaat Woozi kembali mendekapmu, berbicara seolah-olah tidak terjadi apapun diantara kalian, tersenyum layaknya tidak ada prahara yang mengancam hubungan kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Seventeen [Imagine]
FanfictionImagining yourself with Seventeen members random genre + recommendation musics All the idea of the story pure from my mind Don't copy this story Hope you enjoy y'all ©All Rights Reserved aypixy present