Hiro

200 22 4
                                    

Sementara itu di tempat lain.

Aoi yang saat ini sudah tumbang sedang dikelilingi oleh pasukan gereja, dibantu dengan para petualang yang sudah mengikatnya dengan tali sihir.

"Untung saja ada Nyonya Ayra, jika tidak maka naga ini tidak akan mungkin tumbang dengan mudah." Ujar salah seorang dari pasukan gereja.

"Seperti yang diharapkan dari kesatria terkuat kedua di gereja. Orang itu tidak akan memiliki kesempatan menang darinya."

"Yah, orang itu pasti akan tamat."

Pada saat kedua kesatria itu sedang asik mengobrol, Aoi tiba – tiba saja bergerak yang membuat semua yang ada disana kembali menjadi siaga.

Aoi kemudian mengaum dengan kencang, dimana auman itu sangat lah keras hingga seluruh kerajaan dapat mendengar suara auman itu.

"Segera tundukan dia kembali..."

Para petualang dan pasukan gereja kembali menarik Aoi dengan tali sihir sehingga ia kembali harus terjatuh ke tanah.

"Sialan, naga ini belum pingsan ternyata."

"Apa benar kita tidak perlu membunuhnya? Akan menjadi masalah jika dia sampai lepas dan kembali membuat kekacauan."

"Tenang saja, sebentar lagi akan datang seseorang yang mampu membuatnya tertidur dengan waktu yang sangat lama."

"Maaf, aku terlambat tapi tenang saja semua akan baik – baik saja."

Terdengar suara perempuan datang dari arah belakang kedua kesatria itu.

Mereka pun membalikan badan dan melihat seorang wanita muda dengan rambut pirang berlari kearah mereka.

Wanita itu memakai pakaian putih bersih dengan sebuah topi tinggi di kepalanya. Ia juga membawa sebuah tongkat besar dengan ujung berbentuk seperti tanda (+)

 Ia juga membawa sebuah tongkat besar dengan ujung berbentuk seperti tanda (+)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nyonya Ashely anda datang juga." Ujar kedua kesatria itu bersamaan.

"Maaf ya, aku tadi harus mengevakuasi para penduduk terlebih dahulu. Jadi aku datang terlambat."

"Tidak apa – apa nyonya, lagi pula semua juga sudah selesai."

Mereka bertiga lalu menatap tubuh Aoi yang saat ini terbaring di depan mereka.

Ia masih bernafas, tapi dengan tempo yang sangat lambat.

Sayap-nya yang berhasil dipotong oleh Ayra sebelumnya masih tergeletak tidak jauh dari sana, dan darah pun masih mengalir dari bekas lukanya itu.

"Aku perlu menyembuhkanya, dia akan mati jika terus begini."

"Ta-tapi nyonya, jika dia disembuhkan bisa – bisa dia akan bangkit dan kembali menyerang."

"Tapi jika kita membiarkan lukanya, dia akan mati. Naga ini mungkin dapat menjadi senjata berharga untuk kita kedepannya, jadi kematiannya akan menjadi kehilangan yang besar bagi kita."

The Laziest GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang