"Korban aman, boss! Sekarang akan saya bawa ke tempat yang sudah disepakati," ujar sang supir sambil melihat gerak-gerik Ayu dari kaca spion tengah. Ia mengendarai dengan kecepatan tinggi, agar segera sampai di tujuan.
Ayu tersenyum miring. Sepintas tadi dirinya melihat ada mobil dari pengawal Jordan yang mengikuti taksi ini, semoga mereka sadar, kalau Ayu diculik, walaupun ia sendiri belum tahu, siapa dalang di balik ini semua. Ayu masih melancarkan aksi pura-pura pingsan.
*
Dalam tingkat kesadaran yang memadai, walaupun dirinya memejamkan mata, Ayu mencoba menghapal jalan-jalan yang ia lewati, berapa banyak rambu lalu lintas juga polisi tidur, sampai tempat dimana mobil itu berhenti.
Tak lama ketika mobil berhenti, Ayu dibantu oleh dua orang pengawal, di masing-masing sisi tubuhnya, kemudian didudukan di kursi roda. Ia menaiki lift, namun entah kemana lantai yang dituju. Beberapa detik berselang, pintu lift kembali terbuka. Dorongan kursi roda mengarah lurus ke depan, belok sedikit ke kiri, lalu berhenti. Terdengar suara pintu yang dibuka, kemudian Ayu masuk ke sebuah ruangan, entah apa.
Ayu ingin sekali tiba-tiba membuka mata, tatkala tangannya diikat di masing-masing sisi kursi roda. Namun, ia lebih mementingkan bayi yang ia kandung, anak ini pasti akan lebih kuat daripada Ayu sekarang.
"Ayo, kita keluar!" mungkin, tugas kedua pengawal tersebut sudah selesai, jadi mereka bergegas meninggalkan Ayu. Terdengar suara pintu kembali terkunci. Ayu tidak langsung membuka mata, namun ia dengan sengaja memejamkan mata untuk mendengar apakah ada yang mengawasinya di ruangan ini. Tiga menit berselang, dengan sangat pelan, perempuan cantik itu mulai melebarkan mata juga untuk beradaptasi. Ayu melihat juga meneliti sekelilingnya. Ruangan ini persis gudang yang sudah tidak terpakai sekitar beberapa tahun. Ada meja, kursi, dua botol air mineral yang merknya sudah dicopot, sapu sampai sarang laba-laba. Di dinding ada sebuah jendela, yang mengarah langsung ke... Ayu belum tahu, ia harus memastikannya nanti.
Ayu berusaha menyeret diri ke jendela, untungnya, tanpa perlu usaha lebih, Ayu dapat melihat bahwa ruangan tersebut langsung berada di persis di depan gerbang utama, dengan kata lain, jika ada orang yang datang, mereka dapat melihat kearah jendela di lantai tiga, hmm ... atau empat ini. Sebuah langkah yang terbilang bodoh untuk penculikan. Karena apa? Karena Ayu sudah punya rencana, bagaimana caranya orang yang akan menolongnya dapat tahu bahwa ia berada disini.
Ayu berupaya keras mengambil botol kecil air mineral, ia letakan di pinggiran jendela yang menghadap ke timur, ia tersenyum tipis melihat cuaca di luar sana, semoga akan tetap sama ... paling tidak sampai Jordan atau Marcus menemukannya. Cerah.
*
Marcus dan Jordan sama-sama mendapat telepon dari penculik Ayu yang meminta mereka masing-masing memberikan uang tebusan seratus juta dollar. Gila memang, semenjak tahu bahwa Ayu adalah "harta berjalan" yang dekat dengan Marcus juga Jordan, memang banyak yang mengincar perempuan tersebut, baik media sampai para penculik berbagai kelas, seperti saat ini.
Awalnya Jordan dan Marcus memang tidak diberitahu kalau mereka diarahkan untuk menyerahkan uang bukan di tempat penculik menyekap Ayu. Entah apa maksudnya. Marcus menghubungi Jordan, mengatakan bahwa Ayu diculik. Jordan sudah terlebih dulu mengatur siasat menyelamatkan Ayu, karena kabar dari para pengawalnya. Akhirnya, Marcus dan Jordan bekerja sama. Mereka mencari tahu track record penculik Ayu yang ternyata ... kalau hanya Jordan dan Marcus yang menghadapi, mereka yakin dapat mengalahkan penculik juga pasukannya, mereka bukan lawan yang tangguh untuk Marcus dan Jordan.
Akhirnya, setelah setengah jam mengatur rencana, seorang pengawal Jordan dan Marcus memakai topeng silicon berwajah keduanya, menemui sang penculik dengan membawa satu koper uang berisi nominal yang mereka mau. Sedangkan Jordan dan Marcus menjemput dan menyelamatkan Ayu.
*
Jordan dan Marcus lengkap dengan senjata, beberapa bom Molotov sampai rompi anti peluru, masuk ke tempat yang dimaksud. Baru saja sampai, Marcus dan Jordan sangat waspada dengan semua di sekitar mereka, baik lawan jarak dekat dan penembak jarak jauh, saat Jordan memicingkan mata kaget karena dari lantai empat ada pantulan cahaya matahari.
"Perempuan cerdas," puji Jordan tulus. "Marc, Ayu ada di ruangan itu. Tujuan kita kesana, bagaimanapun caranya," jelas Jordan.
Marcus melihat ke titik yang ditunjuk Jordan, seketika ia menaikan sebelah bibir. "Ayu sangat pintar!"
Mereka bergegas masuk dan ... perang pun dimulai!
*
Satu pengawal terakhir yang berhasil di tembak Jordan sebelum Jordan mendobrak pintu dimana ia yakini, ada Ayu tersekap disana.
"Hahahaha, sudah kuduga!" Jordan disambut oleh suara tepukan tangan juga suara menggelegar. Si penculik itu mengarahkan pisau di leher Ayu, membuat Ayu takut sekali bergerak.
"Brengsek! Lepaskan dia!"
"Hahaha! Wanitamu pintar juga ternyata! Aku sungguh salut! Berpura-pura meminum cairan yang kuberi obat tidur, menghapal jalan kemari sampai memberikan tanda kalau dia ada disini! Kau memang kekasih yang sempurna, Jordaaannn!"
"Siapa kau?!" tanya Jordan galak dan terus mengarahkan pistol kepada sang penculik tersebut.
"Aku?! Kau tanya siapa aku?! Hahaha, bodoh! Aku adalah orang yang beberapa tahun lalu meminta pekerjaan kepada Alexander, namun dia membiarkanku begitu saja. Menolakku mentah-mentah, MEMBUANGKU!"
Jordan mentautkan alis sejenak, sepertinya sekali waktu, ia pernah melihat wajahnya, tidak asing memang. "Lepaskan Ayu, apa maumu?"
"Kau bertanya apa mauku? UANG! Panggil pengawalmu, suruh kemari! Bawakan uang dengan nominal sesuai denga yang kita sepakati! Buang senjatamu!" perintah si penculik.
"Baik! Baik! Sekarang, pinjamkan dahulu aku telepon, aku akan menghubungi mereka."
"Disitu!" si penculik menunjuk salah satu sudut, menggunakan bibir. "Lihat tidak?!"
Jordan mengikuti arah yang ditunjuk si penculik, diam-diam, satu tangannya sudah siap mengambil pistol dari belakang rompi anti peluru."Dimana?" tanya Jordan, pura-pura memastikan.
Sang penculik lengah, terpaksa menunjuk dengan tangan yang memegang pisau, saat itu kesempatan emas untuk Jordan menembak jantungnya. Ditambah, dari sisi belakang, sudah ada Marcus yang menghadiahinya peluru yang tertancap di kepala.
Ayu sedari tadi mencoba mengatur napasnya sembari Jordan membuka ikatan di tangan perempuan itu.
"Are you okay?" tanya Jordan.
"Yeah, I'm fine! Kalian tidak apa-apa?"
"Kami baik-baik saja," jawab Jordan mewakili.
Dibantu Jordan dan Marcus, Ayu berjalan perlahan untuk keluar. "Tahu dari mana kalian, aku disini?"
Marcus tersenyum miring. "Disini sepertinya banyak meja, Yu."
"Yang tidak harus memancing kemarahan orang karena melihat sesuatu pesan menyilaukan dari pagar," lanjut Jordan.
"Hahaha! Kalian pintar juga ternyata. Aku salut!" puji Ayu tulus.
Beberapa menit berselang, Jordan mendapatkan telepon dari salah satu pengawalnya yang akan menyerahkan uang kepada anak buah sang penculik. "Selesaikan! Bawa kembali uangku dan Marcus, habisi mereka semua. Sampaikan, boss mereka sudah menuju ke neraka!"
"Kau jahat sekali, Jord!" protes Ayu. Jordan hanya tersenyum menanggapi komentar Ayu.
"Sekarang kau mau kemana? Mau dirawat siapa?" tanya Marcus.
Ayu hanya tersenyum. "Andai aku bisa menikahi dua pria sekaligus! Aku ... ah! Entahlah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayu's Revenge
ActionDesign cover by @tiadesign_ Hidup dalam rasa dendam yang terpupuk bertahun-tahun akibat kematian sang ayah mampu membuat Ayu, gadis cantik dari Bali tumbuh menjadi sosok yang kuat, tidak mudah menyerah, serba bisa dan menguasai ilmu bela diri. Suatu...