Perlahan, kelopak matanya bergerak-gerak. Hingga akhirnya kedua hazel yang tersembunyi disana mulai terlihat. Jernih, dan mengerjap lucu.
Jennie disana, bersama kedua orangtuanya yang tersenyum senang.
Mereka memperhatikan Lisa yang sepertinya masih kebingungan karena baru membuka mata."Lisa-ya." Gadis itu bergumam pelan. Tangannya terangkat, berniat untuk memberikan usapan pada kepala sang adik. Namun tidak di sangka, Lisa malah terlihat ketakutan sampai terduduk kasar, bahkan sampai memundurkan tubuhnya menjauh. Menghindari sentuhan Jennie, yang entah apa sebabnya.
"Li--"
"Mianhae Unnie. Mian. Jangan memarahi Lisa lagi. Lisa tidak nakal Unnie." Gadis berponi itu mencengkeram selimutnya kuat-kuat, memandang penuh gelisah pada sang kakak.
Jennie terdiam. Tangan yang semula di udara ia turunkan. Kedua orangtuanya menyaksikan, dan tentunya terkejut melihat tingkah aneh Lisa yang seperti itu.
Mereka sampai tak bisa berkata-kata.Hingga kemudian, seseorang terlihat memasuki ruangan Lisa dengan senyum merekah. Dia Rosé, yang sepertinya telah menyelesaikan makan siangnya.
"Unnie. Lisa sudah bangun?," Rosé membelalakan matanya, lalu bertanya penuh antusias saat mendapati gadis berponi yang sudah bangun disana.
Tak menyadari, jika kakak tirinya bahkan tidak menjawab pertanyaannya.Dirinya mendekati Lisa, ingin sekali memeluk gadis itu. Namun, ia mulai menyadari sesuatu. Seperti ada yang aneh sekarang.
"Mianhae. Unnie. Jangan marah lagi." Lisa berkata aneh lagi, air mata pun mulai turun pada pipinya dengan perlahan.
"Lisa-ya. Gwaenchana?,"
Rosé bertanya penuh khawatir.
Ia genggam bahu gadis itu, sehingga membuatnya kini beralih menatapnya. Bisa di lihat, mata Lisa mulai memerah seperti sekuat tenaga menahan untuk tidak menangis."Hey. Kau kenapa?," Rosé mulai panik, ia menatap kedua orangtuanya bergantian. Namun mereka tetap diam.
"Meosowayo. Hiks~" gadis berponi itu langsung memeluknya erat-erat. Berujar lirih dan langsung menangis.
Barulah, Taeyang dan Dara tersadar.
Keduanya segera berlari keluar untuk memanggil Dokter.Sementara Jennie, ia tetap bungkam, memilih memperhatikan Lisa dengan air mata menggenang.
Ia khawatir, dan merasa takut.
Rosè terus mengusap punggung Lisa, berusaha agar gadis itu menghentikan tangisannya. Jika terus seperti ini, dirinya juga akan ikut menangis.
"Uljima. Eoh? Aku disini. Lisa-ya."
"Aniya. Lisa nakal. Unnie benci padaku. Hiks- hiks~"
Jennie menengadahkan wajahnya ke atas, mencoba menghentikan air matanya yang terus saja turun.
Dadanya sakit, sebenarnya ada apa dengan Lisanya?*******************
"Skizofrenia hebefrenik.."
Dokter wanita itu menyodorkan map pada Taeyang, disana berisi tentang hasil tes dari pemeriksaan Lisa beberapa waktu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Without Blood. [COMPLETED]✔
General FictionMemang benar, tawa tak akan tercipta jika luka tidak lebih dulu ada. Seperti yang di alami Lisa. Sedari kecil berjarak dengan Kakak dan Ayahnya. Kematian sang Ibu setelah melahirkannya, menjadikan hidup gadis manis itu tidak berjalan sebagaimana mes...