Hal pertama yang aku lihat ketika baru saja membuka mata adalah langit langit kamar berwarna putih, Dengan stiker rasi bintang yang tertempel disana. Aku terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya merubah posisi menjadi duduk dengan wajah kaget.
aku meraba raba tubuhku, wajah ku juga tak luput aku periksa, apakah aku sedang baik baik saja atau tidak, apakah aku terluka atau tidak. Tapi semuanya terlihat normal normal saja, tidak seperti apa yang aku fikirkan. Aku menghembuskan nafas dengan lega, ternyata semua hanyalah mimpi buruk.
Pasalnya, baru kali ini aku bermimpi semengerikan itu. Seolah olah aku benar benar mengalaminya. Membayangkannya saja sudah membuat ku bergidik ngeri.
Ku arahkan pandangan ke jendela dengan dahi mengernyit, di luar sedang turun salju rupanya, pantas saja suhu lebih dingin dari biasanya.
aku jadi malas mandi, dan hanya ingin meringkuk di tempat tidur saja seharian. Tapi Karna mengingat temanku yuri akan datang, aku terpaksa bangkit dari tempat tidur untuk menuju kamar mandi dengan langkah malas malasan.
Setelah dua puluh menit, aku sudah rapih dengan pakaian santai ala rumahan. Aku juga sempat membuat coklat panas untuk menghangatkan badan. Lalu setelahnya mencari cari ponsel ku yang entah ada dimana. Biasanya aku tidak pernah lupa dimana aku menyimpan benda kesayangan ku itu.
"Kemana hilangnya ponsel ku? kenapa aku tidak ingat sama sekali terakhir aku menaruhnya" gumam ku bermonolog sendiri. Karna tidak kunjung ketemu, aku memutuskan untuk memakai dulu telfon apartemen.
"Yeoboseyo, Yuri-ah jam berapa kau akan ke apartemen ku?" Aku langsung bertanya ketika sambungan telfon sudah terhubung.
"Eoh? Ini siapa?"
"Aku hye jung, ponsel ku hilang jadi aku memakai telfon apartemen untuk menghubungi mu"
"Tumben sekali bisa hilang"
"Entahlah, aku lupa menaruhnya mungkin. Jadi jam berapa kau akan ke apartemenku" aku kembali mengulang pertanyaan, sambil sesekali menyeruput coklat panas.
"Kau ini bicara apa? Semalam kan aku sudah bilang aku tidak jadi ke apartemen mu, nenek ku yang dari luar kota akan datang"
Aku sontak terkejut, dan hampir melepas cangkir yang aku pegang.
"Se-semalam? Kapan? Aku tidak ingat?" Aku taruh coklat panas di atas nakas, dan menggigit kuku jari tidak tenang.
"Bagaimana bisa kau lupa? apa kau sedang mabuk? Kita bicara lumayan banyak lewat telfon semalam. Bahkan semalam kau melarangku untuk dekat dengan kakak mu, kau bilang aku bukan wanita yang setia, dasar!"
Kini aku hampir lupa bagaimana caranya berdiri dengan benar, kedua kaki ku terasa sangat lemas. semua yang di bicarakan yuri sama persis seperti mimpi yang aku alami.
"Hye jung-ah? Apa kau baik baik saja?" Suara yuri kembali terdengar, membuatku tersadar dari keterdiaman.
"Yuri-ah, sudah dulu ya" dengan suara bergetar aku menutup sambungan telfon secara sepihak.
Aku terduduk di bibir kasur dengan jantung berdegup. jika itu bukan mimpi, berarti kejadian itu benar benar terjadi. Tapi bagaimana bisa aku ada di apartemen ku sekarang? Bangun tidur seperti biasa, Dengan kondisiku yang baik baik saja? Apa jangan jangan karna laki laki bermata biru itu?.
"Tidak mungkin, ini pasti hanya sebuah kebetulan. Mungkin aku saja yang lupa jika semalam aku berbincang lewat telfon dengan yuri" aku mencoba menenangkan diriku, sekelebat bayangan yang ku anggap mimpi buruk itu terus berputar bagai kaset kusut di kepala. "Ayolah hye jung, semua tidak nyata, itu hanya mimpi, itu hanya bunga tidur, tidak mungkin nyata" aku terus meyakinkan diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
First SnowFall [Completed]
Fanfiction[ #The Winner WWC2020 ] Bagi kim Hye Jung bertemu park jimin adalah sebuah takdir. Si malaikat penyuka vanilla, dan pemilik mata biru safir itu sangat menjungkir balikan hidupnya. Bagaimana jimin menyelamatkan nya dari petaka maut di malam salju per...