40. Ini Awal, Bukan Akhir

358 75 64
                                    

Lamunan Rhea terhenti saat kemudian Lintang mengajukan usul mereka melanjutkan wisata ke Pantai Parangtritis, pantai yang paling terkenal di Jogja.

Tentu saja Kanya, Ara, Anka dan Loli senang sekali. Rhea masih diam, tetapi dia tak menolak ajakan Lintang. Maka, perjalanan Geng Jojoba menikmati pantai terus berlanjut.

Kebersamaan ini semakin mempererat persahabatan mereka. Ini adalah liburan yang menyenangkan. Membuat mereka sadar, mereka masih belia, seharusnya mereka tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati kebahagiaan.

Ada saatnya mereka bisa menikmati kesenangan seperti bepergian bersama seperti ini, tetapi ada saatnya juga mereka harus menyelesaikan tugas-tugas mereka sambil terus berkarya dalam minat dan bakat masing-masing.

Segala permasalahan yang harus dihadapi tiap anggota Jojoba semakin memperkuat kepedulian di antara mereka. Satu persatu masalah saling terurai.

Walau ada masalah yang tak bisa mereka pecahkan, namun dengan lapang dada harus mereka terima, tanpa harus membuat mereka kehilangan jati diri dan keceriaan masa remaja.

Karena Jojoba bukanlah kumpulan gadis jomlo sembarangan, tetapi kumpulan jomlo-jomlo yang memutuskan memilih menjadi bahagia.

Rhea sudah bisa tersenyum. Mulai ikut merasakan kebahagiaan sahabat-sahabatnya yang tampak asyik sekali menikmati ombak yang datang dan pergi menuju pantai.

"Kamu masih marah sama aku, Ndar?" tanya Lintang yang akhirnya berani mendekat menjelang senja di Pantai ini.

"Aku nggak marah, hanya nggak suka kamu selalu mengaku sebagai tunanganku ke semua orang," ucap Rhea tanpa mengalihkan pandangannya dari deburan ombak di laut.

"Maaf, ya, Andar. Aku senang mengaku begitu karena aku bangga banget sama kamu. Aku bangga bisa menjadi tunanganmu walau aku ndak tahu akhir kisah kita gimana. Entah apakah kamu nanti bisa menerimaku," ucap Lintang.

"Mas Lintang ..." ucap Rhea perlahan.

Kali ini dia menoleh ke arah Lintang. Lintang tersentak mendengar Rhea memanggilnya dengan sebutan "Mas". Lehernya menghangat mendengar Rhea memanggilnya dengan sebutan itu.

"Terima kasih," lanjut Rhea.

"Terima kasih untuk apa?" tanya Lintang terlihat bingung.

"Terima kasih sudah membuat teman-temanku gembira hari ini," jawab Rhea, lalu pandangannya kembali mengarah ke pantai.

Rhea tersenyum melihat sahabat-sahabatnya yang sedang bersenang-senang berfoto dengan kaki tenggelam di air laut yang menjilati pantai berlatar warna langit yang mulai berubah menjadi jingga keemasan.

Lintang ikut tersenyum.

"Aku juga mau ngucapin terima kasih, kamu ndak melarangku ikut bersamamu ke pantai ini," ucap Lintang, pandangannya mengikuti arah padangan Rhea, menatap sahabat-sahabat Rhea yang tertawa bahagia bermain ombak di pantai dalam naungan langit yang cahayanya mulai meremang.

Lintang tak lagi ingin memaksa Rhea. Dia percaya pada hatinya dan hati Rhea. Jika memang hati mereka bisa menyatu, maka suatu hari nanti mereka pasti akan bersatu.

Namun saat ini dia akan membiarkan Rhea mengejar mimpinya dahulu.

Rhea melangkah menyusul keempat sahabatnya. Ikut bercengkrama dan bergantian mengabadikan foto mereka dengan latar belakang pemandangan matahari tenggelam.

Lintang memperhatikan dari kejauhan. Langit semakin memerah, bulatan matahari jingga terlihat jelas di cakrawala seolah menyentuh permukaan air laut. Tubuh kelima gadis itu membentuk siluet. Semua menyatu bagai lukisan senja di pantai yang indah.

Kisah ini belum berakhir. Kisah ini justru baru dimulai. Akan ada banyak kisah-kisah selanjutnya dalam perjalanan hidup mereka. Kisah itu belum tentu akan selalu indah, mungkin sesekali mereka akan melalui kejadian yang memerihkan hati.

Tetapi selama ada cinta di hati mereka, minimal mencintai diri mereka sendiri, semoga mereka bisa melalui apa pun yang nanti akan terjadi.

"Haah?? Aaarrrgh!!" teriak Loli yang sudah menepi menjauhi ombak saat melihat pesan masuk di ponselnya.

Keempat sahabatnya menoleh ke arahnya.

"Ada apaan sih, Lol?" tanya Kanya.

"Yoga ..." jawab Loli.

"Kenapa Yoga? Kecelakaan?" tanya Ara.

Loli mendelik ke Ara.

"Ih, Ra! Kamu kok mikirnya serem gitu sih?" sahut Loli sambil memberengut.

"Abisnya, kamu teriaknya gitu amat. Kayak histeris kaget gitu," balas Ara.

"Yoga ... udah di Jogja. Dan dia nanya kita di mana," jawab Loli.

Keempat sahabatnya terbelalak, lalu tersenyum menggoda.

"Cieeee ... disusul calon pacar nih yeee," ledek Anka sambil mengedip. Yang lain ikut ber "cie-cie".

"Ih, apaan sih kalian!" Loli memungut pasir, lalu melemparkannya ke teman-temannya.

Mereka pun berhamburan berlarian. Lintang menggeleng-geleng melihat kelakuan Rhea dan teman-temannya.

Lintang tersenyum lega, meyakini gadis-gadis di hadapannya itu memang layak dibiarkan bahagia. 

**===========**

Ahaai ... ketemu lagi nih di bab terakhir.

Segini aja ya ceritanya. Nanti kalau responsnya rame, mungkin akan aku lanjutin kisah Yoga dan Loli.

Oh iya, cerita ini akhir Maret bisa didengerin versi audionya. Jadi makin seru dan greget. Tunggu info selanjutnya ya 😊

Salam,
Arumi

JOJOBA : Jomlo-Jomlo BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang