“Eichi? Sedang apa kau?” Kau melihat Eichi sedang berada di dapur sekolah saat kau melewati kantin, lengkap dengan memakai apron berwarna biru muda yang diikat rapi. Tertarik, kau pergi menuju ke dapur. Tidak biasanya kau melihat dia berada di sini, mungkin dia mau renovasi dapur? Tapi mana bisa, keburu bengek nanti. Eichi yang sedang berpikir sambil menatap bahan makanan tadi mendengar panggilanmu dan menghadap kearahmu kemudian tersenyum kecil.
“Selamat siang, [Name]-chan.” Sapanya, kau membalas sapaannya itu dengan mengangguk dan mengucapkan selamat siang kembali. “Kelas 3 akan melakukan pengambilan nilai memasak sebentar lagi.”
Kau bisa mengira-ngira apa yang akan dia jelaskan berikutnya.“Aku cukup malu membahas ini tetapi mengingat kondisiku, aku tidak pernah mengikuti pengambilan nilai ini. Terlebih lagi di rumah aku tidak pernah memasak sama sekali. Kalau kau menunjukkan kepadaku rempah-rempah aku rasa aku tidak akan dapat membedakannya.” Eichi tertawa sedikit pada dirinya sendiri.
“Jadi kau kesini ingin belajar memasak?”
Eichi mengangguk.
“Sendiri?”
Eichi mengangguk lagi.“Aku akan mengajarimu kalau kau mau.” Tawarmu kepada Eichi, dia terlihat sangat antusias dengan kegiatan memasak ini tetapi kau mengkhawatirkan bagaimana keadaannya dan dapur nanti jika dibiarkan sendiri. Nanti kalau misal makanannya gosong, banyak asap, lalu terhisap Eichi terus dia sesak nafas lalu mati bisa-bisa kau merasa dikutuk seumur hidup. Tampaknya Eichi juga mengizinkanmu dan mengapresiasi niatanmu untuk menolongnya.
“Baiklah, apronnya mana?” Tanyamu sambil melihat ke sekitar dan menemukan sebuah apron yang masih dilipat rapi di meja kemudian memakainya. Kau menghampiri Eichi dan melihat bahan-bahan yang disediakannya cukup banyak.“Apa yang ingin kau masak?”
“Entahlah. Aku hanya mengambil barang acak dari dapur rumahku. Bahkan aku berpura-pura memiliki urusan OSIS agar bisa pulang siang hari ini.” Ucap Eichi tanpa dosa, membuatmu kehilangan kata-kata. “Tapi aku juga membawa buku ini.”
Fiuh syukurlah Eichi belum jadi bodoh total dengan membawa buku resep itu.“Buku ini berisi resep turun temurun yang ditulis sejak zaman nenek moyangku bahkan sebelum keluarga Tenshouin menjadi sejahtera seperti saat ini. Konon isi resepnya membawa umur pendek bagi orang yang mengkonsumsinya.” Jelas Eichi panjang lebar sambil menunjuk tulisan Tenshouin di cover buku itu.
“Beneran?”
“Bercanda, ini buku resep koki rumahku kok.”Duh pengen tampol.
Kau mengambil buku itu kemudian membacanya.
Isinya membuatmu terdiam, makanan mahal semua. Namanya aneh-aneh lagi ada yang pakai bahasa spanyol sama prancis segala. Foto makanannya juga sebagian besar adalah makanan yang hanya dapat kau lihat di restoran mahal yang tidak mampu dikunjungi oleh orang-orang seperti yang berambut biru di Ra*bits.
“Eh bentar.” Diantara kebingunganmu, kau melihat salah satu menu yang kau kenal. “Eichi, sensei-senseimu ada minta kriteria apa gitu tidak untuk makanannya?”
Eichi menggeleng kemudian melihat ke menu yang menarik perhatianmu itu.
“Oh, onion rings? Aku hanya pernah memakan itu satu kali.” Ucapnya, yang kau lihat itu satu-satunya yang kau kenal dan pernah coba. Tapi jauh banget dari makanan elite tiba-tiba jadi onion rings.“Yang ini resepnya ada pakai bubuk emas sih.” Lanjut Eichi.
“.... Kita buat yang normal saja ya.” Kau mulai mengambil bahan-bahan yang diperlukan tetapi Eichi menghentikanmu.
“Kalau aku membiarkanmu yang melakukannya berarti aku tidak akan belajar. Sebutkan saja bahannya, aku akan mengambilnya.”“Bawang bombay, 1 gelas tepung terigu, 1 sdt baking powder dan garam, telur, susu secukupnya, ¾ gelas tepung roti, minyak, dan micin.” Kau menyebutkan kepada Eichi yang langsung mengambil dan membawakannya padamu.
“Eichi astaga Eichi itu bawang merah.”
“Yaalah Eichi kubilang 1 sendok teh kenapa malah pakai centong sayur.”
“Eichi tepung roti itu bukan roti terus dibalur tepung.”
“Demi apa Eichi aku tau sekolah kita banyak yang agak sengklek tapi engga juga kau berikan micin 1 botol.”Adapun pelajaran yang engkau dapatkan dari mengajar Eichi adalah ternyata menghapal teh tidak membuatmu hapal dengan bahan makanan.
Selesai memastikan bahan yang dibawa oleh Eichi, kau mulai menjelaskan langkah berikutnya pada Eichi.“Masukkan minyaknya ke dalam panci, panaskan hingga 185C.” Ok siap syukurnya Eichi benar pada step ini, sambil kalian menunggu itu, kau membantunya untuk memisahkan lapisan bawang bombaynya menjadi berbentuk cincin sedangkan dia mencampurkan tepung, baking powder dan garamnya ke dalam sebuah mangkuk terpisah.
Saat selesai dengan itu, kau menyuruh Eichi untuk memasukkan bawangnya ke dalam mangkuk tadi dan membuatnya terbalur sempurna. Ambil mangkuk lain dan campurkan telur dan susunya menggunakan garpu.
Eichi melakukan semua itu dengan hati-hati, setelah itu dia mencelupkan bawang yang tadi ke dalam adonan basah susu dan telur tadi, biarkan hingga tidak banyak yang menetes lagi kemudian balurkan ke tepung roti. Terakhir, Eichi menggoreng bawangnya ke dalam minyak panas sekitar 2-3 menit hingga berubah menjadi keemasan.“Sudah tuh, tinggal diangkat lalu ditaruh keatas tisu untuk mengeringkan minyaknya.” Menuruti perkataanmu, Eichi mengangkatnya dan menaruhnya ke piring yang telah dilapisi tisu yang kau siapkan sebelumnya.
“Aku ingin mencobanya!” Ucap Eichi sambil menunggu minyaknya mengering, tampak puas dengan hasil makanannya.
Kau khawatir sih apakah dia boleh memakan ini tetapi tidak mungkin kau bisa menolaknya jika ekspresinya sudah sangat berharap seperti itu.Kalian menunggu onion ringsnya menjadi sedikit dingin lalu menambahkan bumbu dan juga merica, tidak lupa saos sambal dan tomat.
“Fufu.” Eichi mengambil salah satunya dan memakannya, meskipun mengaduh kepanasan, matanya berkilau seperti anak-anak saat mencobanya.
“Kau menyukainya?” Tanyamu, Eichi melihatmu dengan senang lalu mengangguk dengan antusias.
“Ini, coba juga.” Eichi menyodorkan salah satunya kepadamu, dan kau memakannya.
“Enak.” Katamu, membuat Eichi bersenandung senang tetapi tidak mengambilnya meskipun dia tampak sangat menyukainya. Malah mengangkat piring itu dan bersiap membawanya pergi. Menyadari kebingunganmu, dia tersenyum lalu mengatakan.“Aku tidak boleh memakan ini terlalu banyak, bagaimana jika kita membagikannya pada yang lain? Aku yakin mereka akan menyukainya.”
-the end-
KAMU SEDANG MEMBACA
From A to Z [Ensemble Stars! oneshots collection]
FanfictionKumpulan one shots reader insert dengan topik dari A sampai Z! Sebenarnya ada yang platonic tapi mostly romantic dengan bumbu comedy sih, intinya enjoy saja!