DUDA || 06

4.4K 590 32
                                    

Jangan lupa vote ya biar aku semangat ngetiknya :)




Seminggu ini Jino hanya tinggal bersama Kakek dan Neneknya saja di kediaman kedua orang tua Jeno. Pasalnya Jeno memang seminggu ini sibuk dengan urusan kantor, belum lagi dua hari ini Jeno selalu lembur di kantor.

Jino yang sejak sore tadi belum memakan apapun membuat kedua Kakek dan Nenek itu khawatir.

Jino sejak tadi terus melontarkan nama Ayahnya. Jino benar-benar merindukan Ayahnya.

"Jino cucu Nenek yang paling ganteng sejagat raya. Makan dulu ya. Nanti nasinya nangis kalo Jino gak makan nasinya sekarang." Ucap Nenek Lee merayu Jino agar anak itu mau makan mengisi kekosongan di dalam perutnya.

"Jino gak mau makan kalo Ayah gak ada disini." Jino melipat tangan kecilnya di dada lalu mengalihkan pandangannya ke tv yang kini tengah menyala.

"Ayah Jeno kan lagi kerja cari uang buat beliin Jino mainan. Nanti Ayah pasti jemput Jino ke sini." Ucap Kakek Lee ikut merayu Jino.

"Enggak Kakek! Jino mau Ayah bukan mau mainan!!" Jino kemudian beranjak dari duduknya dan masuk ke kamarnya.

Kedua Kakek dan Nenek itu membuang nafas beratnya. Bagaimana lagi caranya merayu Jino agar mau makan.

Di kamar, Jino menangis kecil memeluk bantalnya. "Ayahh... Jino kangen Ayahhh.. kapan pulang.. Ayah udah gak sayang lagi sama Jino? Hiksss hikss.."

••

Jeno mendapat pesan dari Papanya. Bahwa Jino tidak mau makan jika dirinya tidak datang. Namun, pekerjaan ini sangat menyulitkan waktunya. Jeno melepas kacamatanya kemudian memilin pangkal hidungnya mencoba berfikir dalam.

"Lo kenapa Jen? Ada masalah?" Tanya Seseorang tiba-tiba yang gak lain adalah Haechan, teman Jeno sekaligus Orang kepercayaan Jeno di kantornya. Posisi yang Jeno berikan kepada Haechan juga cukup tinggi.

"Bisa gak lo kalo masuk ketuk pintu dulu?" Ujar Jeno kesal karna laki-laki berkulit sawo matang itu masuk nyelonong saja dan sekarang duduk dengan menyilangkan kakinya.

"Iya sorry deh. Besok gak lagi." Gumam Haechan. Jeno hanya mendengus lirih, Jeno berani bersumpah, besok Haechan pasti melakukannya lagi.

"Btw, lo ada masalah? Kayaknya itu muka cakep lo ruet banget." Tanya Haechan memperhatikan wajah Jeno.

"Jino gak mau makan gara-gara gue lembur terus di kantor." Sahut Jeno lirih.

"Lagian lo punya anak kecil malah lebih sibuk sama kantor, bukannya manjain anak gitu di rumah atau ajak pergi main." Omel Haechan yang sama sekali belum pernah merasakan sebagai Ayah yang single parent.

"Gue kerja juga buat anak gue."

"Iya gue ngerti lo cari duit buat anak lo. Tapi anak lo juga butuh kasih sayangnya lo sebagai Ayah. Butuh waktu sama lo. Selalu pengen bareng Ayahnya terus." Ketus Haechan.

"Terus gue harus gimana Chan? Lo jangan maen ngomelin gue gini dong. Kasih solusi kek. Malah ngomel!" Kesal Jeno pada akhirnya.

Haechan mulai memikirkan sesuatu di kepalanya yang sekiranya bisa membantu sahabatnya yang lagi kalang kabut itu.

"Gue punya solusi, tapi gue gak tau lo bakal terima solusi dari gue ini. Karna ini menyangkut hidup lo dan Jino di masa depan." Kata Haechan yang terdengar serius dengan kedua matanya memicing ke arah Jeno.

          

"Apa? Kalo masuk akal gue terima."

"Oke, lo denger baik-baik. Dan pikirin baik-baik." Kata Haechan. Jeno mengangguk dan antusias menunggu ucapan Haechan selanjutnya.

"Kayaknya lo mesti cari Mama baru buat Jino." Ucap Haechan lantang.

••

Karina baru saja selesai beberes di meja kerjanya. Karina terlihat terburu-buru karna Eric sudah menunggunya di depan Paud.

"Rina!" Panggil seseorang.

"Iya. Kenapa kak?" Tanya Karina. Wajita yang memanggilnya itu Yeri. Guru yang juga bekerja di paud itu, dan Yeri lebih tua satu tahun darinya.

"Aku boleh nebeng kamu gak? Saudara aku gak bisa jemput dan kebetulan dompet aku ketinggalan di rumah." Ucap Yeri terlihat sedikit sungkan untuk menanyakan ini.

"Oh gitu. Yaudah boleh." Ujar Karina memperbolehkan Yeri untuk ikut bersamanya dan Eric tanpa meminta izin Eric lebih dulu.

"Serius boleh? Wahh makasih ya Karina. Lain kali aku traktir kamu makan sebagai gantinya." Ujar Yeri kemudian merangkul lengan Karina dan berjalan keluar bersama.

Karina yang sedikit risih dengan tingkah Yeri yang tiba-tiba seperti sudah dekat dengannya membuat mimik wajah canggung.

Sampai di mobil, Yeri menunggu di luar mobil. Eric meminta penjelasan pada Karina kenapa Yeri bisa ikut dengan mereka. Setelah mendengar penjelasan Karina akhirnya Eric membiarkan Yeri untuk ikut bersama mereka.

Di mobil situasi menjadi sedikit canggung karna kehadiran Yeri di belakang. Wanita itu duduk di tengah-tengah alasannya agar mudah melihat jalan di depan. Aneh?

"Kalian di mobil biasanya diem-dieman kayak gini?" Tanya Yeri kepada Karina dan Eric yang terlihat diam memandang jalan di depan.

"Hm kadang." Sahut Karina tersenyum canggung. Yeri mengangguk seolah mengerti.

"Hm maaf. Boleh puter musik gak? Biar gak sepi banget." Ujar Yeri meminta Eric untuk memutar musik. Eric memutar bola matanya malas kemudian menghidupkan musiknya.

Suasana mobil menjadi ribut karna Yeri bernyanyi dengan kencang mengikuti alunan musik yang keluar dari speaker mobil.

Eric memandang Karina dengan tatapan tajam, Eric terlihat kesal dan Karina meminta maaf soal itu dengan tangannya yang di satukan depan dada.

Tak lama Yeri sampai di tujuannya. "Makasih banget ya udah kasih aku tumpangan. Lain kali aku bakal traktir kalian berdua makan sebagai gantinya." Ujar Yeri dari luar jendela.

"Iya kak." Ujar Karina tersenyum yang terlihat di paksakan.

Kemudian mobil Eric melaju kencang menjauhi kediaman Yeri.

Setelah di rasa cukup jauh. Eric meminggirkan mobilnya lalu menatap tajam Karina yang sudah menunduk merasa bersalah sejak tadi.

"Besok-besok jangan izinin dia nebeng lagi. Aku gak suka, dia gak punya sopan santun." Ujar Eric terdengar kesal.

Memang Yeri sedikit tidak sopan tadi.

DUDA || JENO x KARINAWhere stories live. Discover now