" Boss please, i'm promise. I'll give my best. Ini bisa jadi loncatan besar untukku." Ucapku memohon pada atasanku. " Lagipula Jennif sudah menolak job ini. So, please..." tambahku memohon lagi. " Okey, karna kamu terlihat sangat menginginkannya, Joy. Akan ku berikan job ini padamu. Kinerjamu juga selalu memuaskan. Aku percayakan semuanya padamu, Joy." Jawab atasanku yang lantas mendapatkan terikan heboh dariku. " Thank you so much, Sir." Ucapku masih dengan nada senang. Sekali lagi aku tersenyum padanya, sebelum keluar dan melenggang pergi ke ruanganku.
Saatnya perkenalan, kalian pasti juga penasaran dengan siapa diriku bukan ? dan apa penyebab dari rasa senangku yang berlebih itu. Baiklah, sebelum aku berceloteh lebih panjang, mari kita mulai. Odellia Joy, nama indah yang kumiliki sejak lahir. Nama indah yang diberikan oleh ibuku kala dirinya ditinggalkan oleh orang tercintanya. Walau aku memiliki nama belakang tambahan yaitu Beatrix, namun Aku lebih suka tak menggunakannya. Entahlah, mungkin di tengah cerita ini akanku ceritakan pada kalian dengan senang hati.
Berkarir sebagai wartawan, itu adalah pekerjaan yang sangat aku sukai. Kalian tau kenapa ? Aku bisa bertemu dengan orang-orang penting di negriku dengan perkerjaanku ini. Aku seorang wartawan di salah satu perusahaan majalah terkenal di kotaku, oh tidak, bukan hanya di kotaku tetapi di seluruh penjuru negriku pastilah mengenal majalah ini.
Hari ini menjadi hari yang beruntung bagiku. Kalian tau kenapa ? ya betul, apalagi kalau bukan pekerjaan. Namun, kali ini aku berbahagia 2x lipat dari biasanya. Karena job ini bukanlah job biasa. Rasanya aku harus banyak-banyak berdoa kalau ini bukanlah mimpi belaka. Aku berulang kali mengucapkan rasa terima kasih pada Edward- atasanku dan Jennifer teman kerjaku yang menolak job ini. Alasan Jennifer atau yang lebih akrab dipanggil Jennif, dia lebih memilih mewawancarai model idolanya. Baiklah, kalian pasti penasaran, siapa seseorang yang akan di wawancari olehku kali ini ?. Yang membuat diriku kelewat senang, mari kuberi tahu.
Dia adalah seorang Jeff Dario Almero. Siapa yang tak mengenal seorang Jeff, CEO yang banyak dikagumi oleh para kaum hawa. Begitupun denganku, aku wanita normal yang juga mengagumi pria tampan seperti Jeff. Terlebih dengan posisinya yang sudah menjadi seorang CEO di usia yang masih terbilang muda, juga nama belakang yang pria itu sandang. Keturunan dengan nama belakang Almero sudah pastilah terpandang.
🍁🍁
Kini, Aku sedang menghubungi pihak Jeff, untuk mengatur janji temu kami disesi pertama wawancara. Dan, karena kali ini Aku akan mengkaji seseorang yang sangat terpandang, maka majalah yang akan terbit pun sudah pasti dikhususkn untuk orang itu. Jadi, janji temu yang akanku lakukan pastilah tak cukup dengan satu pertemuan. Aku tersenyum membayangkan momen-momen yang akan kuhabiskan bersama dengan pria tampan seperti Jeff. Saat semuanya selesai diatur, Edward masuk keruanganku. Fyi, kedudukanku memanglah sudah lumayan tinggi. Karena itu, Aku sudah memiliki ruangan sendiri di kantor ini. Biarpun lumayan kecil dan sederhana, tapi Aku menyukainya.
" Can I help you, Sir ?" tanyaku saat Edward telah mengambil duduk di kursi depan mejaku. " Nothing, hanya ingin bertanya bagaimana jadinya job mu kali ini." Jawab Edward santai, bisa dibilang Edward memanglah atasanku yang sudah menjadi sahabat bagiku. Aku memanggil 'Sir' saat di kantor agar terlihat profesional dalam kerjaku. Namun saat kami mengahabiskan waktu di luar, Aku memanggilnya dengan panggilan akrabnya- Ed. Umur Edward pun terbilang masih muda. Satu lagi, Edward sudah menikah, karna itulah hubungan kami murni sahabat juga rekan kerja, istri Edward pun terbilang dekat denganku. Ya, kami sering menghabiskan waktu berdua. Girls talk.
" Very well, aku hanya perlu menyiapkan beberapa pertanyaan untuk jadi bahannya nanti." Balasku yang kini fokus pada Edward. " Lalu apa yang kau pikirkan ?" tanya Edward lagi. Aku tersenyum dan dengan percaya diri menjawab " Five things about him." " Kau memang cerdas, Joy. Ingin merayakannya malam ini ?" tawar Edward yang dibalas tolakan halus olehku. " Kau tau aku bukan tipe orang yang seperti itu, Sir."
" Yeah, I know. You are workaholic." Balas Edward yang sangat mengenalku. Aku tak terlalu suka merayakan sesuatu dengan minum-minum. Sama seperti istri Edward. Apalagi diriku, aku tak menyukai seorang lelaki pemabuk. Anne- istri Edward, masih menerima suaminya yang suka mabuk kadang kala. Tapi, berbeda dengan diriku yang sangat membenci lelaki seperti itu.
Hidupku memang lah kadang terlihat datar dan biasa. Monoton? Namun, orang-orang yang mengatakan hal seperti itu tidaklah mengetahui kesulitan sesungguhnya dalam hidupku. Mereka tak mengetahui seberapa banyak aku menangis dibalik bantal dan selimutku. Mereka tak akan pernah mengerti bahkan orang terdekatku sekalipun.
Cerita baru lagi...
Thank you for reading :)
note: typo bertebaran
With love, ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Thing
RomanceOdellia Joy, begitulah orang-orang mengenalku. Seorang wartawan dari majalah terkenal. Mewawancari seorang 'Billioneaire' sudah biasa bagiku. Justru, itulah hal yang ditunggu-tunggu oleh diriku. Namun, bagaimana jadinya jika hal itu menarik ku ke da...