Bab 10

6.6K 783 127
                                    

Hari ini, Naruto kembali menjalani harinya dengan sangat damai berkat Sasuke. Saat kelas mandiri sore akan dimulai, Naruto iseng melihat-lihat kalender yang ada di ponselnya. Ia tiba-tiba teringat hari pertunjukan Festival Seni akan di gelar tidak lama lagi.

Belakangan ini Naruto sangat ketakutan dan belum terbiasa dengan indra keenamnya. Hingga dia lupa jadwal latihan yang sudah ia buat. Hal itu membuat Naruto menjadi tertekan karena dirinya sama sekali belum berlatih untuk pertunjukan nanti.

Naruto yang selalu terobsesi untuk menjadi pusat perhatian merasa sangat buruk. Dia tidak mungkin meminta mereka untuk memundurkan acara atau tidak ikut serta. Teman-teman sekelasnya sudah tahu bahwa ia akan bermain piano solo di pertunjukan itu. Jadi tidak mungkin dia bisa mengubahnya. 

Sebenarnya Naruto bisa saja pergi ke ruang musik sekarang. Tapi, seketika ia teringat kembali pada cerita Sakura tentang ruang musik yang berhantu… ia langsung urungkan niatnya. Sebelumnya Naruto tidak percaya, toh menurutnya cerita hantu itu hanya omong kosong. Ya, sebelum kakeknya meninggal dan memberikan warisan yang tidak bisa ia tolak atau berikan ke orang lain. Sekarang Naruto harus berpikir seribu kali untuk pergi ke sana. Orang yang tidak bisa melihat 'mereka' mungkin akan berpikir sama dengannya. Ia yakin itu.

Naruto frustasi. Ia ingin pertunjukannya lancar, tapi mengingat cerita Sakura...

Oke, tidak ada pilihan lain.

"Hei, Sasuke..." Naruto dengan ragu menepuk Sasuke dan bertanya dengan sok peduli, "Apa kau sudah siap untuk peranmu sebagai pembawa acara nanti?"

Sasuke memalingkan wajahnya untuk menatap si pemuda pirang, "Memang kenapa?"

"Apa kau sudah hapal naskahnya?"

"Sedikit lagi, tinggal beberapa baris kata."

Naruto mulai gusar. Ia kembali bertanya, "Kalau begitu, kau tidak ke ruang musik lagi untuk berlatih naskah dengan Sakura?"

Sasuke mengerutkan sedikit keningnya, "Tidak perlu. Lagipula, hanya tinggal sedikit lagi. Aku hanya harus mengulang sedikit sebelum acaranya di mulai."

Naruto menghela napas kecewa.

Sasuke memasang senyum lembut, "Bukannya nanti kau akan menunjukkan permainan piano solo? Latihanmu bagaimana? Terakhir aku mendengar permainanmu masih banyak kesalahan."

Naruto merespon dengan tidak senang, "Aku sudah tidak latihan selama sebulan, tapi sebelumnya aku bisa main tanpa ada kesalahan."

"Lalu, kenapa tidak berlatih?"

Naruto membuka buku catatan dan bergumam pelan, "Nggak mau..."

Setelahnya, hanya ada keheningan di antara mereka.

"Ada apa dengan rubah kecil yang manja ini, hm?" Sasuke yang sudah tahu niat Naruto tidak bisa menahannya lagi, dia menggerakkan kakinya di bawah meja dan menyenggol kaki Naruto, "Jika ingin ku temani, katakan saja."

Naruto tidak membantah, lalu bergumam dengan suara nyaris berbisik. "Iya…" Setelah mengatakan itu, Naruto merasakan detak jantungnya menjadi sedikit lebih cepat secara tiba-tiba.

Sasuke mendengus, lalu beranjak berdiri. Meraih jas seragam sekolah dan menyampirkannya di pundak, ia berujar ringan. "Ayo pergi." 

Menepuk pelan bahu Naruto, pemuda bersurai gelap itu kemudian berlalu pergi begitu saja. Meninggalkan Naruto yang menatap kepergiannya dengan bingung. Setelah sosok Sasuke menghilang dari pandangannya, Naruto akhirnya tersadar dan berlari menyusul pemuda emo tersebut. 

"Tunggu aku!"

oOo

"Kau akan duduk di sampingku. Tugasmu adalah membalikkan kertas partitur untukku." 

[SasuNaru] I Can See Ghost!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang