Yeonjun berjalan dengan kesal. Jengkel bukan main pada Jaehyun maupun dirinya sendiri. Menekuk wajah, melangkah tanpa lelah, Yeonjun keluar dari cafe. Berjalan tergesa-gesa menuju Milo berada. Bahkan sampai mengabaikan panggilan atau pun seruan dari teman-temannya.
Kunci motor ia keluarkan. Menaiki Milo, memakai helm, dan memasukkan kunci motor pada tempatnya, Yeonjun sudah siap untuk tancap gas dan pergi. Namun nyatanya, kehadiran seorang pemuda ber-hoodie biru muda sukses membuat Yeonjun mengurungkan niat.
"Kak Yeonjun ..."
Itu Soobin. Berdiri tepat di depan motor Yeonjun. Dengan tangan yang meremat kuat ujung dari hoodienya, pun wajah yang ia biarkan tersorot sinar dari lampu motor Yeonjun, Soobin berdiri dan menghalangi akses Yeonjun untuk pergi.
"Soobin?" gumam Yeonjun.
Mesin motor dimatikan. Kunci dicabut, dan Yeonjun pun dalam sekali gerak sudah melepas helm miliknya. Mereka bertatapan dalam gelapnya malam. Sebelum kemudian, Yeonjun memutuskan untuk turun. Menghampiri Soobin yang justru malah menunduk setelah Yeonjun mendatanginya.
"Soobin? Kenapa?" tanya Yeonjun, lembut sekali.
Soobin menggeleng, membuat Yeonjun mengernyit bingung. Menggulirkan tatapannya kebawah, Yeonjun dapat melihat rematan tangan Soobin pada hoodie yang semakin kuat. Membuat Yeonjun dapat menyimpulkan dengan cepat, bahwa Soobin sedang berada dalam kebingungan yang hebat.
Pernah menjalin hubungan dengan Soobin membuat Yeonjun hafal akan tabiat pun kebiasaannya.
"Soobin?" Yeonjun mengulangi. Lebih lembut dan terdengar hangat sekali.
Pada nyatanya, Yeonjun dengan suara manisnya adalah malapetaka tersendiri untuk Soobin. Sejak dulu, Soobin tidak pernah bisa menolak pesona Yeonjun. Baik itu dari suara, penampilan, atau cara Yeonjun bersikap. Semuanya mempesona, Soobin tidak pernah bisa untuk tidak memusatkan perhatiannya kepada Yeonjun.
Maka sekarang, ketika Soobin mendongak dan menatap manik pekat Yeonjun, itu semua sudah menjadi kebiasaan. Bukan hal yang tabu, dan Soobin sejatinya benar-benar menyukai cara mata Yeonjun memandangnya.
"Soobin?"
Tidak ada jawaban yang Soobin berikan. Pemuda itu hanya diam, menatap jauh pada bola mata Yeonjun yang kini mulai kebingungan.
"Soobin, kalau gak ada yang mau kamu omongin, Kakak—"
"Maaf."
Karena aku udah nyakitin Kakak.
Soobin memperkuat rematannya pada hoodie. Membuat Yeonjun mengernyit heran mendengar permintaan maafnya yang tiba-tiba. "Maaf untuk apa?"
Untuk semua.
"Untuk Kak Jaehyun," sahut Soobin sembari tersenyum kikuk. "Di dalam tadi ... Kak Jaehyun udah ngusik privasinya Kakak. Soobin minta maaf."
"Hei? Kenapa kamu yang minta maaf?" Yeonjun terkekeh geli. "Soobin, Kak Jaehyun gak salah. Kakak mungkin juga akan marah kalau ngeliat pacar Kakak di tatap terus-menerus. Apalagi, ditatap sama mantan pacarnya sendiri."
Mendengar kata mantan yang Yeonjun sematkan, entah kenapa membuat Soobin sesak sendiri. Dan hal itu tidak berlaku pada Soobin seorang. Kenyataannya, Yeonjun tak kalah sesak kala ia mengucapkannya.
Situasi mendadak hening.
Kedua pemuda itu kembali bertukar pandang. Sorot kerinduan tercipta di masing-masing mata. Namun, mereka sama-sama enggan untuk mengungkapkan. Keduanya lebih memilih menikmati cara mereka saling memandang. Tanpa peduli akan situasi, maupun hubungan yang mengisi.
Keduanya larut dalam kerinduan tak berujung. Setidaknya, sampai Yeonjun terkekeh hambar. Membuat Soobin spontan tersadar dari lamunannya.
"Udah kan?" Yeonjun tersenyum manis. Dengan tangan yang diselipkan di saku jaket, pemuda itu menatap Soobin hangat. "Kalau udah gak ada yang dibicarain, Kakak pergi. Banyak tugas. Deadline besok. Mampus deh Kakak."
Soobin balas terkekeh canggung. Yeonjunnya tidak berubah. Tetap menjadi Yeonjun si pemalas yang hobby bertaruh dengan deadline.
"Ya udah, Kakak duluan ya, Soobin."
Soobin mengangguk lucu. Tubuhnya bergeser, memberikan akses jalan untuk Yeonjun. Maka Yeonjun pun kembali tersenyum manis.
Pemuda berjaket denim itu berbalik, menaiki motor kesayangannya. Memakai helm dan memasukkan kunci, Yeonjun tersenyum ketika menyadari Soobin memerhatikan gerak-geriknya begitu rinci.
"Oh, iya." Yeonjun mengurungkan niatnya menyalakan mesin. "Kak Jaehyun cuma ngelakuin kesalahan kecil, bukan besar kayak yang Kakak lakuin. Jadi, tolong jangan tinggalin dia ya, Soobin. Kasihan, nanti jadi kayak Kakak. Kalau kata Lucas sih, sadboy," ujar Yeonjun sembari terkekeh garing.
Soobin mengerjap. Mulai menyadari sesak yang Yeonjun rasakan. Ketika Soobin hendak menjawab, Yeonjun lebih dulu menyalakan mesin motornya. Lampu motor begitu terang. Dan belum sempat Soobin mengutarakan jawabannya, Yeonjun sudah lebih dulu pergi setelah berpamitan pada Soobin.
"Dah, Soobin."
Begitulah cara Yeonjun meninggalkan Soobin, untuk yang pertama kali.
Karena sejatinya, bukan Yeonjun yang meninggalkan. Tetapi Soobin-lah yang melakukannya.
—
up lagi, ayey!
vomment nya jangan lupa,
oke?selamat sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
ex, yeonbin ✔️
FanfictionIntinya, Yeonjun masih sayang. Tapi, enggak tahu Soobin gimana. yeonbin ft. 97-02liners. genre: romance, fanfiction. bxb! ( ! ) beberapa part mengandung harsh word. ( ! ) belum di revisi. ©2O2O, c h o i h u e k a n g.