Adzan subuh baru berkumandang, tapi mata Fahri sudah terbuka sejak satu jam yang lalu, ia memandang layar ponsel dengan penuh kebingungan.
Telepon.. Tidak.. Telepon.. Tidak.. Fahri terus bergumam sambil menentukan pilihan dari hitungan pada jemarinya.
Setelah berpikir cukup lama, ia langsung bangkit dari posisi tengkurap dan menekan nomor telepon Bulan.
"Assalamu'alaikum.." Sapa si penerima telepon dengan nada yang sangat lembut.
"Wa'alaikumussalam, Bulan."
"Ya, Fahri? Ada apa?"
Tidak biasanya Fahri mendengar suara Bulan selembut ini. "Kau.. belum tidur?" tanyanya setelah mengetahui bahwa Bulan sedang berada di Paris.
"Belum, tadi Arsya habis bertamu ke rumahku."
"Jadi, kau bertemu dengannya juga disana?"
"Ya. Kami kembali bertemu di Carrousel du louvre. Dan aku mengajaknya untuk mampir."
Fahri mengangguk dan sedikit tersenyum, ia senang ternyata hubungan Bulan dan Arsya baik-baik saja meski mereka berdua menyukai pria yang sama. "Aku sholat subuh dulu," pamitnya.
Tiba-tiba Bulan menyela dengan nada yang sedikit meninggi. "Uhm, Fahri sebentar. Ada yang ingin aku tanyakan padamu."
"Apa itu, Bulan?"
"Apa benar.. kau adik Faisal?"
Deg! Fahri tahu jika kebenaran mengenai persaudaraan mereka akan terungkap cepat atau lambat. Ternyata benar. Arsya pasti sudah memberi tahu Bulan tentang semua ini. "Ya, aku adik Faisal. Apa kau akan menjauh dariku setelah tahu hal ini?"
"T-tidak. Aku tidak bisa."
Karena bingung, Fahri langsung menanyakannya pada Bulan, "tidak bisa? Apa maksudmu, Bulan? Katakan lebih jelas."
"Sholatlah dulu. Utamakan Allah SWT di banding siapapun."
"B-baiklah."
Bulan memutus sambungan telepon begitu saja tanpa ada kalimat perpisahan dan membuat Fahri semakin bertanya-tanya dalam hati.
Tidak ingin ambil pusing, Fahri langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Usai membersihkan diri, ia mulai membuka kran lalu membaca niat dilanjutkan dengan berkumur, mencuci lubang hidung, membasuh keseluruhan muka sebanyak 3 kali dan terus melanjutkannya hingga rangkaian wudhu berakhir.
"Allahu Akbar." Fahri mengangkat kedua tangannya ke atas usai membaca niat sholat subuh. Wajah tegas dengan buliran air yang masih membasahi tiap helai rambutnya itu kini sudah di tutupi oleh peci yang menambah ketampanannya.
Ia mulai menundukkan tubuhnya untuk melakukan rukuk, iktidal lalu sujud seterusnya hingga sholat subuh berakhir dan ditutup dengan salam sebanyak dua kali ke kanan dan kiri.
Masih dengan posisi tahiyat akhir setelah berdzikir Fahri mengangkat tangannya dan mulai memanjatkan doa, "YaAllah.. hamba percaya, kekuatan doa memang lebih utama jika di bandingkan dengan usaha dan ikhtiar. Maka dari itu, hamba selalu meminta padamu berikan yang terbaik untuk hubungan kami berempat. Jangan berikan rasa sakit pada salah satu dari kami. Lindungi hubungan baik kami semua, YaAllah.." Fahri mengaamiinkan doanya setelah itu.
Tidak ada manusia di dunia ini yang bisa mengubah kehendak Allah SWT. Terlebih perihal rezeki, jodoh, dan kematian. Termasuk sesuatu yang Fahri inginkan seperti barusan. Ia hanya bisa menyerahkan semua keputusan pada Allah SWT tentang akhir dari hubungan mereka berempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
2nd Choice (Sekuel Certainty Of love) | END ✅
Romance[Romance-Religi] Keberadaan masa lalu yang telah susah payah Faisal Darmawan lupakan kembali hadir-Bulan Cerise Eulalie-tatkala niat seriusnya pada seorang wanita yang beberapa bulan terakhir ini berhasil mengisi banyak warna dalam hidupnya akan ter...