[36] Sadness

1.4K 192 339
                                    

Vote sebelum membaca, komen pas lg baca yaaa 😗😙😚😘

Fiona's POV

Aku menggigit bibir bawahku takut, merasakan air mataku berkumpul di pelupuk mataku siap untuk turun. Otakku kembali mengulang apa yang baru saja Finn katakan lewat ponsel tadi, secara tak langsung dia menyuruhku untuk menggugurkan anak kami jika Aku benar-benar hamil.

Kupikir perjanjian kami sebelum menikah benar-benar akan terjadi, bahwa Kami sepakat akan memiliki anak di usia keenam bulan pernikahan kami. Nyatanya tidak, Finn kembali ingin menundanya disaat Ia tau Aku benar-benar ingin memiliki Anak. Finn jelas tau masa laluku, masa laluku bersama Harry, masa laluku kehilangan anakku, itu yang membuatku ingin sekali kembali merasakan rasa dari mengandung dan memiliki anak.

Hatiku kecewa saat mendengar penuturannya barusan. Ingin sampai kapan kami akan memiliki anak jika harus menunggunya untuk mendirikan usaha kulinernya? Apa yang Ia takut kan? Apakah Ia tidak mempercayai ku untuk menjadi seorang Ibu? Mental kami sudah sangat siap, usia kami sudah sangat matang dan Finansial kami mencukupi. Jika Ia meragukan finansialnya untuk menghidupi anak Kami, maka Aku bersedia membantunya, Aku Wanita pekerja, Aku memiliki pekerjaan tetap dan jelas. Aku bisa membantunya dari pekerjaanku, Aku juga memiliki gaji.

Aku benar-benar tidak habis pikir, tadi Aku benar-benar bahagia dan excited untuk memberitahunya jika Aku telat menstruasi dan kemungkinan Aku hamil. Namun nyatanya apa? Harapanku di patahkan, kebahagiaanku di hancurkan olehnya. Kesenangan tadi tiba-tiba berubah membuatku sedih dan malu, malu saat mengira Finn akan senang dengan perkataan dariku namun ternyata tidak.

Aku mengusap air mataku, "Mommy kenapa menangis?" Nova turun dari gendongan Harry, berlari kecil padaku membuatku menggeleng untuk menjawab pertanyaan nya.

"A-aku tak apa, Sayang," ujarku, tersenyum kecil pada Adikku, Aku tidak boleh menangis didepannya, Aku adalah contoh baginya dan Aku tidak ingin terlihat lemah dihadapan Nova. Aku menahan tangisanku yang justru membuatku merasa sesak, Aku berusaha mengatur napasku dengan baik agar Tangisanku tidak pecah secara tiba-tiba.

"Nova, Kau mau bermain dengan Barlo dulu? Nanti Aku menyusulmu okay, Sayang?" ujar Harry, mengusap kepala Nova dan Nova mengangguk, menurut pada Harry dan Nova kembali bermain bersama Barlo di taman belakang Rumah Harry yang amat luas ini.

Harry berbalik padaku, "Kenapa? Apa? Ceritakan padaku," ujar Harry, memegang kedua lenganku dan Aku terisak didepannya setelah memastikan Nova benar-benar tidak didekat kami lagi.

Aku memeluk tubuh Harry erat, mencengkram bajunya dengan sangat erat dan terisak didadanya. "F-finn," lirih ku, merasakan Harry mengusap punggungku dengan sangat lembut, namun kali ini usapannya tidak mampu untuk membuatku tenang seperti biasanya.

Aku meraung di dadanya, memukul dadanya kecil dan terus terisak, "Kenapa dia?" tanya Harry.

"Dia menolak anak kami, Harry. Dia menolak calon anak kami," pekik ku didadanya, Aku menumpahkan segalanya pada Harry, berteriak meraung padanya.

"Hei, dengar Aku. Mungkin ada alasan dibalik Ia belum menginginkan seorang anak, Fiona," ujar Harry, memeluk tubuhku erat dan menggenggam tanganku yang sedari tadi memukuli tubuhnya.

"Alasan apa lagi?! Alasan usia? Aku dan Dia sudah sama-sama dewasa. Alasan Finansial? Aku dan Dia bekerja dan itu cukup untuk menghidupi Kami dengan anak kami, Harry!" pekikku, terisak di dadanya dan menghapus air mataku, "Itu memang dasarnya dia saja yang tidak menginginkan anak denganku! Padahal di awal pernikahan kami, Kami sepakat untuk memiliki anak di usia keenam pernikahan kami dan sekarang apa?! Pernikahan kami bahkan sudah hampir satu tahun!"

Encounter [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang