🍒 Tujuh

717 151 5
                                    



Sudah beberapa waktu berlalu dan Minhee sudah diijinkan dokter untuk pulang. Jaemin meminta Jeno untuk menjemput mereka ke rumah sakit karena Donghyun sedang sibuk dengan beberapa pekerjaan. Dan saat ini, mereka baru saja tiba di rumah.

Minhee nampak sibuk menatap keadaan rumah, membuat Jaemin yang melihatnya jadi tersenyum begitu saja. Lalu, saat sang adik berhenti di depan sebuah foto keluarga besar yang dipajang di salah satu sisi tembok ruang tengah, ia jadi pergi untuk berdiri di samping sang adik.

"Itu ayah sama bunda."

"Mereka beneran udah pergi?"

Dijawab anggukan pelan oleh Jaemin,"Waktu kamu masih SMA, terus kakak masih kuliah."

"Jadi, kita hanya berdua di sini?"

"Bertiga sama Donghyun."

Mengangguk singkat, si manis lalu kembali menatap ke seluruh rumah sebelum berhenti di tangga menuju lantai dua.

"Kamar kamu di atas, mau kakak anterin?"

Terdiam sesaat, Minhee menggeleng saja setelahnya, "Bilang aja yang mana kamarnya, aku bisa sendiri."

Mengangguk singkat, Jaemin lalu mengatakan seperti apa ciri-ciri dan di mana letak kamar si adik. Dan Minhee yang sudah mendapat informasi tentang itu jadi mengangguk sebelum pergi sendiri.

Setelah Minhee pergi ke kamarnya, Jaemin melangkah ke arah ruang makan di mana Jeno berada saat ini. Lalu, saat melihat kekasihnya itu di sana, ia tidak berpikir dua kali untuk menghampiri Jeno.

"Jen?"

"Kenapa?"

"Yunseong gimana?"

Tidak langsung menjawab pertanyaan Jaemin, Jeno terlihat berpikir sebentar. Lalu, pada detik kesekian ia mengendik tanda tak terlalu tahu.

"Kata Hyunjin, dia masih ngurusin itu."

"Dia masih nyari tahu penyebab kecelakaan Minhee?"

Kali ini dijawab anggukan oleh Jeno, "Kayaknya. Menurut aku wajar sih kalo dia gak percaya itu murni kecelakaan. Karna mobil adek kamu sama truk yang nabrak, keadaannya gak kayak kalo kecelakaan biasa. Dan supir truknya terlalu mencurigakan."

Jika tadi Jeno yang mengangguk, kali ini Jaemin yang mengangguk.

"Kamu kenapa sih, pengen banget adek kamu ketemu sama Yunseong?"

"Minhee harus ketemu Yunseong, Jen. Sebelum dia ketemu sama temen-temennya," jawab Jaemin seadanya, "Yunseong orang baik, aku gak mau Minhee benci sama dia. Aku gak mau hati adekku kotor karna salah nilai dia. Udah terlalu banyak hal yang dia lakuin buat Minhee. Gak seharusnya Minhee benci sama dia."













"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













"Pelan-pelan aja, Seong. Lo gak harus kayak gini."

Mendengus keras, Yunseong lalu menoleh dan menatap Woobin yang kini terlihat sibuk di depan laptop dengan Jungmo yang duduk di sampingnya. Lalu, di sisi yang lain dari lelaki Seo itu, ada Hyunjin yang nampak sibuk dengan ponselnya.

"Susah banget ngelacak keberadaan dalangnya," ini Jungmo yang berucap. Ia masih fokus selama beberapa saat pada layar laptop Woobin sebelum menatap Yunseong, "Kita butuh waktu lebih lama lagi, beb. Lo jangan emosi dulu. Mending sekarang lo jengukin Minhee."

"Nah bener tuh," disetujui saja oleh Hyunjin yang masih sibuk dengan ponselnya, "Lo sejak adeknya Jaem masuk rumah sakit emosian mulu. Mending lo ke rumah sakit aja, jengukin dia. Siapa tahu hati lo langsung adem pas liat dia."

"Oh ya, jelas langsung adem dong," suara Jungmo kembali terdengar, "Kang Minhee is the queen of Yunseong's heart. Gue kecewa, gue gak dianggap selama ini, tapi ya udahlah."

"Jadi, lo beneran suka sama dia, Seong?"

Pertanyaan itu datang dari Woobin, ia memilih mengabaikan sebentar laptopnya untuk menatap Yunseong. Sedang yang ditatap hanya memasang wajah datar.

"Udah bucin kali," dan jawaban itu malah datang dari Hyunjin, "Lo liat aja gimana reaksinya pas tahu adeknya Jaem baru kecelakaan."

"Dugaan gue waktu itu sih. Tapi kan lo tahu sendiri sepupu lo ini gimana, Jin."

Hyunjin mengangguk saja, masih sibuk dengan ponselnya. Kegaitan yang sama yang dilakukan Jungmo. Sedang Woobin sendiri kembali sibuk dengan laptopnya.

Hanya Yunseong sendiri yang sibuk dengan pemikirannya. Terlalu banyak yang ia pikirkan belakangan ini sehingga membuatnya jadi kalut sendiri. Mungkin, Jungmo dan Hyunjin benar jika ia harus menjenguk Minhee agar keadaanya lebih baik. Tapi, apa ketika ia ke sana, Minhee akan menerimanya dengan baik?

Hahah, pertanyaan bodoh macam apa itu? Tentu saja si manis tidak akan menerimanya. Lalu, bagaimana?

"Beb, beb, beb!" suara Jungmo tiba-tiba kembali terdengar membuat pemikiran Yunseong buyar dan jadi menatap si Koo itu malas.

"Lo bisa gak, gak usah pake beb beb beb? Geli bangsat!"

"Lucu tahu, beb."

"Fak, mo."

"Heheh."

"Apa?"

"Kata Jaem, Minhee udah keluar dari rumah sakit. Lo kalo bisa, cepet ke sana. Katanya lo harus ketemu sama Minhee. Catatan kecil di ujung pesan, gak niat ngatur, cuma kalo lo bisa. Dia minta tolong banget."

Jungmo berucap cepat, membaca pesan dari chat Jaemin yang ada di ponselnya sebelum menatap Yunseong. Sedang yang ditatap hanya diam sebelum mengangguk setelah semenit berlalu.

Lalu, saat semuanya kembali diam dan sibuk dengan urusan masing-masing, suara dering sebuah ponsel yang terletak begitu saja di atas meja, membuat semuanya menoleh ke sumber suara. Hyunjin lebih dulu yang mencondongkan tubuhnya--melihat apa penyebab dering itu.

"Seong, bokap lo nelpon."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.























Thank you...

AMNESIA || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang