‹ Chapter 18 : Angry ›

2.6K 254 24
                                    

Hari begitu cepat berlalu, berbagai macam kejadian bagai arus waktu terus melaju. Hingga sosok yang lugu mulai duduk termangu, memandang spektrum dengan rona jingga bernyanyi mendayu. Sudah 1 bulan lebih semenjak peristiwa terakhir, dimana Seokjin bermimpi hingga manusia manis itu bahkan tak berkata-kata selama berhari-hari. Tentunya menjadi sebuah tanda tanya besar dalam benak seluruh anggota keluarga, mengapa sosok yang ceria itu tiba-tiba diam setelah bermimpi yang bagi mereka itu semua hanyalah khayalan saja. Bahkan mereka semua adalah bagian dari iblis, mengapa pula harus takut terhadap sesama iblis?

Kembali duduk sendiri, Seokjin menyesap teh hangat di depannya. Ia dengan tenang duduk bersandar seraya mengelus perut besarnya, memandangi keadaan hutan yang dulunya sering dirinya kunjungi. Meski hati sangat ingin pergi sendiri dan masuk mengeksplorasi, tapi Seokjin tetap sadar, larangan Namjoon memang berdasar dan pasti itu adalah hal yang terbaik untuknya dan bayinya.

Memejamkan matanya penat, Seokjin mencebikkan bibirnya. Dirinya telah duduk selama 2 jam dan Namjoon sang suami yang ia tunggu tak kunjung datang. Karena ini adalah masa kehamilan tua, Seokjin memilih meninggalkan ruangan kerja Namjoon yang ia tempati kini dan kembali ke kamar mereka. Berdiri perlahan, Seokjin menyangga perutnya, mengembalikan kursi kerja sang suami pada posisi awal dan pergi begitu saja setelah menutup pintunya.

Kepalanya menoleh sekitar, melihat bagaimana werewolf guard tanpa lelah berjaga di setiap sudut ruangan. Seokjin mengulurkan tangannya, menjangkau pinggiran tangga untuk turun menuju lantai dimana kamarnya berada, sedangkan tangan kirinya tetap menyangga perut besarnya seraya berjalan pelan-pelan menuruni anak tangga yang tersisa. "Mama." Taehyung berjalan cepat, menghampiri sang ibu yang kesusahan menuruni tangga, ia menggerakkan tangannya memegangi lengan dan pinggang sang ibu, membantunya berjalan.

Seokjin melirik Taehyung, tumben sekali anaknya yang satu ini mengunjunginya di siang bolong ini. Biasanya seminggu sekali dan itupun berkunjung bersama Jungkook saat sore hari hingga petang. "Taehyung, ada apa?" Sosok disampingnya tersenyum, menampilkan senyuman kotak khas milikmu dan berkedip cepat dengan antusiasme yang ketara, "ayo ma kita jalan-jalan disekitar castle saja. Bersama Jungkook juga beberapa werewolf guard, jadi aman."

Mendengus halus, Seokjin menggelengkan kepalanya, "Sebenarnya mama mau, tapi bagaimana dengan ayahmu?" Mengangguk tanda mengerti kemana arah pembicaraannya, Taehyung kembali menampilkan senyumnya. Kali ini lebih seperti senyum meyakinkan, "Kalau begitu kita izin ayah dulu."

"Kalau tidak diizinkan?"

"Tidak jadi keluar." Menjawab dengan santainya pertanyaan sang ibu, Taehyung masih memegang erat pinggang dan lengan ibunya. Ia membuka ruang rapat sang ayah dan menemukan beberapa tetua dan ayahnya yang masih tinggal disana, sementara lainnya sudah kembali ketempat mereka ditugaskan. "Ayah, aku meminta izin ingin membawa mama jalan-jalan, kasihan mama terkurung di castle sebulan ini. Dia juga harus menghirup udara segar ayah... Aku akan bersama Jungkook dan beberapa werewolf guard. Janji tidak akan lama."

Namjoon menghela nafas panjang, ia menimbang-nimbang dan menatap kearah Yoongi apakah sang peramal bisa melihat sesuatu yang akan terjadi. "Kelihatannya aman jika hanya wilayah castle, aku belum bisa melihat apapun yang janggal. Semuanya akan aman Joon, lagipula beberapa hari lagi Luna akan melahirkan." Mendengar penjelasan Yoongi, Namjoon memberikan senyumnya. Tak lupa sebuah cekungan kecil nampak malu-malu memunculkan dirinya. Ia berdiri, menghampiri sang istri dan mengecup keningnya sayang, "Hati-hati. Taehyung, jaga ibumu dan Jungkook dengan baik mengerti?"

Bibir Taehyung menyunggingkan senyum terbaiknya, ia sangat senang hari ini bisa mengajak jalan-jalan ibunya. "Tentu ayah, aku akan segera pulang. Berhubung diluar sedikit panas jadi hanya sebentar saja jalan-jalannya." Setelahnya Taehyung menyunggingkan senyum manis kepada sang ayah yang masih terlihat ragu. "Jangan jauh-jauh," Namjoon maju mengelus rambut sang putra dan mengecup kening istrinya. Mengapa sangat berat? Rasanya seperti... Aneh, Namjoon tak tahu perasaan apa yang merasuki pikirannya.

Alma Gemela [Namjin] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang