Yayyy... sudah weekend lagi.
Seperti janji saya, part inilah kejutannya. Ada siapa?
Yuk langsung baca saja.
Anggap ini dessert setelah makan siang.
Tara mematut dirinya di kaca. Pakaian dan sepatu pemberian Ibu Natasukumah sangat pas di badan dan kakinya. Floral dress berwarna dominan hitam dengan sedikit aksen warna biru tanpa lengan dan belt tipis di pinggang, serta sepatu berwarna hitam dengan heels tiga sentimeter nampak sangat bagus di tubuhnya. Dengan heels yang tidak tinggi, tubuh Tara jadi tidak terlihat menjulang tetapi proporsional. Tara sampai bertanya dalam hati, bagaimana mungkin Beliau sampai tahu ukurannya? Atau Aria yang memberitahu? Tetapi mana mungkin bosnya itu mengurusi hal remeh seperti ini. Karena pameran ini, Tara belum sempat memberitahu Aria mengenai pilihan tempat kuliahnya. Sepertinya mood bosnya memang tidak sedang dalam keadaan baik. Beberapa kali Tara melihat wajah Aria tegang atau mendengar Aria berbicara dengan suara keras di ponsel. Tara sampai ketar-ketir. Tidak biasanya bosnya itu bersikap seperti ini jika berada di apartment. Sebentar, Tara ingat, mendekati hari pameran yang akan mereka datangi, sikap Aria agak berbeda. Karena melihat sikap Aria begitu, Tara tidak berani menyampaikan Universitas pilihannya.
Setelah pakaian dan sepatu yang ia kenakan sudah oke, Tara tinggal menata rambutnya. Ia hanya menjepit rambutnya ke belakang dan membiarkan bagian depan agak menutupi bagian pelipisnya. Selanjutnya ia memoleskan sedikit saja lipstick dengan warna yang tidak mencolok. Setelah memastikan semuanya sudah baik, Tara ke luar kamar. Aria masih berada di kamarnya. Sepertinya yang lebih lama berdandan malah Aria. Buktinya, setelah Tara duduk selama sepuluh menit di sofa barulah Aria keluar dari kamarnya.
"Sudah siap?" tanya Aria. Tara yang masih asik membaca di ponselnya langsung mengalihkan pandangan ke Aria. Tara terkesima melihat penampilan Aria kali ini. Walaupun pakaiannya sedikit kasual, kaos turtleneck hitam dengan outer berwarna beige lalu bawahan jeans hitam, namun ia terlihat sangat keren. Bosnya memang selalu terlihat menawan.
"Dari tadi lagi Pak."
"Wait..." Aria memperhatikan Tara dari atas ke bawah dan sebaliknya. Tara sangat cantik dengan dressnya tetapi mengapa tanpa lengan? Aduh, mamanya ini bagaimana ya? Tadinya Aria sudah terpesona, tetapi melihat lengan Tara yang terbuka, kerutan di keningnya seketika terbit. Yang benar saja. Pasti akan jadi sasaran empuk mata yang melihatnya. Tak terkecuali sosok yang nanti akan ditemuinya di pameran. Mata pelukis itu sangat liar. Kalau kaki Tara yang jenjang itu terekspos masih bisa ia maklumi, tetapi bagian atas, big no!
"Ambil syal," perintah Aria.
"Untuk apa ya Pak?" Jelas saja Tara bingung.
"Tutup lengan kamu itu."
"Ehhh...?"
"Cepat Tara, ntar kita telat lho."
Tara bergegas ke kamar. Mengapa selalu saja ada perdebatan sih? Tara menyambar syal yang ada di bagian atas rak baju, lalu cepat keluar dari kamar. Tetapi Tara tidak langsung menutup legannya yang terbuka dengan syal, melainkan memberikannya pada Aria.
"Ini Pak."
Aria juga tidak protes tetapi mengambil syal yang diberikan Tara. Pada bingung ya sepertinya. Lalu Aria tersadar jika seharusnya syal tersebut untuk menutup lengan Tara yang terbuka.
"Malah diberikan ke saya. Ya sudah sini," ujarnya meminta Tara mendekat. Aria lalu menutup lengan Tara yang terbuka dengan syal yang diberikan Tara tadi. Setelah itu Aria kembali memperhatikan Tara. Senyumnya mengembang, puas melihat hasilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabut Berarak (complete)
RomancePutus kuliah di saat beberapa semester lagi ia akan meraih gelar sarjana Arsitekturnya, membuat Tara mengubur semua impiannya. Kehidupannya hancur setelah kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Satu per satu peninggalan orang tuanya habis d...