Keesokan harinya, ketika itu Radit, adik kandung Alma, hendak pergi ke perpustakaan umum di persimpangan jalan kota. Ia pergi sendirian dan tanpa pamit pada kedua orang tua maupun kakaknya, Alma. Radit menuju tempat itu dengan menaiki ojek online. Di saat yang bersamaan dengan kepergian Radit, Alma baru sadar bahwa adiknya itu tidak ada di kamar. Ia mencari ke seluruh sudut rumahnya, namun tak sedikitpun terlihat batan hidungnya. Dengan segera Alma menghubungi kedua orang tuanya yang kebetulan sedang berada di luar kota karena urusan pekerjaan. Melalui telepon selulernya, Alma pun menghubungi Mamanya.
"Halo, Ma. Ma.. maafin aku karena ngga bisa jaga Radit, Ma," kata Alma dengan nada panik dan sedikit menyesal.
"Loh memangnya adik kamu kenapa, Kak? Radit di mana? Dia baik-baik aja kan, Kak?" jawab Mama mulai cemas.
"Radit ada kabarin Mama, ngga? Dia mau pergi ke mana hari ini?" tanya Alma.
"Kok kamu malah tanya Mama. Kan kamu yang di rumah menjaga adikmu. Radit ke mana, Kak?!" sahut Mama dengan nada yang semakin keras dan panik.
"Radit ngga ada di rumah, Ma. Barusan aku cek ke kamar dia untuk ajak makan siang, tapi dia ngga ada di kamarnya. Aku juga udah cari ke ruangan manapun di rumah ini, tapi tetap ngga ada, Ma. Aku bingung harus cari Radit ke mana, Ma. Aku ngga mau dia kenapa-kenapa, Ma. Maafin aku, Maaa.." jelas Alma seraya menitihkan air matanya karena merasa bersalah.
"Kak, kamu kan sudah besar, kamu harus tanggung jawab. Mana tanggung jawabmu? Sekarang, Mama minta kamu cari dia sampai ketemu, harus. Dan pastikan dia ngga kenapa-kenapa, kamu tau kan kondisi dia sekarang gimana? Radit sangat lemah, Kak! Kamu cari dia sekarang juga!," sentak Mama, kemudian menutup panggilan telepon selulernya.
Setelah percakapan Alma dan Mamanya, kakak Radit tersebut segera mencari adiknya ke manapun sampai ketemu. Alma merasa tertekan atas bentakan Mamanya tadi melalui percakapan teleponnya. Namun, ia sadar bahwa dirinya kurang bertanggung jawab terhadap menjaga adiknya itu.
Seketika Alma ingat tentang suatu tempat yang sering dikunjungi adiknya sewaktu dulu, perpustakaan umum Pustaka Asri. Alma pun segera pergi menuju tempat itu. Hingga akhirnya ketika Alma sampai di sana, ia melihat kerumunan orang-orang di depan perpustakaan itu. Karena Alma khawatir jika ada sesuatu yang berhubungan dengan adiknya, Radit, ia pun segera mendekati kerumunan itu.
Benar saja, ternyata Radit pingsan. Parahnya, tidak satupun dari kerumunan orang-orang disekitar yang membantu Radit. Alma menangis melihat keadaan adiknya itu, ia juga panik karena takut akan terjadi sesuatu dengan adiknya. Alma segera menghubungi sahabatnya, Nugi, untuk membantunya membawa Radit ke rumah sakit. Tidak berapa lama, Nugi pun datang, dan mereka segera menuju ke rumah sakit.
"Nug, aku takut. Aku takut terjadi sesuatu dengan Radit, Nug" kata Alma seraya terus-terusan menangis.
"Al, kamu harus tenang. Kamu ngga boleh mikir yang macam-macam. Kamu harus yakin kalo Radit akan baik-baik aja, Al" kata Nugi menenangkan Alma.
"Tapi, Nug. Kalau Mama dan Ayah tahu soal ini, mereka akan marah dan kecewa sama aku. Aku ngga mau mereka terus-terusan menyalahkan aku, Nug. Aku juga mau Radit baik-baik aja," kata Alma.
"Alma, kamu dengerin aku. Tante sama om ngga akan seperti itu sama kamu. Ya mungkin mereka kecewa, tapi mau bagaimanapun, ini sudah terjadi Al. Ngga akan ada yang nyalahin kamu kok. Kamu yang tenang ya, doa yang banyak supaya adikmu sehat," jawab Nugi.
Alma menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk menenangkan diri. Ia memeluk Nugi, sebagai ucapan terima kasihnya atas pertolongannya. Tak lama kemudian, dokter yang telah memeriksa keadaan Radit pun keluar ruangan. Ia memberi tahu kondisi Radit bahwa adik Alma itu kondisinya semakin melemah, sehingga diharuskan untuk dirawat inap selama beberapa hari ke depan. Mengetahui hal itu, Alma segera menghubungi orang tuanya.
~~
Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Pantau terus yaa!
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa divote yaa:)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN YEARS AGO ME
Short StorySebuah kisah klasik dua orang sahabat, Alma dan Nugi. Benarkah persahabatan antara perempuan dan laki-laki sejatinya tak pernah berhasil?