1
Pagi hari, Nicholas sedang duduk di bangku panjang yang di teras rumahnya nan sederhana seraya membaca buku. Di teras ada tanaman hydrangea dengan berbagai warna yang dirawat oleh Sophia. Hydrangea membuat suasana rumah menjadi lebih elegan. Andre yang mengenakan seragam polisi tiba-tiba datang ke rumah Nicholas dengan senyum merekah.
"Apa kabar, sob? Ada waktu nggak siang ini?"
"Baik, sob. Mau ke mana?"
Nicholas dan Andre cukup lama tak bertemu dikarenakan Andre yang menjalani pendidikan kepolisian. Dua sahabat itu kemudian meluangkan waktu untuk makan steak bersama di sebuah restoran. Keduanya makan dengan lahap.
"Sekarang aku yang traktir, lain kali kamu ya," ucap Andre seraya tertawa kecil.
"Iya. Nanti kalau aku udah dapat kerja. Kira-kira kamu tau nggak perusahaan yang lagi buka lowongan?" tanya Nicholas kemudian.
"Kenapa nggak ke perusahaan Arthur aja? Aku dengar mereka lagi buka lowongan untuk beberapa posisi yang kosong."
Nicholas terdiam, perasaannya tiba-tiba tak nyaman.
"Kenapa? Kamu nggak mau karena itu perusahaan Sheren? Denger ya, meskipun kamu kerja di sana, Sheren juga nggak bakalan tau. Perusahaan Arthur selain besar, karyawannya juga banyak. Dan, nama Nicholas nggak cuma kamu," sambung Andre.
2
Sebuah mobil mewah tiba di Arthur Tower. Seorang perempuan cantik berpakaian baju kerja rapi yang tidak lain adalah Sheren turun dari mobilnya dengan dikawal oleh seorang pria berjas. Para wartawan dan jurnalis segera menghampiri Sheren seraya memotret dan memberikan banyak pertanyaan.
"Bagaimana perasaan anda ketika datang ke perusahaan untuk pertama kali sebagai seorang Presdir?"
"Apakah anda akan mengembangkan kerja pemimpin sebelumnya?"
"Apakah anda akan memimpin perusahaan seorang diri tanpa pendamping?"
Sheren seketika berhenti melangkah saat mendengar pertanyaan dari seorang wartawan yang menceletukkan mengenai pendamping. Raut wajahnya tiba-tiba berubah sedih. Seorang pria berpakaian jas rapi tiba-tiba datang menghampiri kerumunan.
"Selamat pagi semuanya. Mohon maaf, sekarang Presdir Sheren Princilia tidak dapat menjawab pertanyaan anda sekalian. Saya harap teman-teman media dapat mengerti dan tidak mengganggu pekerjaan di perusahaan kami," ucapnya lantang.
Sheren kemudian masuk ke dalam perusahaan dengan dikawal oleh pria itu dan beberapa orang pria berjas lainnya.
"Terima kasih sudah menolong saya dari kerumunan awak media," ucap Sheren.
"Sudah menjadi tugas saya, Presdir. Perkenalkan saya Theo Andrean yang akan menjadi sekretaris anda. Suatu kehormatan bagi saya dapat bekerja bersama Presdir."
3
Di ruangan meeting, para petinggi perusahaan telah duduk di tempatnya masing-masing sembari menunggu kedatangan Sheren. Tak lama kemudian, Sheren dengan didampingi Theo telah tiba. Sheren duduk di kursi utama sembari tersenyum.
"Apa ada sesuatu yang ingin anda sekalian diskusikan dengan saya?" tanya Sheren.
"Sebelumnya kami ingin mengucapkan selamat secara langsung kepada Presdir atas pelantikan anda," ucap seorang dewan komisaris.
"Terima kasih."
"Presdir Sandy sebelumnya telah memimpin group Arthur selama dua dekade lamanya. Dan, hasil kerja beliau yang terakhir adalah membangun sebuah hotel. Mengenai itu, terdapat beberapa kendala pada hotel kita," ucap seorang dewan direksi.
"Benar, Presdir. Sejak peresmian perdananya, hotel Arthur agaknya kesulitan bersaing dengan hotel lainnya."
"Apakah sebelumnya Presdir Sandy sudah memberi jalan keluar terkait kendala ini?" tanya Sheren.
"Beliau menyarankan untuk melakukan iklan terus-menerus. Tapi, itu akan menghabiskan banyak dana. Apakah anda memiliki rencana atau strategi lain?"
"Kita bisa memulai dengan membuat sesuatu yang menarik agar orang-orang datang ke hotel kita."
"Sesuatu yang menarik seperti apa maksud anda?"
"Dari waktu ke waktu, perubahan pasti terjadi. Kita harus mengikuti perkembangan atau tren yang ada. Sederhananya dengan membuat semacam event atau contest yang menjadi minat khalayak ramai saat ini. Saya percaya pada keluarga besar group Arthur. Kemampuan kita semua akan membuat Arthur bisa melewati masa-masa sulit."
Para petinggi perusahaan menyambut baik ide Sheren. Mereka saling menganggukkan kepala tanda setuju.
4
Di sebuah ruangan besar dengan interior mewah, Sheren sedang duduk di sofa sembari melamun. Di meja kerjanya terdapat satu set komputer, beberapa tumpuk buku, dokumen pekerjaan, serta papan nama akrilik yang bertuliskan Sheren Princilia dengan jabatan Presiden Direktur. Ruang kerja Sheren berada di lantai 22 Arthur Tower, sehingga pemandangan kota terlihat begitu indah dari atas. Ketukan pintu tiba-tiba terdengar, menyadarkan Sheren dari lamunannya.
"Selamat siang, Presdir."
"Siang. Ada apa, pak Theo?"
"Hari ini ada beberapa departemen yang akan membuka lowongan pekerjaan. Para manager meminta anda agar turut berhadir dalam kegiatan ini."
"Departemen apa saja yang membuka lowongan?" tanya Sheren kemudian.
"Ada beberapa posisi yang kosong di departemen public relation, marketing, dan accounting."
"Baiklah, saya akan berhadir."
Di ruangan milik departemen personalia, para manager yang akan melakukan perekrutan sudah berhadir. Para calon karyawan baru pun juga telah datang dan berkumpul di depan ruangan. Stephanie nampak heran melihat Nicholas ada di sana.
"Nicholas, kamu ngapain?"
"Aku mau melamar pekerjaan."
"Di perusahaan ini?"
"Iya. Kenapa?"
Stephanie nampak tak senang. Ia mengkhawatirkan pertemuan Sheren dan Nicholas. Sementara itu, para manager dari departemen yang akan melakukan perekrutan karyawan sudah duduk di tempatnya masing-masing. Nama Nicholas tiba-tiba dipanggil. Ia segera memasuki ruangan dan duduk di hadapan para manager. Stephanie sebagai manager di departemen accounting pun duduk di kursi yang sudah disediakan untuknya. Interview akan segera dimulai.
"Selamat pagi. Hari ini tiga departemen di perusahaan group Arthur akan membuka perekrutan karyawan baru. Kami persilakan kepada Nicholas Adriel untuk..."
Pintu tiba-tiba terbuka, Sheren memasuki ruangan milik departemen personalia dengan didampingi Theo. Para manager segera berdiri untuk menyambut kedatangan sang Presdir.
"Saya dengar anda sekalian mengundang saya untuk turut andil dalam interview perekrutan karyawan baru. Maaf saya terlambat," ucap Sheren.
"Suatu kehormatan bagi kami, Presdir bisa turut berhadir dalam kegiatan ini," sahut manager personalia.
Sheren melangkah menuju kursi yang telah disiapkan khusus untuknya. Papan nama Sheren Princilia dengan jabatan Presiden Direktur pun juga telah disiapkan di atas mejanya. Sheren duduk seraya bercengkerama sejenak dengan para manager. Sementara itu, Nicholas dengan ekspresi seolah tak percaya terus menatap Sheren yang kini tepat berada di depannya. Sheren yang sadar sedang diperhatikan juga menatap balik Nicholas dengan ekspresi tak percaya. Keduanya telah bertemu kembali setelah sekian lama. Sheren menyunggingkan senyum. Ia dan Nicholas bertatapan lama. Stephanie memperhatikan Sheren dan Nicholas bergantian, raut wajahnya berubah kesal.