Catatan 38 MATI

4 1 2
                                    

1. LELAYU LAYU

Aku tlah mati dalam pusara hati
Hatimu

Aku tlah debu mengembara ke sepi asing
Sepi asing sesak pengap abu jiwamu

Aku pulang, tlah kembali memasuki mimpi
Mimpi jagad bocahku lagi

Cinta bukan rasa bukan terasa rasa lagi?
Perasaan tlah terkunci di dalam peti mati
Sunyimu mati
Lenyap dalam gelombang asap nyawa

Matiku adalah mimpi
Mimpiku adalah usia tidur ngelindur

Pemakaman tlah tersedia rapi
Setiap degup jantung riang bersama darah
Setiap nafas menculik aneka kuman dari sendu paru

Dan pelayatnya adalah segala kenangan tersisa
Dalam dentang hampa

Pahit bumi yang tlah mati
Beku langit yang tlah rontok

Jatuh di ceruk pusarmu

Tlah
Jasad

(Lelayu, 04.13 wib
Tanggal...)

2. KUBU KUBUR

Bila rencak raga dengan parang
Hilanglah sayang
Nungging telanjang di rumputan malam
Orong-orong heran ada gulat ngos-ngosan

Itu dulu, ketika raga menumbuhkan bara
Itu dulu, ketika nafas tiupkan geli gila
Tanpa celana cinta merasuki rahasia
Asal muasal ada-tiada, ujud insan tersisa

Berapa lama residu rindu akrab karatan
Segala kata jari menuding angkuh?
Berapa peta lorong hisak jadi jalan pulang
Bila rambu-rambu suara telah keruh lepuh?

Kini, hanya ada kubu beku rasa
Terkubur wedalan dalamnya waktu beku
Pada Kubu Kubur apa yang bisa diucapkan
Selain kenangan yang telah terpetakan

(NDESO, saat hujan
Tanpa kungkong telanjang.)

3. BERSIH MAKAM

Ia protes dengan alasan kasihan almarhum
Mengapa makam ditumbuhi sampah daun?

Oh, ini nanti ditutup dengan tanah subur
Biar makam tampil bersih bunga tafakur

Ada human, sudah mati disumbang kasihan
Ketika dulu hidup dianggap nyleneh edan

Dan di gundukan timbunam tanah itu
Terkubur riwayat insan pecah kalbu

Yang disampahkan...

(ketika usai kerja bakti di makam,
tahu susur dan cabai tlah ludes dimakan...)

4. MIMPI ATAU FIRASAT APAKAH

Yang barusan datang
Pinjam sabit, sapu lidi, dan
Minta air putih untuk diminum
Ia semalam bermimpi si Mati berkunjung

Bersih tanah kubur apakah melindur
Setelah sekian tahun ingat leluhur
Hidup kian jerit terjepit covid
Apa hening diri bangkit dari gagal melejit?

Yang berkunjung ke kuburan diam saja
Tentu saja, ia samadi di tanah sunyi senja
Bagaikan yang mati itu misteri kebangkitan
Beri restu sakti kalbu fajar kekuatan

Malam kian larut bersama burung hantu
Udara kian dingin bersama hening
Yang samadi malam di makam kian sendu
Ah, terserahlah, esok keruh atau bening

(orangnya kutinggal pergi ke warung kuliner
malam pun beraromi kopi dan éntog slenget)

5. AKU PESAN PADAMU BAHWA JIKA TLAH TIBA SAATNYA JASADKU INI, TOLONG DIKUBUR BERDIRI SAJA

Mengapa?
katamu heran

Tanah pusara tlah penuh bangunan tinggi
cor semen permanen tak tergeserkan lagi

Di saat hidup terbiasa egois
Di saat mati simbol egois

Tempat kubur untuk diri sendiri
Tak da tempat bagi yang kemudian hari mati

Dulu dengan kijing susun batu bisa digeser
Kerangka tua bisa rukun seliang jasad baru

Kini dengan nisan semen beton besi?
Jasad digeser ke celah ruang antar nisan?

Bila tak lagi ada celah ruang antar nisan?
Terimalah kejadian, mayat dikubur berdiri!

(para pelayat nyengir mayat, kaum muda milenial tertawa merdeka menggusur suara ratapan renjana keluarga jenasah baru)

PUISI-PUISI NDESOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang